Halaman

Pages

Laman

Kamis, 03 September 2015

PENGARUH MEMBACAKAN CERITA SEBELUM TIDUR PADA ANAK-ANAK TERHADAP PENGUASAAN BAHASA B2

PENGARUH MEMBACAKAN CERITA SEBELUM TIDUR PADA ANAK-ANAK TERHADAP PENGUASAAN BAHASA B2
Ainur Rofita
Sari
Artikel ini menjelaskan adanya pengaruh membacakan cerita sebelum tidur pada anak-anak terhadap penguasaan bahasa.Anak-anak yang masih bertutur dengan bahasa Ibu dapat secara tidak langsung belajar bahasa B2. Membacakan cerita sebelum tidur menjadi stimulus untuk anak-anak dalam pembelajaran B2 yang nantinya akan diperoleh dalam pendidikan, sehingga penguasaan bahasa B2dapat terbentuk sedari kecil. Peran orang tua sangat penting dalam memilih cerita yang mengandung bahasa yang tidak terlalu  sulit untuk dicerna oleh anak-anak.
Kata kunci : media cerita, penguasaan bahasa B2, usia

Pendahuluan
Belajar adalah kebutuhan manusia sepanjang hayatnya. Manusia tidak akan lepas dari belajar, sehingga belajar dan manusia tidak bisa dipisahkan. Manusia sejak dalam rahim sudah melakukan kegiatan belajar yaitu belajar mencerna stimulus-stimulus yang diberikan oleh sang Ibu maupun lingkungan sekitarnya. Stimulus-stimulus tersebut dapat berupa usapan tangan, percakapan-percakapan kecil, berbagai kegiatan kecil yang dijalani Ibu, dll.
Salah satu dari stimulus-stimulus tersebut yaitu percakapan-percakapan kecil yang mana dapat didengar oleh si bayi sejak trimester ke 2 di dalam rahim.Diakui bahwa percakapan-percakapan kecil mampu membentuk rangsangan yang baik dalam aspek berbahasa si bayi.
Sembilan bulan dalam masa kehamilan, Ibu dianjurkan untuk memberikan stimulus.Hal itu dianjurkan untuk merangsang aspek berbahasa si bayi. Pemberian stimulus akan dilanjutkan terus sampai bayi lahir, sampai bisa menuturkan suara atau kata.
Usia anak-anak adalah usia yang baik untuk memberikan stimulus bahasa. Stimulus tersebut dapat berupa membacakan cerita sebelum tidur.Ada pembelajaran terhadap bahasa B2 secara tidak sengaja.Anak-anak masih mengalami perkembangan dan pertumbuhan otak, maka perlu adanya suatu rangsangan agar perkembangan dan petumbuhan otaknya berjalan baik dan sempurna.
Anak-anak sudah berbahasa atau bertutur hal-hal yang masih terbilang mudah dalam usianya, misalnya “ papa “, “ mama “, “ mimik “, dsb. Membacakan cerita sebelum tidur tentunya merangsang penguasaan berbahasa khususnya kosa kata anak-anak.
Pada masa awal perkembangan bahasa anak-anak itu mempunyai karakteristik antara lain adanya penyusutan ( reduksi ). Penyusutan atau penghilangkan adalah kata-kata yang termasuk golongan fungtor atau kata tugas, seperti kata depan, kata sambung partikel, dsb. Fungtor adalah kata-kata ( atau butir gramatika seperti penanda jamak –es atau –s dalam bahasa Inggris ) yang tidak mempunyai arti tersendiri, serta biasanya mempunyai arti tersendiri dan biasanya hanya mempunyai fungsi gramatikal dalam sintaksis.
Kata-kata yang tetap bertahan dalam tutur anak-anak adalah kata yang tergolong kontentif atau kata penuh, yaitu kata yang mempunyai makna sendiri jika berdiri sendiri. Karena itu hilangnya fungtor tidak akan mengurangi isi makna suatu kalimat, dan karena itu kalimat anak-anak masih bisa dimengerti oleh orang dewasa.
Orang tua harus lebih selektif dalam memilih cerita sebelum tidur untuk anaknya, misal dongeng atau cerpen anak.Cerita yang dibacakan oleh Ibu disamping memberikan kosa kata yang baru pada anak-anak juga memberikan nilai-nilai yang baik bagi kehidupan.
Cerita sebelum tidur akan mengasah penguasan bahasa anak, karena anak sering mendengar kata-kata yang dibacakan oleh Ibu. Kata-kata yang ada kadang menimbulkan pertanyaan bagi si anak, lalu Ibu menjawab makna kata-kata yang sulit itu. Maka akan terbentuk komunikasi yang baik antara Ibu dan anak serta kosa kata anak menjadi bertambah.

Pembahasan
Pemerolehan bahasa adalah proses yang digunakan oleh anak-anak dalam memiliki kemampuan berbahasa, baik berupa pemahaman atau pun pengungkapan, yang berlangsung secara alami, dalam situasi non formal, spontan, dan terjadi dalam konteks berbahasa yang bermakna bagi anak. Pemerolehan bahasa juga dapat terjadi secara serempak dua bahasa dan secara berurutan.Pemerolehan secara serempak dua bahasa terjadi pada anak yang dibesarkan dalam masyarakat bilingual (menggunakan dua bahasa dalam berkomunikasi) atau dalam masyarakat multilingual (menggunakan lebih dari dua bahasa).Sedangkan pemerolehan berturut dua bahasa terjadi bila anak menguasai dua bahasa dalam rentang waktu yang relatif berjauhan.

Strategi anak memperoleh bahasa melalui peniruan, pengalaman lansung,mengingat, bermain, dan penyederhanaan.Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa anak yaitu faktor biologis, faktor lingkungan sosial, faktor intelegensi, dan faktor motivasi.

Kemajuan berbahasa mereka berjalan seiring dengan perkembangan fisik, mental, intelektual, dan sosialnya.Perkembangan bahasa anak ditandai oleh keseimbangan dinamis atau suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari bunyi-bunyi atau ucapan yang sederhana menuju tuturan yang lebih kompleks.


Kemampuan berbahasa anak tidak diperoleh secara tiba-tiba atau sekaligus, tetapi bertahap.Tahapan perkembangan bahasa anak menurut Tarigan dapat dibagi atas tahap pralinguistik,  tahap satu-kata, tahap dua kata, tahap banyak kata. Sedangkan fase/tahap perkembangan bahasa menurut Ross dan Roe adalah fase fonologis, fase sintaktik, dan  fasesemantik.Seiring dengan perkembangan bahasa, berkembang pula penguasaan anak-anak atas sistem bahasa yang dipelajarinya. Sistem bahasa itu terdiri atas subsistem, yaitu: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik.

Kosa kata anak-anak kecil akan berkisar pada saat sekarang dan yang ada disini. Perkembangan kosa kata tentu sejalan dengan “ lingkaran “ situasi yang melingkupi anak. Jika anak itu berusia 2-3 tahun, aktivitas kehidupannya akan mencakup makan, minum, tidur. Maka dari itu peranan orang tua atau Ibu sangat penting dalam membentuk kosa kata anak.

Ada pula ciri universal dalam tutur anak-anak ditinjau dari segi fonologi.Misalnya bunyi-bunyi yang dihasilkan dari gerak membuka dan menutupnya bibir yang biasa disebut dengan bunyi bilabial, merupakan bunyi-bunyi yang sangat umum dihasilkan oleh anak-anak pada awal ujaranya.Orang terutama dan pertama paling dekat dengan anak pada masa awal perkembangan bahasanya adalah ibunya. Dan jika diperhatikan kata panggilan untuk ibu dalam berbagai bahasa, akan membenarkan pandangan bahwabunyi bilabial itu dominan pada awal perkembangan bahasa anak. Misalnya : mak, mbok (Jawa), mpok (Jakarta), me atau mek (Bali), mi, mam (Belanda), ma (Cina), mom (Inggris), bu (Melayu). Produksi awal bunyi-bunyi bilabial ini bisa kita mengerti karena bunyi-bunyi inilah yang paling mudah dihasilkan, yaitu dengan hanya menggerakkan kedua bibir.

            Membacakan cerita sebelum tidur kepada anak, maka anak akan mengenal subsistem bahasa. Cerita sebelum tidur terdapat banyak kosa kata yang baru didengar oleh anak.Selama Ibu membacakan cerita kadang ditengah, diakhir atau di saat memulai membacakan cerita anak sudah mulai menanyakan arti sebuah kata yang dikiranya masih asing.

            Anak-anak tentu hanya akan menanyakan arti sebuah kata, dan tidak menanyakan maksud suatu kalimat yang terdapat dalam cerita. Karena usia anak-anak masih dalam fase mempelajari kata-kata dan maksudnya atau artinya sehingga dapat dipahami. Anak-anak akan menjadi bilingualis setelah menyimak cerita yang dibacakan oleh Ibu karena selain mereka berkomunikasi dengan bahasa Ibu mereka juga bertutur dengan bahasa B2, seperti bahasa Indonesia contohnya.

            Membacakan cerita sebelum tidur jika sudah menjadi kebiasaan akan menghasilkan manfaat yang baik antara si Ibu dan anaknya. Diantara manfaat itu adalah terjalinnya ikatan batin yang kuat antara si Ibu dan anak, membuat anak bisa lancar dalam berkomikasi, memperkaya kosa kata anak, dan mempermudah anak jika sudah memasuki dunia sekolah dalam pemerolehan bahasa pengantar pendidikan ( B2 ). Sehingga dalam pergaulannya nanti anak tidak mengalami kesulitan dalam berbahasa dan penyerapan ilmu pengetahuan dapat berjalan dengan lancar.Bagi si anak menyimak cerita sebelum tidur dapat secara tidak langsung membuat anak tidak mengalami interferensi bahasa, karena yang dia simak adalah cerita yang berbahasa baik dan benar.

            Dengan cerita yang mengandung banyak kosa kata baru bagi anak, anak dapat juga berlatih melafalkan bunyi-bunyi secara jelas misal bunyi r dan s. Pelafalan lambat laun akan menjadi jelas dengan bimbingan Ibu ketika meminta anaknya untuk menuturkan kata yang terdapat dalam cerita tersebut.

            Kemampuan berbahasa yang lain dapat dikuasai anak jika semasa kecilnya rutin dibacakan cerita sebelum tidur yaitu kemampuan membaca, berbicara dan menyimak. Seringnya menyimak cerita anak dapat berlatih konsentrasinya sehingga ia bisa paham isi cerita yang dibacakan oleh ibunya, dari sini kemampuan menyimak anak sudah terpupuk. Dengan membacakan cerita anak mendapatkan kosa kata yang banyak dan baru, sehingga ini menjadi bekal disaat ia sudah remaja dan dewasa. Kemudian kemampuan membaca anak akan terlatih karena pemberian rangsangan dari ibu membacakan cerita, anak mulai sedikit berlatih membaca walaupun dengan hafalan sampai akhirnya dituntun untuk mulai mengeja kata-kata yang terdapat dalam cerita baru dan membaca menjadi fase akhir.

            Orang tua khusunnya harus pintar pula dalam memilih bahan cerita, misalnya dalam dongeng atau cerpen anak. Selain bahan cerita pemilihan tema cerita juga perlu mendapatkan perhatian, untuk usia anak-anak pemilhan tema harus mendidik dan mampu membentuk karakter anak. Seperti dongeng-dongeng legenda Indonesia seperti timun mas, legenda danau toba, Malin Kundang, dll.Cerita juga harus memberikan pengajaran nilai-nilai keluhuran meliputi nilai sosial, keagamaan, kebudayaan, keindahan dll.

            Membacakan cerita selain dapat menstimuli anak dalam penguasaan bahasa B2 juga memberikan pembelajaran kepada anak tentang nilai kehidupan. Dalam cerita digambarkan perilaku-perilaku terpuji dari tokoh-tokoh cerita yang nantinya dapat dijadikan suri tauladan bagi anak, juga hal-hal sebab akibat yang memberi pasokan pengetahuan anak, misalnya jika berani dengan orang tua adalah anak durhaka maka akan dihukum oleh Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga anak akan ingat dengan pesan yang disampaikan dalam cerita, dan perilaku anak menjadi dapat dikendalikan, karakter juga dapat dibentuk.

            Bandingkan dengan seorang anak yang dari kecil orang tua tidak pernah memberikan stimulus dalam bahasa. Kemampuan penguasaan bahasa B2 anak rendah sehingga dalam proses pemerolehan bahasa berjalan lambat juga di saat memasuki dunia sekolah penyerapan pengetahuan akan kurang karena anak tersebut tidak terlalu menguasai bahasa B2 yang digunakan pengantar pembelajaran. Anak yang kurang mendapat stimulus dalam bahasa mengalami interferensi berbahasa karena pengaruh dari bahasa Ibu.Begitu juga dengan kemampuan berbahasa seperti membaca, menyimak dan berbicara belum bisa terlihat dengan jelas.Hal tersebut karena minimnya kosa kata terhadap bahasa B2 menyebabkan ketidakpahaman dalam kegiatan bertutur.

            Anak yang sejak kecil sudah mendapatkan stimulus bahasa dengan anak yang dari kecil terlambat atau tidak mendapat stimulus bahasa dari orang tuannya akan berbeda dalam berbahasa. Anak yang sejak kecil sudah mendapatkan stimulus misal anak Apenguasaan bahasa B2nya akan baik, tapi anak yang terlambat mendapatkan stimulus bahasa atau tidak mendapatkan stimulus bahasa misal anak B penguasaan bahasa B2nya akan kurang. 
           
            Hal tersebut dapat dicermati jika anak A bertutur bahasa B2 maka tuturannya akan jelas dipahami oleh orang dewasa, namun anak B dalam bertutur bahasa B2 tuturannya menjadi kurang jelas karena penguasaan bahasanya kurang dan orang dewasa menjadi sulit memahami bahasanya jika orang dewasa tersebut tidak mengetahui bahasa Ibu anak B.

            Anak B bisa menjadi penutur yang baik seperti anak A, dengan diberikan stimulus bahasa oleh gurunya. Hal tersebut akan memerlukan waktu yang lama namun dapat memperbaiki tuturan bahasa B2 anak B. Guru sekarang mempunyai dua posisi satu sebagai pengajar dan pendidik sisi yang lain menjadi orang tua yang mendampingi pembelajaran bahasa B2. Media pembelajaran untuk anak B yang paling efektif adalah cerita.Karena cerita mengandung banyak kosa kata yang baru dipelajari oleh anak B sehingga kosa katanya bisa bertambah.

           

Meskipun tuturan anak bersifat sementara, artinya akan ditinggalkan kalau usia semakin bertambah remaja, namun penguasaan bahasa B2 tidak bersifat sementara karena akan digunakan selama hidupnya. Bahasa B2 digunakan dalam berbagai bidang kehidupan seperti bidang pendidikan, sosial, ekonomi dan bahasa resmi kenegaraan, maka dari itu penguasaan bahasa B2 sejak anak-anak akan sangat membantu.

Kesimpulan
            Orang tua memiliki peran penting terhadap kebahasaan anaknya. Karena orang tua merupakan titik pembelajaran pertama yang dialami oleh anak, maka orang tua mempunyai tanggung jawab penuh untuk membentuk kebahasaan anak terutama dalam penguasaan bahasa B2 yang sangat berguna bagi kehidupan anak selanjutnya selain bahasa ibu yang juga penting sebagai sarana anak dalam berkomunikasi. Bahasa B2 digunakan seumur hidup oleh anak karena bahasa ibu yang lambat laun akan terkikis karena anak tumbuh semakin remaja hingga dewasa.
            Dengan memberikan stimulus bahasa yang berupa membacakan cerita sebelum tidur anak akan terstimuli penguasaan bahasa B2nya secara bertahap dan berkelanjutan, pemilihan bahan cerita juga membutuhkan perhatian lebih bagi orang tua. Pemilihan cerita yang berbobot akan memupuk terbentuknya karakter dan bahasa anak. Cerita sebelum tidur memberikan pasokan kosa kata yang banyak bagi anak sehingga anak bisa lebih cepat memahami bahasa B2 dibanding dengan anak yang tidak atau terlambat mendapatkan stimulus dari Ibu.

Daftar pustaka
http://mastugino.blogspot.com/2013/12/perkembangan-bahasa.html
Sumarsono. 2011.sosiolinguistik. yogyakarta : Pustaka Pelajar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar