Halaman

Pages

Laman

Jumat, 09 Oktober 2015

LINGUISTIK MIKRO DAN LINGUISTIK MAKRO SERTA PENJABARANNYA



LINGUISTIK MIKRO DAN LINGUISTIK MAKRO SERTA PENJABARANNYA

A.    Linguistik Mikro (Mikrolinguistik)
Bidang linguistik yang mempelajari bahasa dari dalam dengan kata lain mempelajari struktur bahasa itu sendiri. Linguistik mikro mengarahkan kajiannya pada struktur internal suatu bahasa tertentu atau struktur internal suatu bahasa tertentu atau struktur internal bahasa pada umumnya.
Pada Mikrolinguistik terdapat beberapa pembidangan fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan leksikologi.

1.      Fonologi : menyelidiki ciri-ciri bunyi bahasa, cara terjadinya, dan fungsinya dalam setiap kebahsaan secara keseluruhan. Bidang linguistic fonologi adalah ilmu  yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa, yang secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi dan logi yaitu ilmu.
Pada Fonologi mempunyai dua cabang kajian, yakni: 
a.       Fonetik yaitu cabang kajian yang mengkaji bagaimana bunyi-bunyi fonem sebuah bahasa direalisasikan atau dilafalkan. Fonetik juga mempelajari cara kerja organ tubuh manusia terutama yang berhubungan dengan penggunaan bahasa.                                      
b.      Fonemik yaitu  kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna. Chaer (2007) mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata.
2.      Morfologi : Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan dan logos berarti ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara morphed an logos ialah bunyi yang biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk, menyelidiki struktur kata, bagian-bagiannya, serta cara pembetukannya.
3.      Sintaksis : Kata sintaksis berasaldari kata Yunani (sun = ‘dengan’ + tattein ‘menempatkan’). Jadi kata sintaksis secara etimologis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat..Sintaksis adalah cabang ilmu linguistik yang membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain, atau unsur-unsur lain sebagai suatu satuan ujaran, dalam sintaksis yang biasa dibicarakan adalah struktur sintaksis, mencakup masalah fungsi, kategori, peran sintaksis, satuan sintaksis berupa frase, kalimat, kalimat, dan wacana (Chaer, 2007: 206).
4.      Semantik : semantik adalah cabang linguistik yang meneliti arti atau makna. Jadi semantik adalah subdisiplin ilmu linguistik yang membicarakan makna. Verhaar  (dalam Pateda, 2001: 7) mengatakan bahwa semantik adalah teori makna atas teori arti (kata semantik sebagai nomina dan semantik sebagai ajektiva).
5.      Leksikologi : leksikologi dalam bahasa inggris dinamakan lexicology yang berarti ilmu/studi mengenai bentuk, sejarah dan arti kata-kata. menurut istilah, leksikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari seluk beluk makna/arti kosakata yang telah termuat atau akan dimuat di dalam kamus. 

B.     Linguistik Makro (Makrolinguistik)
Linguistik makro bersifat luas, sifat telaahnya ekternal. Linguistik mengkaji kegiatan bahasa pada bidang-bidang lain, misalnya ekonomi dan sejarah. Bahasa digunakan sebagai alat untuk melihat bahasa dari sudut pandangan dari luar bahasa.
Pembidangan linguistik makro mencakup antara lain sosiolinguistik, psikolinguistik, antropolinguistik, etnolinguistik, stilistika, filologi, dialektologi, filsafat bahasa, dan neurolinguistik.
1.      Sosiolinguistik : Sosiolinguistik merupakan gabungan dari dua disiplin keilmuan; sosiologi dan lingustik. Tujuan dari sosiolinguistik sendiri untuk memecahkan dan mengatasi masalah-masalah dalam masyarakat, khususnya dalam kebahasaan. Baik secara mikrolinguistik maupun makrolinguistik. Dalam sosiolinguistik, antara lain, dibicarakan pengguna dan penggunaan bahasa, tempat penggunaan bahasa, tata tinggat bahasa, berbagai akibat karena adanya kontak dua dua buah bahasa atau lebih, dan ragam serta waktu pemakaian ragam bahasa itu.
2.      Psikolinguistik : Menurut Field (2003: 2) mengemukakan psycholinguistics explores the relationship between the human mind and language ‘psikolinguistik membahas hubungan antara otak manusia dengan bahasa’. Menurut Harley (dalam Dardjowidjojo,2003: 7) berpendapat  bahwa psikolinguistik adalah studi tentang proses mental-mental dalam pemakaian bahasa. Sebelum menggunakan bahasa, seorang pemakai bahasa terlebih dahulu memperoleh bahasa.
3.      Antropolinguistik : adalah ilmu yang mempelajari manusia dan kebudayaan secara menyeluruh. Di satu pihak manusia adalah pencipta kebudayaan, di pihak lain kebudayaan yang “menciptakan” manusia Linguistik Kebudayaan memperlakukan bahasa sebagai fenomena yang kebermaknaannya hanya bisa dipahami secara menyeluruh bila dikaitkan dengan budaya penuturnya.
4.      Stilistika : adalah subdisiplin linguistic yang memepelajari bahasa yang digunakan dalam bentuk-bentuk karya sastra. Jadi, stilistika adalah ilmu interdisipliner antara linguistik dan ilmu kesusastraan.
5.      Filologi : Secara etimologis, filologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu philos yang berarti ‘cinta’ dan logos yang berarti ‘kata’. Dengan demikian, kata filologi membentuk arti ‘cinta kata’ atau ‘senang bertutur’ (Shipley dalam Baroroh-Baried, 1985: 1). Arti tersebut kemudian berkembang menjadi ‘senang belajar’, dan ‘senang kasustraan atau senang kebudayaan’ (Baroroh-Baried, 1985: 1).
6.      Filsafat Bahasa : Filsafat bahasa sebagai studi analisis filsafati, pemaknaan bersifat objektif dan subjektif. Bersifat objektif, apabila makna yang diungkap merupakan makna yang dikandung secara leksikal/denotasi dalam sebuah wacana lisan atau tulisan. Bersifat subjektif, apabila makna yang diungkap ada dalam mata si pembaca dan merupakan makna kontekstual, yaitu apa yang ada di balik makna kata tersebut/konteks
7.      Dialektologi : Dialektologi merupakan ilmu tentang dialek. Cabang linguistik yang mengkaji perbedaan-perbedaan isolek (alat komunikasi suatu masyarakat tutur namun belum ditetapkan statusnya) dengan memperlakukan perbedaan-perbedaan tersebut secara utuh.
8.      Neurolinguistik : neurolinguistik merupakan kajian yang berupaya memahami kerja otak untuk memproses kegiatan berbahasa sebagaimana psikolinguistik hanya saja fokusnya berbeda. Neurolinguistik lebih berkecimpung dalam memahami kesulitan berbahasa atau gangguan berbahasa, yang mencakup kegiatam bicara, mendengar, membaca menulis, dan berbahasa isyarat yang menganggu kemampuan berkomunikasi (Lauder, 2005:238). Neurolinguistik dapat ditelusuri latar belakang subjek mengalami autis, yaitu terdapat kerusakan pada sistem syaraf yang membuat kemampuan mengingat mengalami keterbatasan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar