Halaman

Pages

Laman

Jumat, 04 September 2015

BAHASA, ADAT : MENGETAHUI FAKTOR YANG MEMBEDAKAN BAHASA DAN BUDAYA MASYARAKAT JAWA DENGAN MASYARAKAT SUNDA



BAHASA, ADAT : MENGETAHUI  FAKTOR YANG MEMBEDAKAN  BAHASA DAN BUDAYA MASYARAKAT JAWA DENGAN MASYARAKAT SUNDA

 Siti Umanah
Universitas Pekalongan

ABSTRAK
Artikel ini mendeskripsikan faktor perbedaan terhadap masyarakat penutur jawa dan masyarakat penutur sunda dalam bahasa dan budayanya. Karena perbedaan itulah yang menjadikan bangsa indonesia kaya akan adat dan istiadat, kebudayaan untuk itu sebagai generasi sudah selayaknya melestarikan dan menjunjung tinggi bahasa dan kebudayaan serta adat istiadat bangsa Indonesia.
Kata kunci: bahasa, adat, kesenian.
Pendahuluan
Koentjaraningrat ((1992) mengatakan bahwa kebudayaan itu hanya dimiliki manusia dan tumbuh bersama berkembangnya masyarakat manusia. Untuk memahaminya Kontjaraningrat, menggunakan sesuatu yang disebut “ kerangka kebudayaan” yang memiliki dua aspek tolak yaitu 1) wujud kebudayaan dan 2) isi kebudayaan. Menurut Koentjaraningrat, Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan atau dengan kata lain bahasa itu dibawah lingkup kebudayaan. Tetapi kata Koentajaraningrat pula, pada zaman purba ketika manusia hanya terdiri dari kelompok-kelompok kecil yang tersebar dibeberapa temapat saja dimuka bumi, bahasa merupakan unsur utama yang mengandung semua unsur kebudayaan manusia yang lainya. Sekarang, setelah unsur-unsur lain kebudayaan manusia berkembang bahasa hanya salah satu unsur saja, namun fungsinya sangat penting bagi kehidupan manusia.
Bahasa itu beragam, artinya meskipun sebuah bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa digunakan oleh penutur yang heterogen mempunyai latar belakang sosial dan kebudayaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam baik dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis maupun tataran leksikon. Bahasa  yang digunakan di Jawa tidak sama dengan bahasa yang digunakan di sunda walaupun masih dalam satu pulau yaitu pulau jawa. Seperti halnya bahasa yang digunakan di Amerika tidak sama dengan bahasa yang digunakan di Inggris.
Koentjaraningrat dalam bukunya sosiolinguistik(1985), bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Artinya kedudukan bahasa berada pada posisi subordinat dibawah kebudayaan, tetapi sangat berkaitan. Namun, berbeda pendapat lain bahwa hubungan bahasa dengan kebudayaan merupakan hibungan yang bersifat koordinatif, sederajat dan kedudukanya sama tinggi.
Budaya dan bahasa adalah dua hal yang saling berkaitan erat. Untuk belajar suatu budaya kelompok masyarakat, seseorang harus mampu menguasai bahasa sekelompok masyarakat tersebut. Dengan demikian kebudayaan adalah sesuatu yang dialami bersama secara sosial oleh anggota suatu masyarakat. Sehingga kebudayaan bukan hanya kebiasaan tetapi juga tinggkah laku yang teratur. Dalam tataran masyarakat indonesia yang beraneka ragam mempunyai bahasa dan kebudayaan yang berbeda , perbedaan antar budaya itulah yang  bermanfaat dalam dalam mempertahankan integritas diri dan sosial masyarakat tersebut.

Pembahasan
Dalam interaksi sosial, kita bahkan sering menemukan apa yang disampaikan tidak dapat dipahami oleh orang yang kita ajak bicara. Ada faktor yang mempengaruhi yaitu antara lain : beda usia, beda pendidikan, beda pengetahuan dan faktor budaya berhubungan dengan bahasa. Misalnya kata “ kamu” dan “ kau”diucapkan dalam konteks yang berbeda. Sebutan “ Ibu” dinegara yang bahasa pengantar Bahasa Inggris sebutan tersebut tidak digunakan, masyarakat penutur bahasa inggris langsung meneyebutkan nama diri/ nama orang walaupun yang disebutkan lebih tua. Bila digunakan di Indonesia terlihat tabu atau bahkan tidak sopan terlebih lagi bila digunakan masyarakat Batak yang sangat kental adatnya menghormati orang yang lebih tua.
Pada masyarakat Jawa misalnya Suku jawa (wong jowo, krama: tiyang jawi) bahasa yang digunakan sebagian besar menggunkan bahasa jawa dalam penuturan sehari-hari selebihnya menggunakan campuran bahasa pemersatu, bahasa indonesia. Bahasa jawa memiliki aturan perbedaan kosa kata dan intonsai berdasarkan hubungan pembicara dan lawan bicara, lebih dikenal dengan unggah-ungguh. Aspek kebahasaan inilah yang sangat erat hubunganya dengan budaya jaw, biasanya orang jawa sangat sadar akan tingkatan status sosial di masyarakat. Pada budaya jawa mengenal sistem kepercayaan yaitu masyarakat jawa percaya bahwa hidup diatur oleh alam, maka bersikap nerimo atau pasrah.masyarakat jawa juga percaya adanya roh, leluhur, arwah dedemit dan jin. Dalam budaya jawa ada 4 slametan yang diberi doa sebelumnya: 1) selametan lingkar hidup manusia, hamil 4 bulan, 7 bulan, kematian dan kelahiran. 2) selametan desa padi 3). Selametan dengan hari besar islam 3). Selametan yang berhubungan dengan ruwatan. Karena merupakan suku jawa dan menjunjung tinggi budaya jawa makan hal seperti ini harus dijaga kelestarianya oleh masyarakat jawa, tidak terputus. Budaya dan kebiasaan ini yang akan menjadikan berbeda, tergantung dimana dan masyarakat penuturnya.
Kebudayaan atau kebiasaan penutur masyarakat jawa misalnya. Penutur masyarakata jawa mengajak lawan bicara (orang tua). Dalam penggunaan kosa kata dan pemilihan intonsi layaknya sesuai unggah-ungguh orang jawa. Kata “ sampeyan” pada masyarakat penutur jawa agaknya kurang sopan bila digunakan saat berbicara kepada oarang yang lebih tua, orang yang baru bertemu atau yang dihormati. Lebih santun menggunakan kata “Panjenengan” dalam bahasa indonesia “Anda” seperti pada bahasa sunda sebutan  ” . Bahasa Jawa Krama alus (inggil)  tidak hanya diujarkan oleh masyarakat penutur saja, dalam kesenian jawa Bahasa krama alus (inggil) juga digunakan pada lakon wayang orang, wayang golek dan wayang kulit yang di mainkan oleh ki Dalang.
Dalam masyarakat jawa juga mengenal pembagian golongan sosial. Masyarakat jawa terbagi menjadi 3 golongan: kaum santri, kaum piyayi dan kaum abangan. Pada kaum santri lebih cenderung taat beragama tetapi tetap menggunakan bahasa jawa dan campuran bahasa indonesia kaum santri biasanya berprofrsi berdagang, pengrajin atau pengusaha. Kaum piyayi seperti orang yang dihormati karena mempunyai garis keturunan dari kerajaan maka dalam berinteraksi dengan kaum piyayi biasanya lebih menggunakan bahasa yang lebih formal, bahasa jawa krama alus serta lebih merendah.kaum piyayi ini yang membawa kebudayaan kota jawa tradisional yang mencapai tingkat yang paling sempurna doisekitaran Yogyakarta dan seurakarta karena tingkat kebahasaanya yang tinggi Kaum kejawen adalah kaum yang kepercayaanya jawa atau mengabdi kepada leluhur.
Sistem kekerabatan suku jawa adalah garis keturunan Ayah dan Ibu. Jadi semua keluarga Ayah dan ibu merupakan satu keluarga besar. Untuk sebutan orang tua laki-laki masyarakat jawa menggunakan sebutan “Bapak atau Rama”, orang tua perempuan “ Mbok atau simbok, Biyung”, menyebut kakak perempuan dengan sebutan “ Mbakyu”, menyebut kakak laki-laki dengan sebutan “ Kangmas atau Mas” menyebut Adik perempuan dengan sebutan “ Nduk, Dik, Denok”. Dalam masyarakat jawa wajib menggunkan sebutan di atas karena lebih sopan dan merupakan unggah-ungguh yang baik.
Dalam keseharian masyarakat jawa tidak lepas dari yang namanya Adat dan Budaya jawa. Misalnya kesenian Bagunan jawa dengan rumah Joglo, ada juga seni tari ada Tari tayuban adalah tari untuk meramaikan acara pernikahan, khitan. Tari reog Ponorogo adalah Tari yang penarinya menggunakan topeng menyerupai reog. Terdapat juga Tari serimpi, yang bersifat sakral yang biasanya digunakan dalam acara adat tertentu.
Suku sunda terletak di bagian barat pulau jawa, walaupun satu pulau yaitu pulau jawa tetapi bahasa dan budayanya mempunyai perbedaan tersendiri. Setiap suku dan setiap daerah pasti mengutamkan adap saling menghormati terlebih kepada yang lebih tua dalam masyarakat penutur sunda “someah” pada bahsa jawa “ unggah-ungguh” dalam bahasa indonesia berarti “ sopan-santun”. Masyarakat penutur sunda mengenal tingkatan bahasa yakni yang membedakan dari golongan usia dan status sosial : 1). Bahasa sunda lemes (halus) yang digunakan untuk orang yang lebih dihormati 2). Bahasa sunda sedang digunakan untuk orang yang setara usia dan status sosial. 3). Bahasa Sunda kasar digunakan oleh atasan kepada bawahan atau yang rendah ststus sosialnya. Masyarakat penutur sunda biasanya menggunkan bahasa sunda dalam kehidupan ssehari-hari tetapi ada juga yang sudah menggunakan campuran bahasa indonesia. Masyarakat penutur sunda misalnya menyebut “ Aa’ “ dalam bahasa indonesia sapaan untuk laki-laki yang lebih tua, dalam bahasa jawa berarti “Mas “. Masyarakat penutur sunda biasa menyebut panggilan diri sengan sebutan “ Abdi” dalam bahasa jawa “Kula”, sebutan adik “Adi” dalam bahasa sunda. Mayarakat sunda menyebut kakak laki-laki dengan sebutan “ Akang” dalam bahasa jawa seperti “ Kang Mas”, untuk sebutan ibu dalam masyarakat sunda menyebutnya dengan” Ambu” yang berarti ibu, mayarakat penutur jawa menyebut “Ibu” dengan sebutan ”Ma’e/ simbok /Biyung” sedangkan masyarakat penutur sunda sebutan untuk “Bapak “ itu “Apa” dalam bahasa jawa berarti “Pakne”. Sebutan “Awewe” dalam masyarakat sunda untuk perempuan/wanita.
Bahasa yang digunakan oleh masyarakat penutur sunda tak lepas dari budaya sunda, dari seni suara budaya sunda ada biasanya dibawakan dengan suara yang khas sama seperti suku jawa terdapat Sinden dalam pertunjukan wayangnya. Lagu khas daerah sunda ada Bubuy Bulan, Es Lilin, Manuk Dadali, Tokecang, Warung Pojok yang semua lagunya menggunakan bahasa sunda asli. Kesenian sunda juga mengenal kirap helaran atau yang disebut sisingaan adalah suatu jenis tarian tradisional atau seni pertunjukan rakyat yang dilakukan dengan arak-arakan dalam bentuk helaran. Pertunjukan biasanya dalam acara khitanan, pernikahan, HUT kemerdekaan  dan lain-lain.
Tidak hanya diSuku Jawa saja, di Sunda ada kesenian Wayang Golek ceritanya banyak dipengeruhi budaya Hindu dan India seperti Ramayana atau Perang BrataYudha. Ada juga Tarian Jaipongan, Tarian Ketuk Tilu sesuai dengan namanya alat yang digunakan untuk mengiringinya berjumlah 3 buah.  Ada juga lat musik kahs sunda yaitu Angklung, rampak kendang, suling, kacapi, goong, calung. Disamping itu cerita wawacan dalam bahasa sunda yang diambil dari cerita-cerita islami, yang dulu sering dinyanyikan disebut beluk  biasanya dibacakan dengan puisi dari tembang jawa. Ada juga cerita rakyat seperti : Sangkuriang, Gunung Tangkuban Prahu dan Danau Purba di dataran tinggi Bandung dan SI Kabayan satu contoh sorang yang malas dan bodoh tetapi nampak juga kecerdikanya.
Pada mayarakat sunda sebagian besar beragama islam tetapi ada pula yang beragama Kristen, Hindu, Budha. Mereka pemeluk agama yang taat dalam berpuasa,beribadah dan lain-lain. Masyarakat sunda sebagian besar bermata pencaharian dengan berkebun seperti kebun kelapa sawit, karet dan kina. Bertani padi, palawija, dan sayur ada juga yang berternak, berdagang dan pengrajin seni. Selain sebagai peladang masyarakat sunda juga ada yang bekerja sebagai penggali saluran ikan  untuk maysrakat yang hidup di pesisir berkerja dengan menjala ikan. Garis keturunan orang sunda sama seperti orang jawa berdasarkan garis keturunan dari Bapak dan Ibu. Orang sunda biasa menyebutnya dengan sebutan silsilah yang maknanya susun galur atau garis keturunan. Tujuh generasi keatas: Kolo,  Embah, Buyut, Bao, Jangga Wareg, Udeg-Udeg, Gantung Siwur. Tujuh generasi Kebawah :Anak, Incu, Buyut, Bao, Jangga Wareg, Udeg-udeg, Gantung Siwur.

Simpulan
Dari penjelasan diatas, bahasa dan kebudayaan memang tidak dapat dipisahkan terlebih karena bahasa mempunyai peranan penting dalam kebudayaan baik masyarakat jawa dan masyarakat sunda walaupun masih dalam satu kepulauan yaitu pulau jawa tetapi bahasa dan kebudayaanya sudah berbeda.
Kalau kebudayaan itu adalah satu istem yang mengatur interaksi manusia di dalam masyarakat, maka kebahasaan adalah satu sistem agar interaksi itu berlangsung. Maka bahasa dan kebudayaan mempunyai hubungan yang erat tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Oleh sebab itu bahasa dan kebudayaan masing-masing daerah berbeda dan mempunyai ciri khas yang membedakan antara budaya bahasa suatudaerah dengan daerah lain.

Daftar Pustaka
Kuntjaraningrat. 1992. Bahasa dan Budaya. Makalah dalam Bulan Bahasa dan Sastra IKIP Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar