Halaman

Pages

Laman

Jumat, 04 September 2015

KEBIASAAN ORANGTUA



KEBIASAAN ORANGTUA
Zulda Udiba


SARI
 Artikel ini mendeskripsikan pentingnya dalam kehidupan sehari hari di jaman sekarang ini. Kesalahan mendidik terhadap anak dapat berakibat fatal terhadap perkembangan anak, sehingga dalam mendidik yang benar harus dilakukan, mengingat pergaulan zaman sekarang yang semakin kacau tak terurus, terutama anak anak yang tidak mengenal dan tidak mengerti tentang pendidikan. Peran utama dalam pendidikan ini adalah Peran Orangtua

Pendahuluan
Mengasuh anak itu tidak semudah yang dibayangkan, Walaupun anak anak  itu lahir dari darah daging sendiri ,tapi setiap anak  punya karakter  yang berbeda beda . Sekali salah mendidiknya , seumur hidup orang tua akan menanggung akibatnya . Mendidik anak bukanlah perkara sebenarnya , bila terjadi kesalahan dalam mendidik anak akan berakibat fatal , Karena anak bukanlah barang maupun jasa bila rusak biasa diperbaiki. Namun,bila kesalahan  dalam mendidik  anak dibutuhkan waktu yang lama bila mengobatinya dan mengembalikan kelunakan hati anak . Tentu harus hati hati dalam mendidik anak .
            Peran orang tua dalam mendidik anak sangat terlihat jelas pada keluarga, keluarga merupakan peran utama  bagi anak, keluarga merupakan tempat pertama kali anak belajar mengenal kehidupannya karena dari orangtua kita belajar tentang kata kata , ekspresi wajah, gerakan tubuh , perilaku, norma, keyakinan agama ,prinsip, dan nilai nilai Luhur. Semua ini kita terima dari orang tua kita sendiri, orang yang paling penting dalam perkembanan psikologis anak. Proses ini kemudian mengakar dalam diri lalu menjadi referensi utama dalam berinteraksi dengan diri sendiri dan orang lain .Semua pengalaman yang diterima anak dari orangtua ini memberikan pengaruh yang besar sekali bagi anak.
 Peran orang tua dalam mendidik anak tidak hanya terbatas dalam memberikan makan, minum, membelikan pakaian baru , dan tempat berteduh yang nyaman. Beberapa hal tersebut bukan berarti tidak perlu, sangat perlu namun ,ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendidik anak. Segala hal  yang orangtua lakukan untuk mengembangkan,mendukung, serta membina perilaku anak berpengaruh pada dirinya sekarang. Tingkah laku anak akan seperti tingkah orangtuanya sendiri.contohnya jika orang tua sifatnya pemarah anak orang tua tersebut akan memiliki sifat pemarah , anak akan berhati hati dalam jika ingin menanyakan sesuatu terhadap orangtua. Dengan kata lain perkembangan anak adalah hasil siklus interaksi yang terus menerus antara kepribadian dasarnya dengan likungan sekitarnya. Setiap unsur tersebut saling memperngaruhi  dan mengubah satu sama lain.
Pada zaman sekarang ini tidak mudah menjadi orang tua dalam mendidik anak. Apalagi jika orangtua mengharapkan anaknya tidak sekedar menjadi anak yang pintar, tetapi juga taat dan sholeh. Menyerahkan pendidikan kepada sekolah tidaklah  cukup. Mendidik sendiri dan membatasi pergaulan dirumah juga tidak mungkin.  Membiarkan mereka lepas bergaul di lingkungannya cukup beresiko. Hampir setiap orangtua mengeluhkan betapa saat ini sangat sulit mendidik anak. Bukan saja sikap anak anak zaman sekarang yang lebih berani.  Dan agak sulit di atur tetapi juga tantangan arus  globalisasi budaya ,  informasi, dan teknologi yang turut memiliki andil besar dalam mewarnai sikap dan perilaku anak.
Anak anak sekarang beda dengan anak anak dulu. Anak anak dulu takut terhadap orangtua dan patuh terhadap orangtua. tapi sekarang anak anak berani membantah orangtua dan susah di atur oleh orangtua, Ada saja alasan mereka. Pandai dan beraninya anak anak sekarang dalam beragumen untuk menolak perintah atau nasihat, oleh sebagian orangtua atau guru mungkin dianggap sikap bandel  atau susah di atur. Padahal bisa jadi hal itu karena kecerdasan atau keingintahuannya yang besar membuat  dia menjawab atau bertanya . tidak melulu mereka menurut dan dia ( karena takut ) seperti anak anak  zaman dulu.

Pembahasan
            Seorang anak  dilahirkan dengan kondisi putih bersih seperti kertas  putih yang belum tercoret tinta sedikitpun.Melalui interaksi  dengan lingkungannya seorang anak akan belajar hidup , baik interaksi melalui mata terhadap setiap peristiwa yang dilihatnya, melalui suara yang didengar , juga melalui panca indra lainnya. Seseorang akan beraksi dan merespon , Orangtualah yang akan menentukan coretan atau lukisan  hidup seorang anak. Anak baik dan pintar adalah dambaan bagi setiap  orangtua. Anak adalah harta paling berharga dalam kehidupan orangtua. Setiap calon orang tua dan yang sudah menjadi orangtua sangat mengharapkan memiliki anak yang baik dan membanggakan. Untuk mewujudkan keinginan tersebut maka peran kedua orangtua sangat diperlukan. Orangtua tidak hanya mendidik secara lisan saja tetapi juga perilaku nyata, sehingga anak akan mengikutinya. Kebiasaan buruk yang sering dilakukan oleh para orangtua dalam mendidik anak dapat menyebabkan perkembangan anak kurang baik. Apa saja kebiasaan kebiasaan tersebut .
A.    Marah Yang Berlebihan
Kebanyakan kita seringkali menyamakan antara  mendidik dengan memarahi. Perlu untuk selalu untuk diingat,  memarahi adalah salah satu cara mendidik yang paling buruk . Pada saat memarahi anak , kita tidak sedang mendidik mereka,  melainkan melampiaskan  tumpukan kekesalahan kita karena kita tidak bisa mengatasi masalah dengan baik. Marah juga seringkali hanya berupa upaya untuk melemparkan kesalahan pada pihak lain.
            Seorang anak nilai ulangannya jelek , “ nak kenapa nilai ulanganmu jelek …!!!! Goblok sekali kamu....!!! masuk kamar sekarang belajar...! Kalau tidak ibu akan hukum!!!!! Kalau nilainya masih jelek juga akan ibu bunuh kamu,,,!!! seringkali orangtuapun memarahinya yang berlebihan, kalau tidak dimarahi nanti tidak mau belajar , begitulah alasan orang tua ketika menyuruh anak belajar supaya mendapatkan nilai yang bagus.
            Jangan pernah bicara pada saat marah, jadi tahanlah dengan cara yang nyaman untuk kita lakukan seperti masuk kamar mandi atau menghindar sehingga marah mereda. Yang perlu dilakukan adalah bicara yang tegas bukan bicara keras. Bicara yang tegas adalah dengan nada yang datar , dengan serius dan menatap wajah serta matanya dala dalam. Bicara tegas adalah bicara pada saat pikiran kita rasional , sedangkan bicara keras adalah pada saat pikiran kita dikuasai emosi. Dan seharusnya ketika anak mendapatkan nilai yang jelek peran orangtua adalah menasehatinya dengan bertanya yang sopan dan lembut, menanyakan soal mana yang belum paham dan mendampinginya belajar, jangan cuman menyuruh anaknya belajar sendiri ,
B.     Membohongi anak
Saat kecil , anak anak selalu mendengarkan apa yang kita katakan , akan tetapi semakin besar anak semakin susah dinasehati, makin melawan atau makin gag nurut. Apa anak itu sudah tidak mempercayai kita lagi.
            Ani yang berusia 1,5 tahun , setiap ayahnya berangkat kerja , ia selalu menangis semakin kencang dan semakin kencang, suatu hari ani tertidur ketika saatnya ayahnya berangkat kerja , ternyata ani tidak menangis . sejak itu ayahnya mengendap endap saat pergi kerja sehingga ani tidak menyadarinya . atau untuk membujuk ani , ayah berkata bahwa ayah hanya pergi sebentar saja , padahal ternyata pulangnya malam sekali. Contoh lain dengan membohongi anak seperti saat dika tidak mau makan , ibupun mengancam dika kalau tidak mau makan nanti ibu tidak boleh main prosotan. Padahal akhirnya boleh juga walau tidak usah makan. Lagi pula tidak ada hubungannya makan dengan main prosotan.
            Mungkin inilah awal ketidakpercayaan anak kepada kedua orangtuanya . anak tidak lagi percaya dengan orangtua katakan, bahwa anak kehilangan rasa amannya akan janji janji yang orangtua ucapkan. Apa sulitnya untuk berkata jujur dalam berkomunikasi dengan anak . ungkapkan dengan penuh kasih sayang , saat pergi kekantor , sampaikan apa yang sebenarnya dengan kata kata yang anak tersebut mudah memahami, ani ayah mau pergi berangkat kerja dulu ya, nanti sore setelah ani mandi , papa akan pulang lalu kita bisa maen sama sama lagi. Mungkin anak tetap menangis tapi lama kelamaan dia belajar bahwa ayah memang akan tetap pergi, tapi sore nanti pasti datang. Ini menciptakan rasa aman dalam dirinya.

C.     Kasih Sayang Yang Berlebihan
Sebagian ayah dan ibu saking sayangnya kepada anak anaknya, mereka tidak mau memperbaiki karakter buruk anak anaknya sendiri. Mereka membiarkan kenakalan anak anaknya tanpa sedikitpun ditanggapi dengan sikap serius. Orangtua seperti ini tidak ingin memberi peringatan kepada anak anak karena takut tersinggung atau karena takut anaknya menagis . Semua orangtua harus mengekspresikan kasih sayang, tetapi jangan sampai untuk tidak mendidiknya .
Saat teman mainnya mau pinjam mainan robot robotan kepada anak kita tetapi anak kita tidak mengijinkan meminjamkan mainan tersebut, malahan anak kita menangis dan merebut mainan tersebut kepada teman mainnya. Tetapi ibu tersebut malah berkata kepada teman anak mainnya “jangan pegang mainan itu ,itu punya anak aku,sana pergi”
Kasih sayang orangtua memang penting tapi kalau terlalu berlebihan akan akan mendatangkan akibat yang tidak diharapkan. Seperti contoh diatas ,seharusnya ibu anak tersebut menasehati anak tersebut dengan cara mengajari anaknya harus bersikap berbagi kesesama teman lainnya, jangan malah membiarkannya saja , atau jangan malah mendidik karakter anak menjadi pelit, tidak mau berbagi.

D.    Mengalihkan Tanggung Jawab
“ Mana yang nakal , mejanya ya ? Suara seorang ayah lantang sambil menghampiri anaknya yang tengah menangis karena terjatuh di dekat meja , tak lama kemudian terdengar suara ayah memukul meja, buk buk,...lalu si ayah pun berkata dengan bangga “Udah udah ayah pukul mejanya , cup,,cup,,jangan nangis lagi ya”
            Ini adalah kebiasaan yang sangat buruk karena bisa menghilangkan rasa bertanggungjawab anak dikemudian hari. Akibatnya , kelak orangtua akan kesulitan mengatur perilaku anak. Ilustrasi ayah memukul meja di atas adalah kebiasaan mengalihkan tanggungjawab. Niat ayah c baik , agar anak berhenti menangis , tapi ayah telah salah menempatkan perasaan. Maka saat anak terjatuh menagis sebaiknya, kita harus mengajarinya bangkit. Bahkan saat kita tidak berkata apapun , anak akan berusaha bangkit sendiri. Terkadang tangisan anak malah terjadi karena orangtua terlalu overacting. Sesekali, diam saja dan berikan anggukan senyum  atau berikan tangan ayah dan bunda untuk membantu bangkit sambil menasehatinya untuk berhati hati.
E.     Mengobral Ancaman dan Omelan
Saat orangtua  putus asa setelah berbagai cara tidak di turuti anak , ancaman menjadi alternatif tindakan, bedakan antara ancaman dan konsekuensi. Apabila kita berbicara dengan anak dengan nada tinggi , apalagi dengan menunjuk, nunjuk anak, kita tengah mengancam anak. Selain itu , ancaman biasanya tidaklah dibuktikan , hanya untuk menakut nakutti saja.
RAKA, awas jangan naik tinggi tinggi nanti jatuh lo !. Awas janmgan maen dilapangan nanti di culik !. ayo dimakan dong makan siangnya nanti ayah atau bunda marah kalau tidak makan!. Jangan bandel nanti dipenjara pak polisi.!
Saat anak melakukan kesalahan serius, coba berhenti dari aktivitas kita, lalu minta anak untuk datang. Bicara dengan tegas namun tetap lembut, jelaskan perasaan kita dan tunjukkan perilaku anak yang mana yang harus di perbaiki serta sepakati konsekuensi yang akan di dapat apabila anak mengulangi perilaku negatif  itu lagi .
F.      Papa dan Mama Tidak Kompak
Mendidik anak bukan hanya tanggung jawab para ibu atau bapak saja, tetapi keduanya. Orangtua harus memiliki kata sepakat dalam mendidik anak anaknya . Anak dapat dengan mudah menangkap rasa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan bagi dirinya.Misal seorang ibu melarang anaknya menonton TV dan memintanya untuk mengerjakan PR, namun pada saat yang bersamaan, si ayah membela si anak dengan berkata mengapa nonton tv trus?? Agar tidak stresss.
            Jika hal ini terjadi anak akan menilai ibunya jahat dan bapaknya baik, setiap kali ibunya memberi perintah ia akan mulai melawan dengan berlindung dibalik pembelaan ayahnya. Demikian juga pada kasus sebaliknya. Oleh karena itu orangtua harus kompak dalam mendidik anak dihadapan anak, jangan sampai berbeda pendapat untuk hal hal yang berhubungan langsung dengan persoalan mendidik anak .

Kesimpulan
            Orangtua menjadi model utama bagi anak, jika orangtua melakukan hal hal yang salah dalam mendidik anak, maka anak akan memiliki perilaku yang salah, Orangtua harus harus mengerti apa perannya dalam mendidik anak, supaya dalam perkembangan perilaku anak tidak menyimpang. Anak yang nakal  dan tidak baik akan menjadi sorotan untuk masyarakat, teman, dan gurunya, Orang lain pasti beranggapan anak menjadi seperti itu karena kesalahan orangtua dalam mendidiknya.
            Anak merupakan anggota keluarga yang bisa mengkur isi hati ayah dan ibunya . orangtua harus tegas dan beribawa dihadapan anak. Orangtua perlu meluangkan waktu bersama anak minimal setengah jam di sela sela kesibukannya. Kenali kemampuan anak, baik kemampuan kognitif, keterampilan fisik, perkemabangan emosi, caranya berinteraksi dengan orang lain, juga masalah masalah khusus yang dihadapinya. Orangtua  peru menjadi model dalam bergaul, beribadah,  berkarya, dan belajar. Perhatikanlah anak supaya tidak salah berteman . orang tua yang mendidik anaknya dengan baik dan memberikan contoh tepat maka anak tersebut akan tumbuh menjadi anak yang baik dan memiliki perilaku yang positif

           
                                                                                   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar