Halaman

Pages

Laman

Jumat, 04 September 2015

PENGARUH BAHASA IBU TERHADAP PENINGKATAN KOMPETENSI SISWA



PENGARUH BAHASA IBU TERHADAP PENINGKATAN KOMPETENSI SISWA

Ulfa
Universitas Pekalongan

ABSTRAK
Artikel ini mendeskripsikan pengaruh bahasa ibu atau bahasa daerah terhadap peningkatan kompetensi siswa yang pada era globalisasi ini bahasa ibu sering di abaikan oleh masyarakat sekarang. Berbagai pendapat yang mengatakan bahwa menggunakan bahasa ibu itu ndeso atau kampunagan. Maka sang anak lebih ditekankan ke bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama atau bahasa ibu.
Kata kunci : bahasa, adat, usia.
Pendahuluan
Sebagian orang tua khawatir dengan perkembangan anak-anaknya ketika sang buah hati mereka tumbuh di lingkungan dengan beragam bahasa. Ketika anak- anak khususnya di usia prasekola, harus dikenalkan pada bahasa asing selain bahasa ibu. Banyak orang tua cemas karena belajar banyak bahasa akan menyebabkan anak mengalami kebingungan.
Akan tetapi menurut pakar pendidikan anak usia dini juga psikolog pendidikan, Novita Tandry M. Psi., memperkenalkan beragam bahasa kepada anak di usia dini pada dasarnya tidak menimbulkan masalah. Selama anak tersebut tidak mengalami kendala dalam kemampuan berbicara.
Memperkenalkan suatu jenis bahasa kepada anak di usia dini adalah salah satu bentuk stimulasi linguistik. Anak-anak yang tidak bermasalah dengan kemampuan berbicaranya, stimulasi menggunakan beberapa bahasa tidak akan menimbulkan masalah, bahkan dianjurkan. Di Indonesia terdapat tiga jenis bahasa, yaitu bahasa nasional, bahasa daerah, dan bahasa asing. Masing – masing dari ke tiganya memiliki fungsi dan kedudukan yang telah diatur. Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan atau bahasa nasional yang berfungsi sebagai  alat pemersatu bangsa. Bahasa daerah digunakan sebagai sarana penghubung dan pendukung kebudayaan di daerah,serta identitas daerah. Sementara bahasa asing berfungsi sebagai alat perhubungan antar bangsa dan sarana pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknilogi untuk kemajuan pembangunan nasional.
Permasalahan saat ini timbul ke tiga jenis bahasa itu tidak digunakan sesuai dengan fungsinya. Terutama soal bahasa daerah yang notabene merupakan bahasa ibu yang mulai berdarah – darah mempertahankan eksistensinya di tengah gerusan zaman. Mengapa hal ini terjadi ? Banyak faktor penyebab terjadinya hal itu. Dianataranya dikarenakan perkawinan berbeda suku, sehingga lebih baik menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu dalam keluarga. Yang lebih mengkhawatirkan untuk pelestarian bahasa daerah atau bahasa ibu adalah bahwa ada keluarga yang merasa tidak nyaman dan tidak bergengsi, atau merasa tidak modern. Ada juga yang berpendapat bahwa apabila menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu berarti melatih pemahaman anak menggunakan bahasa Indonesia sewaktu bergaul di sekolah atau di masyarakat.
Anak mempunyai kemampuan bahasa lebih dari satuu, kemudian dapat diarahkan untuk menggunakannya sesuai dengan konteks situasi, waktu dan tujuan pemakaian. Dengan dilatihnya berbahasa yang baik, anak mampu berkomunikasi, terbiasa berbicara, mampu memahami bahasa yang diguanakan dan bertambah kecerdasannya untuk memparafrasekan bahasa menjadi komunikatif. Pengaruh keluarga untuk menciptakan situasi dan kondisi yang demokratis, ketrbukaan dalam berbicara, melatih anak terampil dan fasih dalm berkomunikasi dengan baik sangat dibutuhkan oleh anak.

Pembahasan
Penguasaan sebuah bahasa oleh seorang anak dimulai dengan perolehan bahasa pertama yang sering disebut dengan bahasa ibu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa ibu adalah bahsa pertama yang dikuasai manusia sejak lahir melalui interaksidengan sesama anggota masyarakat bahasanya, seperti keluarga dan masyarakat lingkungannya.
Bahasa ibu adalah bahasa yang potensial dikuasai oleh seseorang sejak lahir secara terwaris. Pemerolehan bahasa merupakan sebuah proses yang sangat panjang sejak anak belum mengenal sebuah bahasa sampai fasih berbahasa. Hal ini menunjukkan bahasa pertama merupakan suatu proses awal diperoleh anak dalam mengenal bunyi dan lambing yang disebut bahasa.
Di dalam berbagai penelitian telah dibuktikan bahwa manusia normal mengalami tahap-tahap yang hampir sama dalam pemerolehan bahasa pertama. Beberapa ahli mengatakan bahwa proses pemerolehan bahasa dimulai sejak lahir. Hal ini  dibuktikan dengan kenyataan bahwa pada umumnya bayi yang baru lahir menunjukkan reaksi tertentu ketika mendengar suara ibunya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bayi mengenal suara ibunya sejak dalam kandunagan. Chomsky ( dalam Chaer, 2009 ) menyebutkan bahwa ada dua proses yang terjadi ketika seorang anak-anak memperoleh bahasa pertamanya. Proses yang dimaksud ialah proses kompetensi dan proses performansi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa 9 fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik ) secara tidak disadari. Kompetensi ini dibawa anak sejak lahir. Meskipun dibawa sejak lahir, kompetensi memerlukan pembinaan sehingga anak-anak memiliki performansi dalam berbahasa. Performansi adalah kemampuan anak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi.
Performasi terdiri atas dua proses, yaitu proses pemahaman dan proses penerbitan kalimat-kalimat. proses pemahaman melibatkan kemampuan mengamati atau mempersepsi kalimat-kalimat yang didengar, sedangkan proses penerbitan melibatkan kemampuan menghasilkan kalimat-kalimat.Secara umum anak-anak melalui tahapan pemerolehan bahasa yang sama, walaupun pencapaian tahapan tersebut mungkin akan dialami pada usia yang berbeda bagi setiap anak. Hal ini berhubungan erat dengan kematangan fisiologis dan dipengaruhi oleh perkembangan sistem saraf dalam otak.
Dalam prosesnya bahasa ibu memiliki peranan yang sangat penting yang menjadikan alasan bahwa bahasa ibu perlu dipertahankan dan diperhatikan untuk mengembangkan aspek kemampuan berbahasa pada anak usia dini. Bahasa ibu merupakan medium terbaik untuk mengekspresikan gagasan atau perasaan seseorang. Dengan begitu, bahasa ibu merupakan alat paling ampuh dan efektif untuk melakukan komunikasi dan pertukaran gagasan.
Melalui berbahasalah terutama bahasa ibu para individu membentuk identitas social dan budaya penuturnya, sehingga penggunaan bahasa yang sama akan mudah mengidentifikasikan diri mereka sebagai satu komunitas sosial dan melekat dengan identitas komunal tersebut. Selain itu, bahasa menentukan cara berpikir individu serta komunitas. Dari semua bahasa yang ada di dunia, bahasa ibu merupakan bahasa yang paling mudah dipelajari.
Berpikir merupakan instrumen sentral dalam perolehan pengetahuan dan proses berpikir mustahil dilakukan tanpa bahasa. Pengajaran dalam bahasa ibu, bahasa yang digunakan oleh anak untuk berpikir dan berangan-angan, menjadi langkah esensial pertama dan instrumen terbaik budaya. Dengan demikian, mendapatkan fondasi kokoh dalam bahasa ibu merupakan hal terpenting dalam keseluruhan proses pendidikan anak.
Pengembangan intelektual anak mustahil dilakuakan tanpa bahasa. Membaca, mengekspresikan diri, memperoleh pengetahuan, dan mengajukan pendapat adalah instrumen-instrumen penting pengembangan intelektualiatas. Semua itu hanya bisa dilakuakan melalui bahasa ibu sang anak. Kita mungkin bisa berkomunikasi menggunakan bahasa apapun, tapi ekspresi diri kreatif hanya bisa dilakukan menggunakan bahasa ibu. Pernyataan ini diperkuat dan dipertegas oleh fakta bahwa semua penulis hebat menghasilkan karya-karya sastra hebat dalam bahasa ibu mereka.
Bahasa ibu merupakan instrumen terpenting untuk melakuakan pengembangan emosi anak. Efek emosional dari karya sastra merupakan satu hal terpenting dalam pengembangan dan penyempurnaan emosi. Pengajaran bahasa ibu menjadi sangat penting karena amat menentukan kualitas perkembangan anak sebagai murid. Perkembangan kehidupan intelektual mereka, pengetahuan, kemampuan mengekspresikan diri, kreativitas, serta semua kemampuan produktif berakar pada bahasa ibu.
Ide-ide orisional merupakan produk bahasa ibu. Mempertimbangkan aspek fasilitas pikiran dan ekspresi, ide-ide baru dan orisinil hanya bisa dimunculkan dan dibentuk saat anak menggunakan bahasa ibu.
Sebagai orangtua dan juga calon pendidik sudah tentu kita ingin memberikan yang terbaik bagi putra putri kita. Kita ingin memberikan bekal yang bisa digunakan anak kelak dalam mengarungi samudera kehidupan. Orangtua memahami pentingnya pendidikan sebagai fondasi sukses. Namun sayangnya kebanyakan orangtua kurang kritis dan hanya mengikuti tren yang sedang “in”. Salah satunya adalah mengenai bahasa.
Salah satu kendala yang dialami siswa sekolah dasar di Indonesia dalam memahami pelajaran di sekolah, yakni tidak digunakannya nbahasa ibu mereka sebagai pengantar dalam proses pembelajaran. Akibatnya, mereka pun tidak mampu meraih prestasi akademik secara maksimal. Penggunaan bahasa ibu atau bahasa daerah sebagai bahasa pengantar dalam dalam pembelajaran untuk tingkat dasar sebenarnya sudah mulai diterapkan di beberapa negara Asia Tenggara. Basaha daerah digunakan sebagai bahasa pengantar untuk siswa kelas 1 sampai dengan kelas III. Bahasa nasional sendiri baru digunakan sebagai bahasa pengantar saat mereka menginjak kelas IV.
Di Indonesia sendiri program semacam ini sebenarnya diterapkan di Maluku dan Papua. Sayangnya, program tersebut belum bisa dijalankan secara maksimal karena adanya system yang mengharuskan siswa siswi di Papuauntuk berbahasa Indonesia. Selain itu, banyaknya banyaknya bahasa daerah yang dimiliki, menyulitkan siswa dalam berkomunikasi satu sama lainnya. Akibatnya, penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar pun belum mampu dilaksanakn sepenuhnya.
Di sisi lain sikap orang tua yang lebih mementingkan penguasaan bahasa asing bagi anaknya daripada bahasa ibunya menjadikan bahasa daerah semakin ditinggalkan. Mereka beranggapan, memberikan pelajaran bahasa asing sejak dini akan berdampak baik bagi perkembangan anaknya pada masa mendatang. Padahal, bahasa daerah tidak hanya sebats sarana untuk berkomunikasi. Lebih dari itu, di dalam bahasa daerah terkandung budaya serta nilai yang harus dipahami oleh anak agar memiliki kecerdasan social saat mereka berinteraksi dengan masyarakat.
Adapun untuk menjadikan bahasa ibu sebagai bahasa pengantar dalam proses pembelajaran, dibutuhnkan tiga syarat yang harus dipenuhi. Pertama, tersedianya guru yang berkualitas serta menguasai bahasa daerah dan bahasa Indonesia dengan baik dsan benar. Kedua, tersedia ya kurikulum multibahasa yang sesuai. Ketiga, adanya dukungan dari orang tua untuk mengkondisikan anaknya agar selalu berkomunikasi dalam bahasa daerahnya saat mereka berada di rumah. Tanpa terpenuhinya ke tiga syarat tersebut, sangat sulit untuk menjadikan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar. Di samping itu, dukungan pemerintah daerah maupun masyarakat terhadap upaya pelestarian bahasa ibu tersebut sangan dibutuhkan.
Anak yang sejak kecil diajarkan bahasa ibu akan lebih memahami hal-hal konseptual, dibandinhkan anak yang sejak kecil dilatih berbicara asing. Di dalam bahasa ibu, khususnya bahasa daerah, juga terkandung pemnbelajaran tentang norma-norma, nilai-nilai dan budi pekerti.
Anak yang diajarkan beberapa bahasa, kecenderungan untuk dapat berbicara lebih lambat. Sebab, di dalam berbicara, dia harus tahu hubungan suatu konsep dengan kata itu. Kalau kita bicara kursi maka konsepnya tempat duduk. Jadi penanaman konsep akan lambat karena anak bingung dengan banyak bahasa. Pembelajran bahasa harus didukung oleh lingkungan. Oleh karena itu, belajar dengan bahasa ibu adalah yang terbaik karena bahasa ibu dipakai di dalam limgkungan anak.
Kemampuan berbahasa ibu harus mapan, naiknay selama tiga tahun belajar, sebelum menguasai bahasa ke dua. Penggunaan bahasa ibu dalam pendidikan memperkuatbahasa dan budaya dari kelompok yang seringkali terabaikan. Pendidikan multibahasa berbasis bahasa ibu merupakan pendidikan yang memungkinkan pelajar mencapai kelancaran dan kepercayaan diri dalam bertutur, membaca, dan menulis dalam bahasa ibu, bahasa nasional, lalu bahasa internasional.
Sepenggal paragraf dari buku Bahasa Prevoir Budaya benar adanya menggambarkan kondisi kebahasaan masyarakat kita sekarang ini. Terlebih perlakuan terhadap bahasa ibu yang semakin hari semakin tidak dianggap penting, terkesan ndeso serta menjadi urutan kesekian penguasaan bahasa di tengah tuntutan penguasaan bahasa asing karena sebuah arus yang disebut globalisasi. Anekdot- anekdot yang tercipta di masyarakat bahwa bahasa ibu tidak lagi penting adalah faktor besar yang menghambat pelestariannya. Anak – anak cenderung dibiasakan berbahasa Indonesia sejak dini. Sementara orang tua memberikan porsi yang sangat kecil dalam menggunakan bahasa daerah ketika bercakap – cakap dengan sang anak. terlebih kekhawatiran orangtua apabila sang anak tidak dapat berbahasa secara santun dengan bahasa Indonesia di sekolah.
Penyebab pokok dari fakta kejenuhan siswa belajar bahasa Indonesia adalah lantaran bahjasa daerah tidak pernah diguanakan untuk mengawali proses pembelajaran . idealnya, untuk belajar berbahasa, dan juga mata pelajaran di tingkat awal, harus digunakan bahasa lisan yang juga bahasa ibu, yang lazimnya pula bahasa daerah.

Simpulan
Betapa pentingnya pengajaran bahasa ibu di sekolah. Fakta lain pun menunjukkan bahwa berdasarkan penelitian para ahli lingustik seorang anak yang sudah dijejali kemampuan berbahasa terlalu banyak terutama bahasa asing akan kesulitan dalam menggunakan sebuah bahasa secara baik dan  benar dalam tataran tulisan maupun lisan. Hal yang seharusnya dilakukan adalah mengubah system dalam pendidikan seorang anak. Utamanya di pendidikan formal dan lingkungan sosial. Untuk melestarikan bahasa ibu secara efektif perlu adanya kerjasama dengan pihak istansi pendidikan untuk menambah jam mata pelajaran tersebut. Selain itu untuk mata pelajaran bahasa asing dapat dikurangi di taraf pendidikan dasar. bahasa daerah, yang menjadi bahasa pertamaseorang anak justru dianggap muatan lokal sebagai pemenuhan kewajiban pendidikan berbasis kearifan lokal. Sudah semakin jarang orang menganggapnya dengan serius. Banyak nilai-nilai kearifan lokal yang semakin menghilang. Sementara itu, bahasa asing semakin digadang – gadang sebagai pemecah masalah segala urusan yang berkaiotan dengan globalisasi. Akibatnya banyak system pendidikan kita yang justru mengesampingkan bahasa sendiri demi kebutuhan bahasa asing ini.
Lingkungan yang kondusif juga sangat mempengaruhi pola berbahasa sang anak. Orang tua memegang peran sental dalam pengawasan terhadap anak tersebut, terutama dalam control tindakan dan kata – kata. Ada kebutuhan yang sangat perlu dipertimbangkan pemerintah Indonesia, yaitu pengembangan program pendidikan multibahasa berbasis bahasa ibu bagi siswa SD terutama di pelosok Indonesia.
Daftar Pustaka
Rahadi, R. Kunjana. 2009. Bahasa Prevoir Budaya, yogyakarta : Pinus Book.
Hasan alwi dan Dendy Sugono. 2003. Politik Bahasa : Rumusan Seminar Politik Basaha, Jakarta : Pusat Bahasa.

2 komentar: