0620064811
PBSI
Sore
UNIKAL
Sejarah Teori Strukturalisme Genetik
Orang yang dianggap sebagai peletak dasar madhab genetik adalah Hippolyte
Taine (1766-1817) seorang kritikus dan sejarawan Francis. Ia mencoba menelaah
sastra dari presfektif sosiologis dan mencoba mengembangkan wawasan sepenuhnya
ilmiah dalam pendekatan sastra seperti halnya ilmu scientific dan exacta.
Menurutnya bahwa satra tidak hanya karya yang bersifat imajinatif dan pribadi
melainkan suatu perwujudan pikiran tertentu pada saat karya itu lahir. Ini
merupakan konsep ginetik pertama tetapi metode yang digunakan berbeda, setiap
tokoh mempunyai metodenya masing-masing. Tetapi kesamaan konsep setruktur hanya
pada konteks hubungan phenomena konsep. Lucien Goldman (1975) seorang Marksis
adalah orang yang kemudian mengembangkan fenomena hubungan tersebut dengan
teorinya yang dikenal dengan strukturalisme genetic. Pada prinsifnya teori ini
melengkapi sutrukturalisme murni yang yang hanya menganalisis karya sastra dari
aspek intristiknya saja dan memakai peranan bahasa sastra sebagai bahasa yang
khas.
Strukturalisme genetik memasukan faktor genetik dalam karya sastra, genetik
sastra artinya asal usul karya sastra. Adapun faktor yang terkait dalam asal
muasal karya sastra adalah pengarang dan kenyataan sejarah yang turut
mengkondisikan saat karya sastra itu diciptakan. Ditambah lagi ia memasuki
struktur sosial dalam kajiaannya yang membuat teori ini dominan pada priode
tertentu terutama di Barat dan Indonesia.
Pada pertengahan tahun 1970an, Indonesia mulai dikenal teori-teori sastra yang
bersifat khusus strukturalisme dan sosiologi sastra. Orientasi sastra keduanya
sangat berbeda. Teori strukturalisme merupakan salah satu teori sastra yang
terbaru di Indonesia.
Teori struktural berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur.
(Wellek & Warren, 1989: 39). Memaparkan bahwa Tidak mungkin kita menyusun:
teori sastra tanpa kritik sastra dan teori sastra; kritik sastra tanpa teori
sastra dan sejarah sastra. Oleh sebab itu diperlukan kajian sastra untuk
memahami isi atau teks sastra tersebut. Salah satu objek kajiannya menggunakan
teori struktural.
Objek kajian sastra struktural adalah sistem sastra, yaitu konvensi yang abstrak
dan umum yang mengatur hubungan karya sastra secara utuh dan otonom. Menurut
(Teww, 1984: 31) strukturalisme sering dipahami sebagai bentuk. karya sastra
adalah bentuk. Oleh sebab itu strukturalisme sering dianggap sekedar formalisme
modern. Memang, ada kesamaan antara teori struktural dan formalis yakni
sama-sama menganalisis arti dari teks itu sendiri. Dengan kata lain dalam
analisisnya tersebut menelaah sastra dalam segi intrinsik yang membangun suatu
karya sastra. Yang melatarbelakanginya adalah pentingnya kehadiran suatu karya
sastra. Sejak zaman Yunani Aristoteles telah mengenalkan strukturalisme dengan
konsep: wholeness, unity, complexity, dan coherance.
Pengertian dan Pembagian
Teori Strukturalisme Genetik dan Teori Struktural lainya
Teori struktural bertujuan untuk memaparkan dengan cermat makna
karya sastra secara menyeluruh. Pendekatan struktural adalah suatu pendekan
yang menitik beratkan karya sastra sebagai suatu struktur yang otonom, yang
kurang lebih terlepas dari hal-hal yang berada diluar karya sastra (Teww,
1984:36).
Pemahaman tentang hal diluar karya sastra, berangkat dari karya itu sendiri.
Teori struktural ini dibutuhkan untuk mengetahui unsur-unsur berdasarkan
paradigma pembangun struktur kebahasaannya dan mengetahui pola
strukturnya. Tujuan yang lain dari konsep teori struktural adalah untuk menjaga
kritik Sastra agar tetap bekerja. Dalam teori struktural berkembang dan dibagi
menjadi teori strukturalisme formalis, strukturalisme dinamik,
strukturalisme semiotik dan termasuk di dalamnya adalah teori strukturalisme
genetik.
Teori strukturalisme formalis merupakan Istilah Formalisme (dari kata Latin forma
yang berarti bentuk, wujud) berarti cara pendekatan dalam ilmu dan kritik
sastra yang mengesampingkan data biografis, psikologis, ideologis, sosiologis
dan mengarahkan perhatian pada bentuk karya sastra itu sendiri. Para Formalis
meletakkan perhatiannya pada ciri khas yang membedakan sastra dari ungkapan
bahasa lainnya. Istilah Strukturalisme acap kali digunakan pula untuk menyebut
model pendekatan ini karena mereka memandang karya sastra sebagai suatu
keseluruhan struktur yang utuh dan otonom berdasarkan paradigma struktur
kebahasaannya. Kaum Formalis Rusia tahun 1915-1930 dengan tokoh-tokohnya seperti
Roman Jakobson, Rene Wellek, Sjklovsky, Eichenhaum, dan Tynjanov. Sumbangan
penting kaum formalis bagi ilmu sastra adalah secara prinsip mereka mengarahkan
perhatian kita kepada unsur-unsur kesastraan dan fungsi puitik. Sampai sekarang
masih banyak dipergunakan istilah teori sastra dan analisis sastra yang berasal
dari kaum Formalis. Pada prinsipnya teori strukturalisme formalis bahwa karya
sastra merupakan sesuatu yang otonom atau berdiri sendiri dan merupakan
struktur dari unsur-unsur pembangun karya sastra dan makna sebuah karya sastra
hanya dapat diungkapkan atas jalinan atau keterpaduan antar unsur
Teori strukturalisme dinamik merupakan jembatan penghubung antara teori
struktural formalis dan teori semiotic dengan prinsipnya yaitu mengaitkan dengan
asal-usul teks tetapi penekananya berbeda, struktural dinamik menekankan pada
struktur, tanda dan realitas. Tokoh-tokoh pelopor pada struktur dinamik adalah
Julia Cristeva dan Roland Bartes (Strukturalisme Prancis).
Teori strukturalisme semiotik adalah pada prinsipnya teori ini
mempelajari berbagai objek, peristiwa, atau seluruh kebudayaan sebagai tanda
Teori Strukturalisme Genetik adalah analisis struktur dengan memberikan
perhatian terhadap asal-usul karya (Chalima, 1994). Strukturalisme genetik
ditemukan oleh Lucien Goldmann, seorang filsuf dan sosiolog Rumania-Perancis.
Teori tersebut dikemukakan dalam bukunya yang berjudul The Hidden God: a Study
of Tragic Vision in the Pensees of Paskal and the Tragedies of Racine (Chalima,
1994). Strukturalisme genetik adalah sebuah pendekatan di dalam penelitian
sastra yang lahir sebagai reaksi pendekatan strukturalisme murni yang anti
historis dan kausal. Pendekatan strukturalisme juga dinamakan sebagai
pendekatan objektif (Juhl dalam Arif, 2007).
Struktural genetik merupakan salah satu pendekatan yang mencoba menjawab
kelemahan dari pendekatan strukturalisme otonom. Kelemahan tersebut hanya
terletak pada penekanannya yang berlebihan terhadap otonomi karya sastra
sehingga mengabaikan dua hal pokok yang tidak kurang pentingnya, yaitu kerangka
sejarah sastra dan kerangka sosial budaya yang mengitari karya itu (Faruk dalam
Chalima 1994). Pendekatan strukturalisme genetik juga mempercayai bahwa
karya sastra itu merupakan sebuah struktur yang terdiri dari perangkan kategori
yang saling berkaitan satu sama lainnya sehingga membentuk yang namanya
struktularisme genetik kategori tersebut ialah fakta kemanusiaan yang berarti
struktur yang bermakna dari segala aktifitas atau prilaku manusia baik yang
verbal maupun maupun fisik yang berusaha di pahami oleh pengetahuaan
sebagaimana yang telah diungkapkan bahwa dalam teori strukturalisme genetik
Goldmann membangun seperangkat kategori yang saling bertalian satu sama lain,
kategori-kategori itu adalah fakta kemanusiaan, subjek kolektif, strukturasi,
pandangan dunia, pemahaman dan penjelasan.
Dalam teori ini di terangkan bahwa teori tidak mengganggap karya sastra hanya
sebagai sebuah struktur (structure), tetapi juga struktur yang bermakna
(significant structure) sebagaimana yang tertulis dalam tulisan Goldman “the
concept of the Significant Structure in the History of Culture” maksudnya bahwa
karya sastra bukan hanya berciriksn adanya koherensi internal (Internal
Koherence) tetapi setiap elemenya juga memiliki hubungan dengan makna struktur
global, dunia, atau lingkungan sosial dan alamnya (manuaba, 2009:21)
Istilah genetik mengandung pengertian bahwa karya satra itu mempunyai
asal-usulnya (Genetik) di dalam proses sejarah atau masyarakat. Strukturalisme
genetik mengakui adanya homologi antara struktur karya sastra dengan
kesadaran kolektif dan struktur dalam karya sastra merupakan ekspresi integral
dan koheren dari semesta.
Strukturalisme genetik dalam pendekatanya ialah mempercayai bahwa karya sastra
itu merupakan sebuah struktur yang terdiri dari perangkan kategori yang saling
berkaitan satu sama lainnya sehingga membentuk yang namanya struktularisme
geneti kategori tersebut ialah fakta kemanusiaan yang berarti struktur yang
bermakna dari segala aktifitas atau prilaku manusia baik yang verbal maupun
maupun fisik yang berusaha di pahami oleh pengetahuaan. Semua aktivitas itu
merupakan respon dari subjek kolektif (subjek transindividual) dalam dunia
sastra transindividual subjek yang artinya terjadi kesamaan rasa dan pikiran
antara pengarang (penulis) karya sastra dengan para pembaca dalam memahami
karya sastra atau fakta manusia tadi, terus pandangan dunia terhadap subjek
kolektif (Transindividual Subject) fakta kemanusiaan dan terakhir adalah
struktur karya sastra menurut Goldman karya sastra merupakan produk strukturasi
dari transindividual subject yang mempunyai struktur yang koheren dan terpadu
terus karya sastra merupakan ekspresi pandangan dunia secara imajiner dan dalam
mengekspresikan pandangan dunia tersebut pengarang menciptakan semesta
tokoh-tokoh, objek-objek dan relasi relasi secara imajiner dalam pendapat
tersebut golman mempunyai konsep struktur yang bersifat tematik.
Teori strukturalisme genetik menjelaskan struktur dan asal muasal struktur
tersebut dengan memperhatikan relevansi konsep homologi yaitu kelas sosial yang
mempertahankan relevansi struktur dan ia menggunakan metode dialektika yang
menekankan dan merpertimbangkan koherensi struktural dalam teori ini menekankan
subjek transindividual yang berarti sebagai subjek dalam menciptakan karya
sastra yakni penulis harus bisa menyampaikan perasaan dan pikiranya kepada
pembaca dalam karya sastra misalnya supaya pembaca bisa memahami dan mengerti
apa yang disampaikan penulis dan terjadi sama rasa dan pikiran dalam memahami
karya sastra dan pandangan dunia pengarang terhadap subjek kolektif
(transindividual subject) dan fakta manusia.
Dalam
penciptaan sebuah karya sastra menurut prinsip teori Genetik pengarang teks
dipandang dari segi individu pengarang sebagai wakil menyuarakan suara sosial
dari kelompok yang melahirkan karya sastra dengan kata lain bahwa pengarangnya
sendiri bukanlah pengarang yang dipandang secara individu/ sendiri yang
menciptakan karya tersebut tetapi karya sastra ditulis oleh subjek kolektiv
yaitu lahirnya karya sastra diciptakan dari peran, keadaan dan lingkungan
sekitar termasuk lingkungan keluarga yaitu anggota keluarganya sebagai subjek
kolektiv pengarang, lingkungan sekolah yaitu teman sekolah, lingkungan
masyarakat yaitu tetangga,masyarakat desanya yang menjadi kelompok/subjek
kolektif ikut andil dalam lahirnya karya sastra, lingkungan Organisasi,
dan lain-lain. Menurut Goldman tidak semua kelompok layak dianggap sebagai
subjek kolektif. Yang layak hanyalah kelompok yang pandangan dunianya tertuang
dalam karya-karyanya atau yang sistem-sistem gagasan atau aktifitasnya
cenderung ke arah penciptaan pandangan yang lengkap mengenai mengenai kehidupan
manusia. Kelompok tersebut adalah memegang peranan yang menentukan dalam
sejarah menimbulkan perubahan historis dan memiliki pengaruh yang dominan atas
kresi kultural yang utama (Manuaba,2009: 22).
DAFTAR PUSTAKA
Arif. 2007. “Strukturalisme
Genetik” (online), (http://arif-irfan-fauzi.blogspot.com, diakses tanggal 12
Januari 2011).
Chalima, Nur.1994. “Novel senja
di jakarta sebuah analisis strukturalisme Genetik”. Skripsi. Surabaya
: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Airlangga
Eagleton. 2007. Teori Sastra.
Jakarta: Jalasutra.
Manuaba, Putera. 2009. Durga
Umayi: Pergulatan Diri Manusia. Yogyakarta: Jenggala Pustaka.
Pradopo Rahmat Djoko. 2007 Beberapa
teori sastra metode kritik dan penerapanya. Jakarta: Pustaka Pelajar.
__________________.1994 Prinsip-Prinsip
Kritik Sastra. Yogyakarta: Gadjamada university.
Suwardi Endraswara. 2003. Metodologi
Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta:
Pustaka Widyatama.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan
Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
Wellek, Rene dan Austin Warren.
1989. Teori Kesusastraan (penerjemah Melani Budianta). Jakarta: PT
Gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar