A.
Hakikat
Linguistik
Linguistik berarti ilmu bahasa. Kata
linguistik berasal dari kata Latin lingua yang berarti bahasa.Orang yang ahli
dalam ilmu linguistik disebut linguis. Ilmu linguistik sering juga disebut
linguistikumum (general linguistic) karena tidak hanya mengkaji sebuah bahasa
saja.
Ferdinand De Saussure seorang
sarjana Swiss dianggap sebagai pelopor linguistik modern. Bukunyayang terkenal
adalah Cours de linguistique generale (1916). Buku tersebut dianggap sebagai
dasarlinguistik modern. Beberapa istilah yang digunakan olehnya menjadi istilah
yang digunakan dalamlinguistik. Istilah tersebut adalah langue, language, dan
parole.
Langue mengacu pada suatu sistem
bahasa tertentu yang ada dalam benak seseorang yang disebutcompetence oleh
Chomsky. Langue ini akan muncul dalam bentuk parole, yaitu ujaran yangdiucapkan
atau yang didengar oleh kita. Jadi, parole merupakan performance dari langue.
Paroleinilah yang dapat diamati langsung oleh para linguis. Sedangkan language
adalah satu kemampuanberbahasa yang ada pada setiap, manusia yang sifatnya
pembawaan. Pembawaan ini pun harusdikembangkan melalui stimulus-stimulus. Jika
dikaitkan dengan istilah-istilah dari Ferdenand DeSaussure, maka yang menjadi
objek dalam linguistik adalah hal-hal yang dapat diamati dari bahasayakni
parole dan yang melandasinya yaitu langue.
Bagi linguis, pengetahuan yang luas
tentang linguistik tentu akan sangat membantu dalammenyelesaikan dan
melaksanakan tugasnya. Seorang linguis dituntut untuk dapat menjelaskanberbagai
gejala bahasa dan memprediksi gejala berikutnya. Bagi peneliti, kritikus, dan
peminatsastra, linguistik akan membantu mereka dalam memahami karya-karya
sastra dengan lebih baik.Bagi guru bahasa pengetahuan tentang seluruh
subdisiplin linguistik fonologi, morfologi, sintaksis,dan semantik) akan sangat
diperlukan. Sebagai guru bahasa, selain dituntut untuk mampuberbahasa dengan
baik dan benar mereka juga dituntut untuk dapat menjelaskan masalah
dangejala-gejala bahasa. Pengetahuan tentang linguistik akan menjadi bekal
untuk melaksanakan tugastersebut.
Bagi penyusun kamus, pengetahuan
tentang linguistik akan sangat membantu dalam menjalankantugasnya. Penyusun
kamus yang baik harus dapat memahami fonem-fonem bahasa yang akandikamuskan,
penulisan fonem tersebut, makna seluruh morfem yang akan dikamuskan,
dansebagainya. Para penyusur buku pelajaran tentu banyak membutuhkan
konsep-konsep linguistikdalam benaknya. Buku pelajaran yang akan disusun harus
menggunakan kalimat yang sesuai dengantingkat pemahaman siswa yang akan membaca
buku tersebut. Di samping itu mereka harus mampumenyajikan materi dengan
kosakata dan kalimat yang tepat sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman.Linguistik akan sangat bermanfaat bagi mereka.
Sebagai sebuah gejala yang kompleks,
bahasa dapat diamati atau dikaji dari berbagai segi. Hal inimelahirkan berbagai
cabang linguistik. Berdasarkan segi keluasan objek kajiannya, dapat
dibedakanadanya linguistik umum dan linguistik khusus. Berdasarkan segi
keluasan objek kajiannya, dapatdibedakan adanya linguistik sinkronik dan
diakronik. Berdasarkan bagian-bagian bahasa mana yangdikaji, dapat dibedakan
adanya linguistik mikro dan makro yang sering juga diistilahkan
denganmikrolinguistik dan makrolinguistik. Berdasarkan tujuannya, dapat
dibedakan antara linguistikteoritis dan linguistik terapan. Berdasarkan
alirannya, linguislik dapat diklasifikasikan atas linguistiktradisional,
linguistik struktural, linguistik trasformasional, linguistik generatif,
linguistik relasional.
Pada dasarnya, linguistik terdiri atas dua bidang
besar, yaitu:
1.
Mikrolinguistik, yaitu bidang
linguistik yang mempelajari bahasa dari dalam dengan kata lain mempelajari
struktur bahasa itu sendiri
2.
Makrolinguistik, yaitu bidang
linguistik yang mempelajari bahasa dlam hubungannya dengan faktor-faktor di
luar bahasa, termasuk di dalamnya bidang interdisipliner dan bidang terapan.
Ditinjau dari sudut tujuan,
linguistik dapat dibagi atas dua bidang, yaitu linguistik teoritis dan terapan.
1.
Linguistik teoritis, yaitu bidang
linguistik yang mengkaji dan mengupas bahasa untuk mendapatkan kaidah-kaidah
yang berlaku dalam bahasa. Linguistik teoritis ada ada yang bersifat umum dan
ada yang bersifat khusus. Linguistik yang bersifat umum biasanya disebut linguistik
umum yang berusaha memahami ciri-ciri umum dari berbagai bahasa. Linguistik
teoritis yang khusus berusaha menyelidiki ciri-ciri khusus dalam bahasa
tertentu saja. Linguistik teoritis mencakup: linguistik deskriptif, linguistik
historis komparatif. Pembagian ini dirinci satu persatu sebagi berikut:
a.
Linguistik teoritis adalah cabang
llinguistik yang memusatkan perhatian pada teori umum dan metode-metode umum
dalam penyelidikan bahasa.
b.
Linguistik deskriptif disebut juga
linguistik sinkronis adalah bidang linguistik yang menyelidiki sistem bahasa
pada waktu tertentu saja. Misalnya: bahasa Indonesia dewasa ini, bahasa Inggris
yang dipakai oleh shakepeare, dan sebagainya tanpa memperhatikan
perkembangannya dari waktu ke waktu. Cabang ini terbagi atas (1) fonologi
deskriptif, (2) morfologi deskriptif, (3) sintaksis deskriptif, (4) leksikologi
deskriptif. Fonologi meneliti tentang ciri-ciri bunyi dan fungsi bunyi.
Morfologi menyelidiki tentang kata, unsur, dan proses pembentukannya, sintaksis
menyelidiki satuan antara satuan-satuan itu. Morfologi dan sintaksis termasuk
dalam tataran tata bahasa atau gramatika. Leksikologi menyangkut perbendaharaan
kata atau leksikon.
c.
Linguistik historis komparatif
(diakronis) adalah linguistik yang mempelajari dan menyelidiki perkembangan
bahasa dari satu masa ke masa lain, serta menyelidiki perbandingan satu bahsa
dengan bahasa lain untuk menemukan bahasa purba atau bahasa proto sebagai
bahasa induk bersama. LHK terbagi pula atas bidang (1) fonologi), (2)
morfologi, (3) sintaksis, (4) leksikologi historis komparatif. Dinyatakan pula
bahwa bahasa mempunyai aspek makna atau aspek semantis. Penyelidikan tentang
aspek ini baik yang bersifat teoritis umum maupun yang bersifat deskriptif dan
bersifat historis komparatif, disebut semantik. Bidang ini sering disebut
semantik linguistik, untuk membedaknnya dengan semantik filosofis, yakni cabang
ilmu filsafat yang juga menyelidiki makna.
2.
Linguistik Terapan (appllied
linguistics) mencakup bidang: pengajaran bahasa, penerjemahan, leksikologi,
fonetik terapan, sosiolinguistik terapan, pembinaan bahasa internasional,
pembinaan bahasa khusus, linguistik medis, mekanolinguistik. Penjelasanya
sebagi berikut:
a.
Pengajaran bahasa mencakup
metode-metode pengajaran bahasa, ucapan bunyibunyi dengan pelajaran bahasa,
strategi, model, dan cara-cara pengajaran bahasa.
b.
Penerjemahan, mencakup metode dan
tehnik pengalihan amanat dari satu bahasa ke bahasa lain
c.
Leksikografi, mencakup metode dan
tehnik penyusunan kamus
d.
Fonetik terapan, mencakup metode dan
tehnik pengucapan bunyi-bunyi dengan tepat, misalnya untuk melatih orang yang
gagap, untuk melatih pemain drama, dan sebagainya.
e.
Sosiolinguistik terapan, mencakup
pemanfaatan wawasan sosiolinguistik untuk keperluan praktis, seperti
perencanaan bahasa, pembinaan bahasa, pemberantasan buta aksara, dan
sebagainya.
f.
Pembinaan bahasa Internasional,
mencakup usaha untuk menciptakan komunikasi dan saling pengertian internasional
dengan menyusun bahasa buatan seperti bahasa esperanto.
g.
Pembinaan bahasa khusus, mencakup
penyusunan istilah dan daya bahasa dalam bidang-bidang khusus, antara lain
dalam militer, dalam dunia penerbangan, dalam dunia pelayaran.
h.
Linguistik medis, membantu bidang
patologi dalam hal penyembuhan cacat bahasa
i.
Grafologi, kajian linguistik tentang
tulisan-tulisan.
j.
Mekanolinguistik, mencakup
penggunaan linguistik dalam bidang komputer dan usaha untuk membuat mesin
penerjemah, usaha pemanfaatan komputer dalam penyelidikan bahasa, misalnya
dalam penyusunan konkordansi teks-teks, dalam perhitungan frekwensi kata-kata
untuk perkamusan dan pengajran bahasa. Bidang ini disebut juga linguistik
komputasi.
Kajian linguistik terapan merupakan
salahsatu bagian dari kajian linguistik interdisipliner. Kajian interdisipliner
yang antara lain psikolinguistik, sosiolinguistik, etnolinguistik. Secara
singkat penejelasanya sebagi berikut:
a.
Filsafat bahasa adalah kajian yang
mengupas kodrat dan kedudukan bahasa manusia dalam hubungannya dengan filsafat
dan peranan melahirkan pemikiran filsafat.
b.
Psikolinguistik adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara bahasa dan prilaku serta akal budi manusia atau
ilmu interdisipliner linguistik dengan psikologi.
c.
Etnolinguistik adalah cabang
linguistik yang menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyrakat pedesaan atau
masyarakat yang belum mempunyai tulisan. Bidang ini disebut juga linguistik
antropologi.
Dari sudut pandang lain, Achmad HP
(1996/1997) mengemukakan bidang linguistik dapat diitinjau dari berbagai aspek
sebagai berikut: Setiap disiplin ilmu biasanya dibagi atas bidang-bidang
bawahan (subdisiplin) atau cabang-cabang berkenaan dengan adanya hubungan
disiplin itu dengan masalahmasalah lain. Mengingat bahwa objek linguistik yaitu
bahasa merupakan fenomena yang tidak dapat di lepaskan dari segala kegiatan
manusia bermasyarakat, sedangkan kegiatan itu sangat luas, maka pembidangan
linguistik itu pun menjadi sangat banyak. Pembidangan linguistik itu
berdasarkan: (a) objek kajiannya adalah bahasa pada umumnya atau bahasa
tertentu, (b) objek kajiannya adalah bahasa pada masa tertentu atau bahasa
sepanajang masa, (c) objek kajiannya adalah struktur internal bahasa itu
sendiri dalam kaitannya dengan berbagai faktor di luar bahasa, (d) tujuan
pengkajiannya apakah untuk keperluan teori belaka atau tujuan penerapan, (e)
teori atau aliran yang digunakan untuk menganalisis objeknya.
a.
Berdasarkan cakupan objek kajiannya,
linguistik dibedakan dengan adanya linguistik umum dan linguistik khusus
Linguistik umum adalah linguistik yang berusaha mengkaji kaidah-kaidah bahasa
secara umum. Pernyataan-pernyataan teoritis yang dihasilkan akan menyangkut
bahasa pada umumnya, bukan bahasa tertentu. Sedangkan linguistik khusus
berusaha mengkaji kaidah-kaidah bahasa yanng berlakku pada bahasa-bahasa
tertentu seperti bahasa inggris, bahasa Indonesia, atau bahasa Jawa. Kajian
umum ini dapat dilakukan terhadap keseluruhan sistem bahasa atau juga hanya
pada satu tataran dari sistem bahasa itu. Oleh karena itu mungkin studi
mengenai fonologi umum dan khusus, morfologi umum dan khusus atau juga studi
sintaksis umum dan husus.
b.
Berdasarkan kurun waktu objek
kajiannya, linguistik dibedakan menjadi linguistik sinkronik dan diakronik
Seperti yang sudah disinggung di muka, linguistik sinkronik mengkaji bahasa
pada kurun waktu tertentu. Misalnya, mengkaji bahasa indonesia pada masa balai
pustaka, bahsa Jawa dewasa ini, atau juga bahasa Inggris pada masa William
Shakepeare. Studi linguistik sinkronis ini biasa disebut juga studi linguistik
deskriftif, karena berupaya mendeskripsikan bahasa secara apa adanya. Linguistik
diakronik berupaya mengkaji bahasa (atau bahasa- bahasa) pada masa yang tidak
terbatas. Kajian linguistik diakronik ini disebut pula historis komparatif.
Oleh karena itu dikenal adanya linguistik historis komparatif. Tujuan
linguistik diakronik inii terutama adalah untuk mengetahui sejarah struktural
bahasa itu beserta dengan segala bentuk perubahan dan perkembangannya. Hasil
kajian diakronik seringkali diperlukan untuk menerangkan deskripsi studi
sinkronik.
c.
Berdasarkan hubungan dengan faktor
di luar bahasa objek kajiannya dibedakan adanya linguistik mikro dan linguistik
makro Linguistik mikro mengarahkan kajian pada struktur internal atau struktur
bahasa tertentu atau subsistem bahasa tertentu, maka dalam linguistik mikro
terdapat pembidangan fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan leksikologi.
Ada juga yang menggabungkan morfologi dengan sintaksis menjadi morfosintaksis,
dan menggabungkan morfologi dengan semantik dan leksikologi menjadi
leksikosemantik. Fonologi menyelidiki ciri-ciri bunyi bahasa, cara terjadinya
dan fungsinya dalam sistem kebahasaan secara keseluruhan. Morfologi menyelidiki
struktur kata, bagian-bagiannya, serta cara pembentukannya. Sintaksis
menyelidiki satuan-satuan kata dan satuan-satuan lain di atas kata. Morfologi
dan sintkasis dalam peristilahan tata bahasa tradisional biasanya berada dalam
satu bidang yaitu gramatikal atau tata bahasa. Semantik menyelidiki makna
bahasa baik yang bersifat leksikal, gramatikal, maupun kontekstual, sedangkan
leksikologi menyelidiki leksikon atau kosakata sutau bahasa dari berbagai
aspeknya.
B. Objek Kajian Linguistik
Objek kajian linuistik adalah bahasa.
a. Pengertian Bahasa
Kata bahasa dalam bahasa Indonesia memiliki lebih dari
satu makna atau pengertian. Dalam pendidikan formal di SMA,”Bahasa adalah alat
komunikasi.”Sedangkan definisi bahasa menurut Sapir, Badudu, dan Keraf bahasa
itu tidak menonjolkan fungsi, tetapi menonjolkan sosok bahasa itu seperti apa
yang dikemukakan Kridalaksana dan juga Joko Kentjono, yaitu “Bahasa adalah
system lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok
sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.”
Kriteria dalam menentukan dua buah tuturan adalah dua
bahasa yang berbeda berdasarkan dua patokan, yaitu patokan linguistik dan
patokan politis. Secara linguistik dua buah tuturan dianggap sebagai dua bahasa
yang berbeda apabila anggota dari dua masyarakat tuturan itu tidak saling
mengerti. Tetapi secara politis, dua buah bahasa yang berbeda berdasarkan asal
negaranya.
Oleh karena itu, karena rumitnya dalam menentukan
suatu parole (objek konkret) bahasa atau bukan, hanya dialek saja dari bahasa
lain, maka ingga kini belum pernah ada angka yang pasti mengenai jumlah bahasa
yang ada didunia ini.
b.
Hakikat Bahasa
1.
Bahasa Sebagai Sistem
Sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk
suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Sebagai sebuah sistem, bahasa
sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis, artinya bahasa tersusun
berdasarkan suatu pola tertentu, sedangkan sistemis artinya bahasa bukan
merupakan system tunggal, tetapi terdiri dari sub-sistem/sistem bawahan.
Jenjang subsistem dalam linguistik, dikenal dengan
nama tataran linguistic atau bahasa. Jika diurutkan dari tataran terendah sampai
tertinggi, yang menyangkut ketiga subsistem struktural yaitu tataran fonem,
morfem, frase, klausa, kalimat, dan wacana.
Dalam morfologi kata menjadi satuan terbesar dan
dikaji struktur dan proses kajiannya, sedangkan sintaksis kata menjadi satuan
terkecil dan dikaji sebagai unsur pembentuk sintaksis yang lebih besar.
2.
Bahasa Sebagai Lambang
Kata lambang sering
dipadankan dengan kata simbol dengan pengertian yang sama. Lambang dengan
berbagai seluk-beluknya dikaji orang dalam kegiatan ilmiah yang disebut ilmu
semiotika atau semiologi. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang membuat
penuturnya bisa menyampaikan semua pemikiran atau sikap sebagai sebuah lambang
atau simbol untuk mengacu pada sesuatu yang disimbolkan. Hanya yang perlu
digaris bawahi bahwa antara lambang dengan sesuatu yang dilambangkan tidak ada
hubungan secara langsung. Setiap kata memang mengacu pada yang dilambangkan.
Namun, kata saja tidak bisa dipahami secara utuh tanpa melibatkan konteks
penggunaan kata itu dalam struktur yang lebih besar, seperti frasa, klausa, dan
kalimat. Konteks berperan penting dalam penggunaan suatu kata sebagai lambang.
3.
Bahasa Adalah Bunyi
Yang dimaksud dengan bunyi bahasa atau bunyi ujaran
adalah satuan bunyi yang diucapkan oleh alat ucap manusia. Dalam linguistik
yang disebut bahasa, yang primer adalah yang diucapkan, yang dilisankan, yang
keluar dari alat ucap manusia. Bahasa yang dilisankan inilah yang menjadi objek
linguistik. hanyalah bersifat sekunder.
4.
Bahasa Itu Bermakna
5. Yang dilambangkan dalam lughah itu adalah suatu pengertian, suatu
konsep, suatu ide, atau suatu pikiraan yang ingin disampaikan dalam wujud
bunyi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna.
Lambang-lambang bunyi bahasa yang bermakna itu di dalam bahasa berupa satuan-satuan
bahasa yang berwujud morfem, kata (kalimah), frasa (tarki:b),
klausa (jumailah), kalimat (jumlah), dan wacana (maqa:l). Semua
satuan itu memiliki makna. Namun karena ada perbedaan tingkatannya, maka jenis
maknanya pun tidak sama. Makna yang berkenaan dengan morfem dan kata disebut
makna leksikal (al-ma’na:al-lafzhi:); yang berkenaan dengan frasa,
klausa dan kalimat disebut makna gramatikal (al-ma’na: al-nahwi:); dan
yang berkenaan dengan wacana disebut makna pragmatik atau makna konteks (al-ma’na:
al-tada:wuli: atau al-ma’na: al-siya:qi:).
6. Bahasa Itu Arbitrer
Yang dimaksud dengan
istilah arbitrer adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang
bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud
oleh lambang tersebut. Andaikata ada hubungan wajib antara lambang dengan yang
dilambangkan, tentu lambang yang dalam bahasa Arab berbunyi (bait) akan
disebut juga (bait) dalam bahasa Indonesia, bukan (rumah). Dengan
kata lain, tidak ada kata yang baik dan kata yang buruk dalam membincangkan
nama-nama satuan-satuan kosakata.
7. Bahasa Itu Konvensional
Meskipun hubungan
antara lambang bunyi dengan yang dilambangkan bersifat arbitrer, tetapi
penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvesional.
Artinya, semua anggota masyarakat bahasa itu digunakan untuk mewakili konsep
yang diwakilinya.
8.
Bahasa Itu Produktif
Meskipun unsur-unsur
bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur yang jumlahnya terbatas dapat dibuat
satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas, meski secara relatif sesuai
dengan sistem yang berlaku dalam bahasa tersebut. Oleh karenanya, bahasa dikatakan
produktif.
9.
Bahasa Itu Unik
Bahasa dikatakan bersifat unik berarti setiap bahasa
mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas
ini menyangkut system bunyi, sistem pembentukan kata, kalimat atau
system-sistem lainnya. Salah satu keunikan bahasa Indonesia yaitu bahwa tekanan
kata tidak bersifat morfemis, melainkan sintaksis, maksudnya makna kata tetap
yang berubah makna keseluruhan kalimat.
10. Bahasa Itu Universal
Ada ciri-ciri yang sama
yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini. Ciri-ciri itu menjadi
unsur bahasa yang paling umum yang bisa dikaitkan dengan ciri-ciri atau
sifat-sifat bahasa lain. Karena bahasa itu berupa ujaran, maka ciri universal
dari bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa
yang terdiri dari vokal dan konsonan. Bukti lain dari keuniversalan yang
bermakna adalah berupa kata (kalimah), frasa (tarki:b), klausa (jumailah),
kalimat (jumlah), dan wacana (maqa:l). Namun, pembentukan
satuan-satuan tersebut mungkin tidak sama.
11. Bahasa Itu Dinamis
Bahasa merupakan
satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan
gerak manusia sebagai makhluk hidup yang berbudaya dan bermasyarakat. Dalam
kehidupan didalam masyarakat kegiatan manusia itu tidak tetap dan selalu
berubah-ubah, maka bahasa juga men-jadi ikut berubah, menjadi tidak tetap, dan
menjadi tidak statis. Karena itulah bahasa itu disebut dinamis.
Perubahan bahasa bisa terjadi pada semua
tataran, baik fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, maupun leksikon.
Perubahan yang paling jelas, dan paling banyak terjadi terdapat pada bidang
leksikon dan semantik. Hampir setiap saat ada kata-kata baru muncul sebagai
akibat perubahan budaya dan ilmu, atau ada kata-kata lama yang muncul dengan
makna yang baru. Perubahan bahasa yang terjadi bisa berupa pengembangan dan
perluasan ataupun berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami
masyarakat bahasa bersangkutan. Kemampuan adaptasi yang dimiliki oleh bahasa
inilah yang membuat sebagian ahli menganggap bahwa bahasa itu sempurna (al-lughah
ka:milah).
12. Bahasa Itu Bervariasi
Mengenai variasi bahasa
ini ada tiga istilah yang perlu diketahui, yaitu idiolek, dialek, dan ragam.
Idiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Dialek
adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada
suatu tempat atau suatu waktu. Ragam atau ragam bahasa adalah variasi bahasa
yang digunakan dalam situasi, keadaan, atau untuk keperluan tertentu, untuk
situasi formal digunakan ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam
standar dan untuk situasi yang tidak formal digunakan ragam yang tidak baku
atau nonstandar.
13. Bahasa Itu Manusiawi
Bahwa alat komunikasi
manusia yang namanya bahasa adalah bersifat manusiawi, dalam arti hanya milik
manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia. Alat komunikasi binatang
bersifat terbatas, dalam arti hanya digunakan untuk keperluan hidup
“kebinatangannya” itu saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar