KEBIASAAN ORANGTUA
Zulda Udiba
SARI
Artikel
ini mendeskripsikan pentingnya dalam kehidupan sehari hari di jaman sekarang
ini. Kesalahan mendidik terhadap
anak dapat berakibat fatal terhadap perkembangan anak, sehingga dalam mendidik yang benar
harus dilakukan, mengingat pergaulan zaman sekarang yang semakin kacau tak
terurus, terutama anak anak yang tidak mengenal dan tidak mengerti tentang
pendidikan. Peran utama dalam pendidikan ini adalah Peran Orangtua
Pendahuluan
Mengasuh anak itu tidak semudah yang dibayangkan,
Walaupun anak anak itu lahir dari darah
daging sendiri ,tapi setiap anak punya
karakter yang berbeda beda . Sekali
salah mendidiknya , seumur hidup orang tua akan menanggung akibatnya . Mendidik
anak bukanlah perkara sebenarnya , bila terjadi kesalahan dalam mendidik anak
akan berakibat fatal , Karena anak bukanlah barang maupun jasa bila rusak biasa
diperbaiki. Namun,bila kesalahan dalam
mendidik anak dibutuhkan waktu yang lama
bila mengobatinya dan mengembalikan kelunakan hati anak . Tentu harus hati hati
dalam mendidik anak .
Peran orang tua dalam mendidik anak
sangat terlihat jelas pada keluarga, keluarga merupakan peran utama bagi anak, keluarga merupakan tempat pertama
kali anak belajar mengenal kehidupannya karena dari orangtua kita belajar tentang
kata kata , ekspresi wajah, gerakan tubuh , perilaku, norma, keyakinan agama
,prinsip, dan nilai nilai Luhur. Semua ini kita terima dari orang tua kita
sendiri, orang yang paling penting dalam perkembanan psikologis anak. Proses
ini kemudian mengakar dalam diri lalu menjadi referensi utama dalam
berinteraksi dengan diri sendiri dan orang lain .Semua pengalaman yang diterima
anak dari orangtua ini memberikan pengaruh yang besar sekali bagi anak.
Peran orang
tua dalam mendidik anak tidak hanya terbatas dalam memberikan makan, minum,
membelikan pakaian baru , dan tempat berteduh yang nyaman. Beberapa hal
tersebut bukan berarti tidak perlu, sangat perlu namun ,ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam mendidik anak. Segala hal yang orangtua lakukan untuk
mengembangkan,mendukung, serta membina perilaku anak berpengaruh pada dirinya
sekarang. Tingkah laku anak akan seperti tingkah orangtuanya sendiri.contohnya
jika orang tua sifatnya pemarah anak orang tua tersebut akan memiliki sifat
pemarah , anak akan berhati hati dalam jika ingin menanyakan sesuatu terhadap
orangtua. Dengan kata lain perkembangan anak adalah hasil siklus interaksi yang
terus menerus antara kepribadian dasarnya dengan likungan sekitarnya. Setiap
unsur tersebut saling memperngaruhi dan
mengubah satu sama lain.
Pada zaman sekarang ini tidak mudah menjadi orang
tua dalam mendidik anak. Apalagi jika orangtua mengharapkan anaknya tidak
sekedar menjadi anak yang pintar, tetapi juga taat dan sholeh. Menyerahkan
pendidikan kepada sekolah tidaklah
cukup. Mendidik sendiri dan membatasi pergaulan dirumah juga tidak
mungkin. Membiarkan mereka lepas bergaul
di lingkungannya cukup beresiko. Hampir setiap orangtua mengeluhkan betapa saat
ini sangat sulit mendidik anak. Bukan saja sikap anak anak zaman sekarang yang
lebih berani. Dan agak sulit di atur
tetapi juga tantangan arus globalisasi
budaya , informasi, dan teknologi yang
turut memiliki andil besar dalam mewarnai sikap dan perilaku anak.
Anak anak sekarang beda dengan anak anak dulu. Anak
anak dulu takut terhadap orangtua dan patuh terhadap orangtua. tapi sekarang
anak anak berani membantah orangtua dan susah di atur oleh orangtua, Ada saja
alasan mereka. Pandai dan beraninya anak anak sekarang dalam beragumen untuk
menolak perintah atau nasihat, oleh sebagian orangtua atau guru mungkin
dianggap sikap bandel atau susah di
atur. Padahal bisa jadi hal itu karena kecerdasan atau keingintahuannya yang
besar membuat dia menjawab atau bertanya
. tidak melulu mereka menurut dan dia ( karena takut ) seperti anak anak zaman dulu.
Pembahasan
Seorang
anak dilahirkan dengan kondisi putih
bersih seperti kertas putih yang belum
tercoret tinta sedikitpun.Melalui interaksi
dengan lingkungannya seorang anak akan belajar hidup , baik interaksi
melalui mata terhadap setiap peristiwa yang dilihatnya, melalui suara yang
didengar , juga melalui panca indra lainnya. Seseorang akan beraksi dan
merespon , Orangtualah yang akan menentukan coretan atau lukisan hidup seorang anak. Anak baik dan pintar
adalah dambaan bagi setiap orangtua.
Anak adalah harta paling berharga dalam kehidupan orangtua. Setiap calon orang
tua dan yang sudah menjadi orangtua sangat mengharapkan memiliki anak yang baik
dan membanggakan. Untuk mewujudkan keinginan tersebut maka peran kedua orangtua
sangat diperlukan. Orangtua tidak hanya mendidik secara lisan saja tetapi juga
perilaku nyata, sehingga anak akan mengikutinya. Kebiasaan buruk yang sering
dilakukan oleh para orangtua dalam mendidik anak dapat menyebabkan perkembangan
anak kurang baik. Apa saja kebiasaan kebiasaan tersebut .
A. Marah
Yang Berlebihan
Kebanyakan
kita seringkali menyamakan antara
mendidik dengan memarahi. Perlu untuk selalu untuk diingat, memarahi adalah salah satu cara mendidik yang
paling buruk . Pada saat memarahi anak , kita tidak sedang mendidik
mereka, melainkan melampiaskan tumpukan kekesalahan kita karena kita tidak
bisa mengatasi masalah dengan baik. Marah juga seringkali hanya berupa upaya
untuk melemparkan kesalahan pada pihak lain.
Seorang anak nilai ulangannya jelek ,
“ nak kenapa nilai ulanganmu jelek …!!!!
Goblok sekali kamu....!!! masuk kamar sekarang
belajar...! Kalau tidak ibu akan hukum!!!!! Kalau nilainya masih jelek juga
akan ibu bunuh kamu,,,!!! seringkali orangtuapun
memarahinya yang berlebihan, kalau tidak dimarahi nanti tidak mau belajar , begitulah alasan
orang tua ketika menyuruh anak
belajar supaya mendapatkan nilai yang bagus.
Jangan
pernah bicara pada saat marah, jadi tahanlah dengan cara yang nyaman untuk kita
lakukan seperti masuk kamar mandi atau menghindar sehingga marah mereda. Yang
perlu dilakukan adalah bicara yang tegas bukan bicara keras. Bicara yang tegas
adalah dengan nada yang datar , dengan serius dan menatap wajah serta matanya
dala dalam. Bicara tegas adalah bicara pada saat pikiran kita rasional ,
sedangkan bicara keras adalah pada saat pikiran kita dikuasai emosi. Dan
seharusnya ketika anak mendapatkan nilai yang jelek peran orangtua adalah
menasehatinya dengan bertanya yang sopan dan lembut, menanyakan soal mana yang
belum paham dan mendampinginya belajar, jangan cuman menyuruh anaknya belajar
sendiri ,
B.
Membohongi anak
Saat kecil , anak anak selalu mendengarkan apa yang kita
katakan , akan tetapi semakin besar anak semakin susah dinasehati, makin
melawan atau makin gag nurut. Apa anak itu sudah tidak mempercayai kita lagi.
Ani yang
berusia 1,5 tahun , setiap ayahnya berangkat kerja , ia selalu menangis semakin
kencang dan semakin kencang, suatu hari ani tertidur ketika saatnya ayahnya
berangkat kerja , ternyata ani tidak menangis . sejak itu ayahnya mengendap
endap saat pergi kerja sehingga ani tidak menyadarinya . atau untuk membujuk
ani , ayah berkata bahwa ayah hanya pergi sebentar saja , padahal ternyata
pulangnya malam sekali. Contoh lain dengan membohongi anak seperti saat dika
tidak mau makan , ibupun mengancam dika kalau tidak mau makan nanti ibu tidak
boleh main prosotan. Padahal akhirnya boleh juga walau tidak usah makan. Lagi
pula tidak ada hubungannya makan dengan main prosotan.
Mungkin
inilah awal ketidakpercayaan anak kepada kedua orangtuanya . anak tidak lagi
percaya dengan orangtua katakan, bahwa anak kehilangan rasa amannya akan janji
janji yang orangtua ucapkan. Apa sulitnya untuk berkata jujur dalam
berkomunikasi dengan anak . ungkapkan dengan penuh kasih sayang , saat pergi
kekantor , sampaikan apa yang sebenarnya dengan kata kata yang anak tersebut
mudah memahami, ani ayah mau pergi berangkat kerja dulu ya, nanti sore setelah
ani mandi , papa akan pulang lalu kita bisa maen sama sama lagi. Mungkin anak
tetap menangis tapi lama kelamaan dia belajar bahwa ayah memang akan tetap
pergi, tapi sore nanti pasti datang. Ini menciptakan rasa aman dalam dirinya.
C.
Kasih Sayang Yang
Berlebihan
Sebagian ayah dan ibu saking sayangnya kepada anak
anaknya, mereka tidak mau memperbaiki karakter buruk anak anaknya sendiri. Mereka
membiarkan kenakalan anak anaknya tanpa sedikitpun ditanggapi dengan sikap
serius. Orangtua seperti ini tidak ingin memberi peringatan kepada anak anak
karena takut tersinggung atau karena takut anaknya menagis . Semua orangtua
harus mengekspresikan kasih sayang, tetapi jangan sampai untuk tidak
mendidiknya .
Saat teman mainnya mau pinjam mainan robot robotan kepada
anak kita tetapi anak kita tidak mengijinkan meminjamkan mainan tersebut,
malahan anak kita menangis dan merebut mainan tersebut kepada teman mainnya.
Tetapi ibu tersebut malah berkata kepada teman anak mainnya “jangan pegang
mainan itu ,itu punya anak aku,sana pergi”
Kasih sayang orangtua memang penting tapi kalau terlalu
berlebihan akan akan mendatangkan akibat yang tidak diharapkan. Seperti contoh
diatas ,seharusnya ibu anak tersebut menasehati anak tersebut dengan cara
mengajari anaknya harus bersikap berbagi kesesama teman lainnya, jangan malah
membiarkannya saja , atau jangan malah mendidik karakter anak menjadi pelit,
tidak mau berbagi.
D.
Mengalihkan
Tanggung Jawab
“ Mana yang nakal , mejanya ya ? Suara seorang ayah
lantang sambil menghampiri anaknya yang tengah menangis karena terjatuh di
dekat meja , tak lama kemudian terdengar suara ayah memukul meja, buk
buk,...lalu si ayah pun berkata dengan bangga “Udah udah ayah pukul mejanya ,
cup,,cup,,jangan nangis lagi ya”
Ini
adalah kebiasaan yang sangat buruk karena bisa menghilangkan rasa
bertanggungjawab anak dikemudian hari. Akibatnya , kelak orangtua akan
kesulitan mengatur perilaku anak. Ilustrasi ayah memukul meja di atas adalah
kebiasaan mengalihkan tanggungjawab. Niat ayah c baik , agar anak berhenti
menangis , tapi ayah telah salah menempatkan perasaan. Maka saat anak terjatuh
menagis sebaiknya, kita harus mengajarinya bangkit. Bahkan saat kita tidak
berkata apapun , anak akan berusaha bangkit sendiri. Terkadang tangisan anak
malah terjadi karena orangtua terlalu overacting. Sesekali, diam saja dan
berikan anggukan senyum atau berikan
tangan ayah dan bunda untuk membantu bangkit sambil menasehatinya untuk berhati
hati.
E.
Mengobral Ancaman
dan Omelan
Saat orangtua
putus asa setelah berbagai cara tidak di turuti anak , ancaman menjadi
alternatif tindakan, bedakan antara ancaman dan konsekuensi. Apabila kita
berbicara dengan anak dengan nada tinggi , apalagi dengan menunjuk, nunjuk
anak, kita tengah mengancam anak. Selain itu , ancaman biasanya tidaklah
dibuktikan , hanya untuk menakut nakutti saja.
RAKA, awas jangan naik tinggi tinggi nanti jatuh lo !.
Awas janmgan maen dilapangan nanti di culik !. ayo dimakan dong makan siangnya
nanti ayah atau bunda marah kalau tidak makan!. Jangan bandel nanti dipenjara
pak polisi.!
Saat anak melakukan kesalahan serius, coba berhenti dari
aktivitas kita, lalu minta anak untuk datang. Bicara dengan tegas namun tetap
lembut, jelaskan perasaan kita dan tunjukkan perilaku anak yang mana yang harus
di perbaiki serta sepakati konsekuensi yang akan di dapat apabila anak
mengulangi perilaku negatif itu lagi .
F.
Papa dan Mama Tidak
Kompak
Mendidik anak bukan hanya tanggung jawab para ibu atau
bapak saja, tetapi keduanya. Orangtua harus memiliki kata sepakat dalam
mendidik anak anaknya . Anak dapat dengan mudah menangkap rasa yang
menyenangkan dan tidak menyenangkan bagi dirinya.Misal seorang ibu melarang anaknya
menonton TV dan memintanya untuk mengerjakan PR, namun pada saat yang
bersamaan, si ayah membela si anak dengan berkata mengapa nonton tv trus?? Agar
tidak stresss.
Jika hal
ini terjadi anak akan menilai ibunya jahat dan bapaknya baik, setiap kali
ibunya memberi perintah ia akan mulai melawan dengan berlindung dibalik
pembelaan ayahnya. Demikian juga pada kasus sebaliknya. Oleh karena itu
orangtua harus kompak dalam mendidik anak dihadapan anak, jangan sampai berbeda
pendapat untuk hal hal yang berhubungan langsung dengan persoalan mendidik anak
.
Kesimpulan
Orangtua
menjadi model utama bagi anak, jika orangtua melakukan hal hal yang salah dalam
mendidik anak, maka anak akan memiliki perilaku yang salah, Orangtua harus
harus mengerti apa perannya dalam mendidik anak, supaya dalam perkembangan
perilaku anak tidak menyimpang. Anak yang nakal
dan tidak baik akan menjadi sorotan untuk masyarakat, teman, dan
gurunya, Orang lain pasti beranggapan anak menjadi seperti itu karena kesalahan
orangtua dalam mendidiknya.
Anak
merupakan anggota keluarga yang bisa mengkur isi hati ayah dan ibunya .
orangtua harus tegas dan beribawa dihadapan anak. Orangtua perlu meluangkan
waktu bersama anak minimal setengah jam di sela sela kesibukannya. Kenali
kemampuan anak, baik kemampuan kognitif, keterampilan fisik, perkemabangan
emosi, caranya berinteraksi dengan orang lain, juga masalah masalah khusus yang
dihadapinya. Orangtua peru menjadi model
dalam bergaul, beribadah, berkarya, dan
belajar. Perhatikanlah anak supaya tidak salah berteman . orang tua yang
mendidik anaknya dengan baik dan memberikan contoh tepat maka anak tersebut
akan tumbuh menjadi anak yang baik dan memiliki perilaku yang positif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar