Halaman

Pages

Laman

Kamis, 22 Oktober 2015

Hakikat Linguistik dan Objek Kajian Linguistik


Hakikat Linguistik dan Objek Kajian Linguistik
A.    Hakikat Linguistik
Linguistik berarti ilmu bahasa. Kata linguistik berasal dari kata Latin lingua yang berarti bahasa.Orang yang ahli dalam ilmu linguistik disebut linguis. Ilmu linguistik sering juga disebut linguistikumum (general linguistic) karena tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja.
Ferdinand De Saussure seorang sarjana Swiss dianggap sebagai pelopor linguistik modern. Bukunyayang terkenal adalah Cours de linguistique generale (1916). Buku tersebut dianggap sebagai dasarlinguistik modern. Beberapa istilah yang digunakan olehnya menjadi istilah yang digunakan dalamlinguistik. Istilah tersebut adalah langue, language, dan parole.
Langue mengacu pada suatu sistem bahasa tertentu yang ada dalam benak seseorang yang disebutcompetence oleh Chomsky. Langue ini akan muncul dalam bentuk parole, yaitu ujaran yangdiucapkan atau yang didengar oleh kita. Jadi, parole merupakan performance dari langue. Paroleinilah yang dapat diamati langsung oleh para linguis. Sedangkan language adalah satu kemampuanberbahasa yang ada pada setiap, manusia yang sifatnya pembawaan. Pembawaan ini pun harusdikembangkan melalui stimulus-stimulus. Jika dikaitkan dengan istilah-istilah dari Ferdenand DeSaussure, maka yang menjadi objek dalam linguistik adalah hal-hal yang dapat diamati dari bahasayakni parole dan yang melandasinya yaitu langue.
Bagi linguis, pengetahuan yang luas tentang linguistik tentu akan sangat membantu dalammenyelesaikan dan melaksanakan tugasnya. Seorang linguis dituntut untuk dapat menjelaskanberbagai gejala bahasa dan memprediksi gejala berikutnya. Bagi peneliti, kritikus, dan peminatsastra, linguistik akan membantu mereka dalam memahami karya-karya sastra dengan lebih baik.Bagi guru bahasa pengetahuan tentang seluruh subdisiplin linguistik fonologi, morfologi, sintaksis,dan semantik) akan sangat diperlukan. Sebagai guru bahasa, selain dituntut untuk mampuberbahasa dengan baik dan benar mereka juga dituntut untuk dapat menjelaskan masalah dangejala-gejala bahasa. Pengetahuan tentang linguistik akan menjadi bekal untuk melaksanakan tugastersebut.
Bagi penyusun kamus, pengetahuan tentang linguistik akan sangat membantu dalam menjalankantugasnya. Penyusun kamus yang baik harus dapat memahami fonem-fonem bahasa yang akandikamuskan, penulisan fonem tersebut, makna seluruh morfem yang akan dikamuskan, dansebagainya. Para penyusur buku pelajaran tentu banyak membutuhkan konsep-konsep linguistikdalam benaknya. Buku pelajaran yang akan disusun harus menggunakan kalimat yang sesuai dengantingkat pemahaman siswa yang akan membaca buku tersebut. Di samping itu mereka harus mampumenyajikan materi dengan kosakata dan kalimat yang tepat sehingga tidak terjadi kesalahpahaman.Linguistik akan sangat bermanfaat bagi mereka.
Sebagai sebuah gejala yang kompleks, bahasa dapat diamati atau dikaji dari berbagai segi. Hal inimelahirkan berbagai cabang linguistik. Berdasarkan segi keluasan objek kajiannya, dapat dibedakanadanya linguistik umum dan linguistik khusus. Berdasarkan segi keluasan objek kajiannya, dapatdibedakan adanya linguistik sinkronik dan diakronik. Berdasarkan bagian-bagian bahasa mana yangdikaji, dapat dibedakan adanya linguistik mikro dan makro yang sering juga diistilahkan denganmikrolinguistik dan makrolinguistik. Berdasarkan tujuannya, dapat dibedakan antara linguistikteoritis dan linguistik terapan. Berdasarkan alirannya, linguislik dapat diklasifikasikan atas linguistiktradisional, linguistik struktural, linguistik trasformasional, linguistik generatif, linguistik relasional.

Pada dasarnya, linguistik terdiri atas dua bidang besar, yaitu:
1.      Mikrolinguistik, yaitu bidang linguistik yang mempelajari bahasa dari dalam dengan kata lain mempelajari struktur bahasa itu sendiri
2.      Makrolinguistik, yaitu bidang linguistik yang mempelajari bahasa dlam hubungannya dengan faktor-faktor di luar bahasa, termasuk di dalamnya bidang interdisipliner dan bidang terapan.
Ditinjau dari sudut tujuan, linguistik dapat dibagi atas dua bidang, yaitu linguistik teoritis dan terapan.
1.      Linguistik teoritis, yaitu bidang linguistik yang mengkaji dan mengupas bahasa untuk mendapatkan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa. Linguistik teoritis ada ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus. Linguistik yang bersifat umum biasanya disebut linguistik umum yang berusaha memahami ciri-ciri umum dari berbagai bahasa. Linguistik teoritis yang khusus berusaha menyelidiki ciri-ciri khusus dalam bahasa tertentu saja. Linguistik teoritis mencakup: linguistik deskriptif, linguistik historis komparatif. Pembagian ini dirinci satu persatu sebagi berikut:

a.       Linguistik teoritis adalah cabang llinguistik yang memusatkan perhatian pada teori umum dan metode-metode umum dalam penyelidikan bahasa.
b.      Linguistik deskriptif disebut juga linguistik sinkronis adalah bidang linguistik yang menyelidiki sistem bahasa pada waktu tertentu saja. Misalnya: bahasa Indonesia dewasa ini, bahasa Inggris yang dipakai oleh shakepeare, dan sebagainya tanpa memperhatikan perkembangannya dari waktu ke waktu. Cabang ini terbagi atas (1) fonologi deskriptif, (2) morfologi deskriptif, (3) sintaksis deskriptif, (4) leksikologi deskriptif. Fonologi meneliti tentang ciri-ciri bunyi dan fungsi bunyi. Morfologi menyelidiki tentang kata, unsur, dan proses pembentukannya, sintaksis menyelidiki satuan antara satuan-satuan itu. Morfologi dan sintaksis termasuk dalam tataran tata bahasa atau gramatika. Leksikologi menyangkut perbendaharaan kata atau leksikon.
c.       Linguistik historis komparatif (diakronis) adalah linguistik yang mempelajari dan menyelidiki perkembangan bahasa dari satu masa ke masa lain, serta menyelidiki perbandingan satu bahsa dengan bahasa lain untuk menemukan bahasa purba atau bahasa proto sebagai bahasa induk bersama. LHK terbagi pula atas bidang (1) fonologi), (2) morfologi, (3) sintaksis, (4) leksikologi historis komparatif. Dinyatakan pula bahwa bahasa mempunyai aspek makna atau aspek semantis. Penyelidikan tentang aspek ini baik yang bersifat teoritis umum maupun yang bersifat deskriptif dan bersifat historis komparatif, disebut semantik. Bidang ini sering disebut semantik linguistik, untuk membedaknnya dengan semantik filosofis, yakni cabang ilmu filsafat yang juga menyelidiki makna.

2.      Linguistik Terapan (appllied linguistics) mencakup bidang: pengajaran bahasa, penerjemahan, leksikologi, fonetik terapan, sosiolinguistik terapan, pembinaan bahasa internasional, pembinaan bahasa khusus, linguistik medis, mekanolinguistik. Penjelasanya sebagi berikut:
a.       Pengajaran bahasa mencakup metode-metode pengajaran bahasa, ucapan bunyibunyi dengan pelajaran bahasa, strategi, model, dan cara-cara pengajaran bahasa.
b.      Penerjemahan, mencakup metode dan tehnik pengalihan amanat dari satu bahasa ke bahasa lain
c.       Leksikografi, mencakup metode dan tehnik penyusunan kamus
d.      Fonetik terapan, mencakup metode dan tehnik pengucapan bunyi-bunyi dengan tepat, misalnya untuk melatih orang yang gagap, untuk melatih pemain drama, dan sebagainya.
e.       Sosiolinguistik terapan, mencakup pemanfaatan wawasan sosiolinguistik untuk keperluan praktis, seperti perencanaan bahasa, pembinaan bahasa, pemberantasan buta aksara, dan sebagainya.
f.       Pembinaan bahasa Internasional, mencakup usaha untuk menciptakan komunikasi dan saling pengertian internasional dengan menyusun bahasa buatan seperti bahasa esperanto.
g.      Pembinaan bahasa khusus, mencakup penyusunan istilah dan daya bahasa dalam bidang-bidang khusus, antara lain dalam militer, dalam dunia penerbangan, dalam dunia pelayaran.
h.      Linguistik medis, membantu bidang patologi dalam hal penyembuhan cacat bahasa
i.        Grafologi, kajian linguistik tentang tulisan-tulisan.
j.        Mekanolinguistik, mencakup penggunaan linguistik dalam bidang komputer dan usaha untuk membuat mesin penerjemah, usaha pemanfaatan komputer dalam penyelidikan bahasa, misalnya dalam penyusunan konkordansi teks-teks, dalam perhitungan frekwensi kata-kata untuk perkamusan dan pengajran bahasa. Bidang ini disebut juga linguistik komputasi.

Kajian linguistik terapan merupakan salahsatu bagian dari kajian linguistik interdisipliner. Kajian interdisipliner yang antara lain psikolinguistik, sosiolinguistik, etnolinguistik. Secara singkat penejelasanya sebagi berikut:
a.       Filsafat bahasa adalah kajian yang mengupas kodrat dan kedudukan bahasa manusia dalam hubungannya dengan filsafat dan peranan melahirkan pemikiran filsafat.
b.      Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara bahasa dan prilaku serta akal budi manusia atau ilmu interdisipliner linguistik dengan psikologi.
c.       Etnolinguistik adalah cabang linguistik yang menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyrakat pedesaan atau masyarakat yang belum mempunyai tulisan. Bidang ini disebut juga linguistik antropologi.

Dari sudut pandang lain, Achmad HP (1996/1997) mengemukakan bidang linguistik dapat diitinjau dari berbagai aspek sebagai berikut: Setiap disiplin ilmu biasanya dibagi atas bidang-bidang bawahan (subdisiplin) atau cabang-cabang berkenaan dengan adanya hubungan disiplin itu dengan masalahmasalah lain. Mengingat bahwa objek linguistik yaitu bahasa merupakan fenomena yang tidak dapat di lepaskan dari segala kegiatan manusia bermasyarakat, sedangkan kegiatan itu sangat luas, maka pembidangan linguistik itu pun menjadi sangat banyak. Pembidangan linguistik itu berdasarkan: (a) objek kajiannya adalah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu, (b) objek kajiannya adalah bahasa pada masa tertentu atau bahasa sepanajang masa, (c) objek kajiannya adalah struktur internal bahasa itu sendiri dalam kaitannya dengan berbagai faktor di luar bahasa, (d) tujuan pengkajiannya apakah untuk keperluan teori belaka atau tujuan penerapan, (e) teori atau aliran yang digunakan untuk menganalisis objeknya.
a.       Berdasarkan cakupan objek kajiannya, linguistik dibedakan dengan adanya linguistik umum dan linguistik khusus Linguistik umum adalah linguistik yang berusaha mengkaji kaidah-kaidah bahasa secara umum. Pernyataan-pernyataan teoritis yang dihasilkan akan menyangkut bahasa pada umumnya, bukan bahasa tertentu. Sedangkan linguistik khusus berusaha mengkaji kaidah-kaidah bahasa yanng berlakku pada bahasa-bahasa tertentu seperti bahasa inggris, bahasa Indonesia, atau bahasa Jawa. Kajian umum ini dapat dilakukan terhadap keseluruhan sistem bahasa atau juga hanya pada satu tataran dari sistem bahasa itu. Oleh karena itu mungkin studi mengenai fonologi umum dan khusus, morfologi umum dan khusus atau juga studi sintaksis umum dan husus.
b.      Berdasarkan kurun waktu objek kajiannya, linguistik dibedakan menjadi linguistik sinkronik dan diakronik Seperti yang sudah disinggung di muka, linguistik sinkronik mengkaji bahasa pada kurun waktu tertentu. Misalnya, mengkaji bahasa indonesia pada masa balai pustaka, bahsa Jawa dewasa ini, atau juga bahasa Inggris pada masa William Shakepeare. Studi linguistik sinkronis ini biasa disebut juga studi linguistik deskriftif, karena berupaya mendeskripsikan bahasa secara apa adanya. Linguistik diakronik berupaya mengkaji bahasa (atau bahasa- bahasa) pada masa yang tidak terbatas. Kajian linguistik diakronik ini disebut pula historis komparatif. Oleh karena itu dikenal adanya linguistik historis komparatif. Tujuan linguistik diakronik inii terutama adalah untuk mengetahui sejarah struktural bahasa itu beserta dengan segala bentuk perubahan dan perkembangannya. Hasil kajian diakronik seringkali diperlukan untuk menerangkan deskripsi studi sinkronik.
c.       Berdasarkan hubungan dengan faktor di luar bahasa objek kajiannya dibedakan adanya linguistik mikro dan linguistik makro Linguistik mikro mengarahkan kajian pada struktur internal atau struktur bahasa tertentu atau subsistem bahasa tertentu, maka dalam linguistik mikro terdapat pembidangan fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan leksikologi. Ada juga yang menggabungkan morfologi dengan sintaksis menjadi morfosintaksis, dan menggabungkan morfologi dengan semantik dan leksikologi menjadi leksikosemantik. Fonologi menyelidiki ciri-ciri bunyi bahasa, cara terjadinya dan fungsinya dalam sistem kebahasaan secara keseluruhan. Morfologi menyelidiki struktur kata, bagian-bagiannya, serta cara pembentukannya. Sintaksis menyelidiki satuan-satuan kata dan satuan-satuan lain di atas kata. Morfologi dan sintkasis dalam peristilahan tata bahasa tradisional biasanya berada dalam satu bidang yaitu gramatikal atau tata bahasa. Semantik menyelidiki makna bahasa baik yang bersifat leksikal, gramatikal, maupun kontekstual, sedangkan leksikologi menyelidiki leksikon atau kosakata sutau bahasa dari berbagai aspeknya.

B.     Objek Kajian Linguistik
Objek kajian linuistik adalah bahasa.
a.      Pengertian Bahasa
Kata bahasa dalam bahasa Indonesia memiliki lebih dari satu makna atau pengertian. Dalam pendidikan formal di SMA,”Bahasa adalah alat komunikasi.”Sedangkan definisi bahasa menurut Sapir, Badudu, dan Keraf bahasa itu tidak menonjolkan fungsi, tetapi menonjolkan sosok bahasa itu seperti apa yang dikemukakan Kridalaksana dan juga Joko Kentjono, yaitu “Bahasa adalah system lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.”
Kriteria dalam menentukan dua buah tuturan adalah dua bahasa yang berbeda berdasarkan dua patokan, yaitu patokan linguistik dan patokan politis. Secara linguistik dua buah tuturan dianggap sebagai dua bahasa yang berbeda apabila anggota dari dua masyarakat tuturan itu tidak saling mengerti. Tetapi secara politis, dua buah bahasa yang berbeda berdasarkan asal negaranya.
Oleh karena itu, karena rumitnya dalam menentukan suatu parole (objek konkret) bahasa atau bukan, hanya dialek saja dari bahasa lain, maka ingga kini belum pernah ada angka yang pasti mengenai jumlah bahasa yang ada didunia ini.


b.       Hakikat Bahasa
1.      Bahasa Sebagai Sistem
Sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Sebagai sebuah sistem, bahasa sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis, artinya bahasa tersusun berdasarkan suatu pola tertentu, sedangkan sistemis artinya bahasa bukan merupakan system tunggal, tetapi terdiri dari sub-sistem/sistem bawahan.
Jenjang subsistem dalam linguistik, dikenal dengan nama tataran linguistic atau bahasa. Jika diurutkan dari tataran terendah sampai tertinggi, yang menyangkut ketiga subsistem struktural yaitu tataran fonem, morfem, frase, klausa, kalimat, dan wacana.
Dalam morfologi kata menjadi satuan terbesar dan dikaji struktur dan proses kajiannya, sedangkan sintaksis kata menjadi satuan terkecil dan dikaji sebagai unsur pembentuk sintaksis yang lebih besar.

2.      Bahasa Sebagai Lambang
Kata lambang sering dipadankan dengan kata simbol dengan pengertian yang sama. Lambang dengan berbagai seluk-beluknya dikaji orang dalam kegiatan ilmiah yang disebut ilmu semiotika atau semiologi. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang membuat penuturnya bisa menyampaikan semua pemikiran atau sikap sebagai sebuah lambang atau simbol untuk mengacu pada sesuatu yang disimbolkan. Hanya yang perlu digaris bawahi bahwa antara lambang dengan sesuatu yang dilambangkan tidak ada hubungan secara langsung. Setiap kata memang mengacu pada yang dilambangkan. Namun, kata saja tidak bisa dipahami secara utuh tanpa melibatkan konteks penggunaan kata itu dalam struktur yang lebih besar, seperti frasa, klausa, dan kalimat. Konteks berperan penting dalam penggunaan suatu kata sebagai lambang.
3.       Bahasa Adalah Bunyi
Yang dimaksud dengan bunyi bahasa atau bunyi ujaran adalah satuan bunyi yang diucapkan oleh alat ucap manusia. Dalam linguistik yang disebut bahasa, yang primer adalah yang diucapkan, yang dilisankan, yang keluar dari alat ucap manusia. Bahasa yang dilisankan inilah yang menjadi objek linguistik. hanyalah bersifat sekunder.
4.      Bahasa Itu Bermakna
5.      Yang dilambangkan dalam lughah itu adalah suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiraan yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna. Lambang-lambang bunyi bahasa yang bermakna itu di dalam bahasa berupa satuan-satuan bahasa yang berwujud morfem, kata (kalimah), frasa (tarki:b), klausa (jumailah), kalimat (jumlah), dan wacana (maqa:l). Semua satuan itu memiliki makna. Namun karena ada perbedaan tingkatannya, maka jenis maknanya pun tidak sama. Makna yang berkenaan dengan morfem dan kata disebut makna leksikal (al-ma’na:al-lafzhi:); yang berkenaan dengan frasa, klausa dan kalimat disebut makna gramatikal (al-ma’na: al-nahwi:); dan yang berkenaan dengan wacana disebut makna pragmatik atau makna konteks (al-ma’na: al-tada:wuli: atau al-ma’na: al-siya:qi:).
6.      Bahasa Itu Arbitrer
Yang dimaksud dengan istilah arbitrer adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Andaikata ada hubungan wajib antara lambang dengan yang dilambangkan, tentu lambang yang dalam bahasa Arab berbunyi (bait) akan disebut juga (bait) dalam bahasa Indonesia, bukan (rumah). Dengan kata lain, tidak ada kata yang baik dan kata yang buruk dalam membincangkan nama-nama satuan-satuan kosakata.
7.      Bahasa Itu Konvensional
Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkan bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvesional. Artinya, semua anggota masyarakat bahasa itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya.
8.      Bahasa Itu Produktif
Meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur yang jumlahnya terbatas dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas, meski secara relatif sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa tersebut. Oleh karenanya, bahasa dikatakan produktif.
9.      Bahasa Itu Unik
Bahasa dikatakan bersifat unik berarti setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas ini menyangkut system bunyi, sistem pembentukan kata, kalimat atau system-sistem lainnya. Salah satu keunikan bahasa Indonesia yaitu bahwa tekanan kata tidak bersifat morfemis, melainkan sintaksis, maksudnya makna kata tetap yang berubah makna keseluruhan kalimat.
10.  Bahasa Itu Universal
Ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini. Ciri-ciri itu menjadi unsur bahasa yang paling umum yang bisa dikaitkan dengan ciri-ciri atau sifat-sifat bahasa lain. Karena bahasa itu berupa ujaran, maka ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan. Bukti lain dari keuniversalan yang bermakna adalah berupa kata (kalimah), frasa (tarki:b), klausa (jumailah), kalimat (jumlah), dan wacana (maqa:l). Namun, pembentukan satuan-satuan tersebut mungkin tidak sama.
11.  Bahasa Itu Dinamis
Bahasa merupakan satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sebagai makhluk hidup yang berbudaya dan bermasyarakat. Dalam kehidupan didalam masyarakat kegiatan manusia itu tidak tetap dan selalu berubah-ubah, maka bahasa juga men-jadi ikut berubah, menjadi tidak tetap, dan menjadi tidak statis. Karena itulah bahasa itu disebut dinamis.
 Perubahan bahasa bisa terjadi pada semua tataran, baik fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, maupun leksikon. Perubahan yang paling jelas, dan paling banyak terjadi terdapat pada bidang leksikon dan semantik. Hampir setiap saat ada kata-kata baru muncul sebagai akibat perubahan budaya dan ilmu, atau ada kata-kata lama yang muncul dengan makna yang baru. Perubahan bahasa yang terjadi bisa berupa pengembangan dan perluasan ataupun berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat bahasa bersangkutan. Kemampuan adaptasi yang dimiliki oleh bahasa inilah yang membuat sebagian ahli menganggap bahwa bahasa itu sempurna (al-lughah ka:milah).
12.  Bahasa Itu Bervariasi
Mengenai variasi bahasa ini ada tiga istilah yang perlu diketahui, yaitu idiolek, dialek, dan ragam. Idiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu. Ragam atau ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan, atau untuk keperluan tertentu, untuk situasi formal digunakan ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam standar dan untuk situasi yang tidak formal digunakan ragam yang tidak baku atau nonstandar.
13.  Bahasa Itu Manusiawi
Bahwa alat komunikasi manusia yang namanya bahasa adalah bersifat manusiawi, dalam arti hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia. Alat komunikasi binatang bersifat terbatas, dalam arti hanya digunakan untuk keperluan hidup “kebinatangannya” itu saja.

Jumat, 09 Oktober 2015

LINGUISTIK MIKRO DAN LINGUISTIK MAKRO SERTA PENJABARANNYA



LINGUISTIK MIKRO DAN LINGUISTIK MAKRO SERTA PENJABARANNYA

A.    Linguistik Mikro (Mikrolinguistik)
Bidang linguistik yang mempelajari bahasa dari dalam dengan kata lain mempelajari struktur bahasa itu sendiri. Linguistik mikro mengarahkan kajiannya pada struktur internal suatu bahasa tertentu atau struktur internal suatu bahasa tertentu atau struktur internal bahasa pada umumnya.
Pada Mikrolinguistik terdapat beberapa pembidangan fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan leksikologi.

1.      Fonologi : menyelidiki ciri-ciri bunyi bahasa, cara terjadinya, dan fungsinya dalam setiap kebahsaan secara keseluruhan. Bidang linguistic fonologi adalah ilmu  yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa, yang secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi dan logi yaitu ilmu.
Pada Fonologi mempunyai dua cabang kajian, yakni: 
a.       Fonetik yaitu cabang kajian yang mengkaji bagaimana bunyi-bunyi fonem sebuah bahasa direalisasikan atau dilafalkan. Fonetik juga mempelajari cara kerja organ tubuh manusia terutama yang berhubungan dengan penggunaan bahasa.                                      
b.      Fonemik yaitu  kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna. Chaer (2007) mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata.
2.      Morfologi : Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan dan logos berarti ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara morphed an logos ialah bunyi yang biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk, menyelidiki struktur kata, bagian-bagiannya, serta cara pembetukannya.
3.      Sintaksis : Kata sintaksis berasaldari kata Yunani (sun = ‘dengan’ + tattein ‘menempatkan’). Jadi kata sintaksis secara etimologis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat..Sintaksis adalah cabang ilmu linguistik yang membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain, atau unsur-unsur lain sebagai suatu satuan ujaran, dalam sintaksis yang biasa dibicarakan adalah struktur sintaksis, mencakup masalah fungsi, kategori, peran sintaksis, satuan sintaksis berupa frase, kalimat, kalimat, dan wacana (Chaer, 2007: 206).
4.      Semantik : semantik adalah cabang linguistik yang meneliti arti atau makna. Jadi semantik adalah subdisiplin ilmu linguistik yang membicarakan makna. Verhaar  (dalam Pateda, 2001: 7) mengatakan bahwa semantik adalah teori makna atas teori arti (kata semantik sebagai nomina dan semantik sebagai ajektiva).
5.      Leksikologi : leksikologi dalam bahasa inggris dinamakan lexicology yang berarti ilmu/studi mengenai bentuk, sejarah dan arti kata-kata. menurut istilah, leksikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari seluk beluk makna/arti kosakata yang telah termuat atau akan dimuat di dalam kamus. 

B.     Linguistik Makro (Makrolinguistik)
Linguistik makro bersifat luas, sifat telaahnya ekternal. Linguistik mengkaji kegiatan bahasa pada bidang-bidang lain, misalnya ekonomi dan sejarah. Bahasa digunakan sebagai alat untuk melihat bahasa dari sudut pandangan dari luar bahasa.
Pembidangan linguistik makro mencakup antara lain sosiolinguistik, psikolinguistik, antropolinguistik, etnolinguistik, stilistika, filologi, dialektologi, filsafat bahasa, dan neurolinguistik.
1.      Sosiolinguistik : Sosiolinguistik merupakan gabungan dari dua disiplin keilmuan; sosiologi dan lingustik. Tujuan dari sosiolinguistik sendiri untuk memecahkan dan mengatasi masalah-masalah dalam masyarakat, khususnya dalam kebahasaan. Baik secara mikrolinguistik maupun makrolinguistik. Dalam sosiolinguistik, antara lain, dibicarakan pengguna dan penggunaan bahasa, tempat penggunaan bahasa, tata tinggat bahasa, berbagai akibat karena adanya kontak dua dua buah bahasa atau lebih, dan ragam serta waktu pemakaian ragam bahasa itu.
2.      Psikolinguistik : Menurut Field (2003: 2) mengemukakan psycholinguistics explores the relationship between the human mind and language ‘psikolinguistik membahas hubungan antara otak manusia dengan bahasa’. Menurut Harley (dalam Dardjowidjojo,2003: 7) berpendapat  bahwa psikolinguistik adalah studi tentang proses mental-mental dalam pemakaian bahasa. Sebelum menggunakan bahasa, seorang pemakai bahasa terlebih dahulu memperoleh bahasa.
3.      Antropolinguistik : adalah ilmu yang mempelajari manusia dan kebudayaan secara menyeluruh. Di satu pihak manusia adalah pencipta kebudayaan, di pihak lain kebudayaan yang “menciptakan” manusia Linguistik Kebudayaan memperlakukan bahasa sebagai fenomena yang kebermaknaannya hanya bisa dipahami secara menyeluruh bila dikaitkan dengan budaya penuturnya.
4.      Stilistika : adalah subdisiplin linguistic yang memepelajari bahasa yang digunakan dalam bentuk-bentuk karya sastra. Jadi, stilistika adalah ilmu interdisipliner antara linguistik dan ilmu kesusastraan.
5.      Filologi : Secara etimologis, filologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu philos yang berarti ‘cinta’ dan logos yang berarti ‘kata’. Dengan demikian, kata filologi membentuk arti ‘cinta kata’ atau ‘senang bertutur’ (Shipley dalam Baroroh-Baried, 1985: 1). Arti tersebut kemudian berkembang menjadi ‘senang belajar’, dan ‘senang kasustraan atau senang kebudayaan’ (Baroroh-Baried, 1985: 1).
6.      Filsafat Bahasa : Filsafat bahasa sebagai studi analisis filsafati, pemaknaan bersifat objektif dan subjektif. Bersifat objektif, apabila makna yang diungkap merupakan makna yang dikandung secara leksikal/denotasi dalam sebuah wacana lisan atau tulisan. Bersifat subjektif, apabila makna yang diungkap ada dalam mata si pembaca dan merupakan makna kontekstual, yaitu apa yang ada di balik makna kata tersebut/konteks
7.      Dialektologi : Dialektologi merupakan ilmu tentang dialek. Cabang linguistik yang mengkaji perbedaan-perbedaan isolek (alat komunikasi suatu masyarakat tutur namun belum ditetapkan statusnya) dengan memperlakukan perbedaan-perbedaan tersebut secara utuh.
8.      Neurolinguistik : neurolinguistik merupakan kajian yang berupaya memahami kerja otak untuk memproses kegiatan berbahasa sebagaimana psikolinguistik hanya saja fokusnya berbeda. Neurolinguistik lebih berkecimpung dalam memahami kesulitan berbahasa atau gangguan berbahasa, yang mencakup kegiatam bicara, mendengar, membaca menulis, dan berbahasa isyarat yang menganggu kemampuan berkomunikasi (Lauder, 2005:238). Neurolinguistik dapat ditelusuri latar belakang subjek mengalami autis, yaitu terdapat kerusakan pada sistem syaraf yang membuat kemampuan mengingat mengalami keterbatasan.