BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
yang kompleks untuk di bicarakan adalah masalah bahasa. Ketika seseorang berkomunikasi kebanyakan
dari mereka menggunakan bahasa yang bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa
tulis lebih terikat pada unsur-unsur yang memiliki fungsi gramatikal,
sebaliknya bahasa lisan sangat terikat
oleh kondisi, situasi, topik, waktu dan kondisi pembicara. Dalam berkomunikasi lisan penutur harus
memperhatikan tutur katanya agar teratur. Dengan adanya konteks yang menyertai
ujaran lisan maka pesan yang ingin disampaikan penutur dapat diterima oleh lawan bicara kita dengan
baik.
Tindak
tutur adalah salah satu objek kajian pragmatik. Apabila seseorang berbicara,
adakalanya orang itu juga melakukan sesuatu, tidak sekadar mengatakan sesuatu,
bahkan mengharapkan reaksi dari orang yang mendengarkan pembicaraannya. Apabila
si pendengar memberikan reaksi dalam bentuk ujaran, kadang-kadang ia juga
melakukan sesuatu sekaligus, bahkan juga mengharapkan reaksi dari pembicara
pertama tadi (yang kemudian menjadi pendengar). Seluk-beluk sesuatu yang
dikatakan, sesuatu yang dikatakan sambil bertindak sesuai dengan apa yang
dikatakan itu, dan reaksi yang diharapkan dari kata-kata, merupakan bagian
pragmatik yang diistilahkan oleh Searle dengan tindak tutur atau tindak ujar,
atau tindak bahasa (Atmazaki, 2002:44).
Tindak
tutur merupakan bagian dari peristiwa tutur. Tindak tutur dan peristiwa tutur
merupakan dua gejala yang terdapat pada satu proses yakni proses komunikasi.
Tindak tutur adalah tindak yang dilakukan dalam menyampaikan atau menyebutkan
suatu maksud oleh penuturnya. Tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti
tindakan dalam tuturannya, sedangkan dalam peristiwa tutur lebih dilihat pada
tujuan peristiwanya. Tindak tutur deklarasi adalah tindak tutur yang dilakukan
si penutur dengan maksud untuk menciptakan hal (status, keadaan dan sebagainya)
yang baru misalnya memutuskan,
membatakalkan, melarang dan mengizinkan (Lecch, 993:48). Senada dengan itu,
Yule (2006:92) mengatakan bahwa tindak tutur deklarasi adalah jenis tindak
tutur yang mengubah dunia melalui tuturan.
Penelitian
ini dikaji empat bentuk tindak tutur, yaitu tindak tutur memutuskan, tindak
tutur membatalkan, tindak tutur melarang, dan tindak tutur mengizinkan (Yule
2006:92). Masing-masing tindak tutur deklarasi tersebut adalah sebagai berikut.
(1) tindak tutur memutuskan adalah tindak tutur yang dilakukan si penutur untuk
memberikan sesuatu keputusan atau untuk memutuskan suatu hal atau suatu
perkara. (2) tindak tutur membatalkan merupakan tindak tutur yang dilakukan si
penutur untuk menyatakan bahwa sesuatu hal itu tidak bisa dilaksanakan. (3)
tindak tutur melarang adalah tindak tutur yang dilakukan oleh si penutur dengan
tujuan bahwa mitra tutur dilarang agar tidak mengerjakan atau melakukan
sesuatu. (4) tindak tutur engizinkan merupakan tindak tutur yang dilakukan
sipenutur dengan tujuan untuk mperbolehkan mitra tutur untuk melakukan sesuatu.
Berdasarkan
pendapat para ahli di atas tersebut, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur
adalah tindakan yang ditampilkan melalui tuturan-tuturan untuk menyampaikan
maksud dan tujuan kepada orang lain di dalam berbagai situasi kegiatan yang
berdimensi sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
Berdasarkan
beberapa pendapat para pakar di atas,
dapat disimpulkan bahwa tindak tutur deklarasi adalah tindak tutur yang
dilakukan sipenutur dengan tujuan untuk dapat menciptakan sesuatu keadaan yang
baru dan dapat mengubah dunia ini atau keadaan melalui suatu tuturan.
Bahasa adalah sistem lambang bunyi
yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja
sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Teks adalah bahasa yang
berfungsi, maksudnya adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu
(menyampaikan pesan atau informasi) dalam konteks situasi, berlainan dengan
kata-kata atau kalimat-kalimat lepas yang mungkin dituliskan di papan tulis.
Konteks adalah sesuatu yang menyertai atau yang bersama teks. Secara garis
besar, konteks wacana dibedakan atas dua kategori, yakni konteks linguistik dan
konteks ekstralinguistik.
Menurut
Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian bahasa.
Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota
masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua,
bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi
ujaran) yang bersifat arbitrer.
Lain
halnya menurut Owen dalam Stiawan (2006:1), menjelaskan definisi bahasa yaitu
language can be defined as a socially shared combinations of those symbols and
rule governed combinations of those symbols (bahasa dapat didefenisikan sebagai
kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan
konsep melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi
simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan).
Pendapat di atas
mirip dengan apa yang diungkapkan oleh Tarigan (1989:4), beliau memberikan dua
definisi bahasa. Pertama, bahasa adalah suatu sistem yang sistematis, barang
kali juga untuk sistem generatif. Kedua, bahasa adalah seperangkat
lambang-lambang mana suka atau simbol-simbol arbitrer. Menurut Santoso
(1990:1), bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia
secara sadar.
Dipilihnya film 3 hati 2 dunia 1
cinta sebagai sumber data penelitian ini, dikarenakan film ini adalah fim
yang dapat menghibur sekaligus mendidik parapenikmatnya terutama
pengetahuan tentang agama Islam dan tradisi islam serta hukum-hukum islam.
Kisahsah didalam film ini sangat sederhana
dan kejadian atau fenomena yang
diceritakan dalam filem sesuai dengan fenomena
atau kejadian yang terdapat pada masyarakat indonesia yang memiliki
banyak kultur budaya dan agama. Film ini dirasa dapat memberikan pengetahuan kepadapeikmat film. Berdasarkan
alasan tersebut peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh tindak tutur,
terutama masalah tindak tutur isbati.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah,
dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut.
a. Apa itu tindak tutur isbati?
b.
Bentuk tindak tutur isbati apa saja yang digunakan pada film 3 hati 2 cinta 1
dunia?
C.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini sebagai berikut.
a.
Mendeskripsikan bentuk tindak tutur deklarasi yang dingunakan digunakan pada
film 3 hati 2 cinta 1 dunia.
b.
Mendeskripsikan fungsi tindak tutur deklarasi digunakan pada film 3 hati 2
cinta 1 dunia.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitaan ini dibagi menjadi
dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
a.
Manfaat toritis
1.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan tentang
tuturan isbati dalam ilmu kebahasaan.
2.
Hasil penelitian ini dapat menjadi potret keanekaragaman dan keunikan bahasa.
3.
Hasil penelitian ini dapat menjadi penambah wawasan baru dalam ilmu pengetehuan
pada umumnya dan ilmu sosiolinguistik pada khususnya.
b.
Manfaat praktis
1.
Bagi pembaca, hasil penelitian ini
memberikan manfaat pengetehuan tentang tuturan isbati dalam bertutur.
2.
Bagi peneliti, hasil penelitan ini dapat
menambah keterampilan dan ilmu pengetahuan bahasa.
3.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan referensi peneliti lain yang sedang melakukan penelitian sosiolinguistik.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS
E.1
Tinjauan Pustaka
Penelitian bahasa merupakan kegiatan
yang menyenangkan bagi para peneliti yang menilmatinya. Kegiatan penelitian
bahasa sampai saat ini masih terus dilakukan oleh para ahli bahasa, baik yang
sifatnya menguatkan penelitian yang sudah ada maupun penelitian yang dilakukan
untuk menemukan pengetahuan yang baru yang fungsinya untuk menambah khasah
pengetahuan bahasa. Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan dalam penelitian
ini ada dua, yaitu (1) Malau (2009) dan Budiyati (2001).
Malau (2009) didalam skripsinya yang
berjudul Tindak Tutur dalam Seri Cerita Kenangan Agenteuil Hidup Memisahkan
Diri karya NH. Dini membahas tentang jenis-jenis tindak tutur berdasarkan teori
Searle, yaitu tindak tutur representatif, tindak tutur komisif, tindak tutur
direktif, tindak tutur deklaratif dan tindak tutur ekspresif. Tindak tutur
dalam Seri Cerita Argenteuil Hidup Memisahkan Diri disimpulkan bahwa hanya
terdapat empat jenis tindak tutur saja yaitu tindak tutur represetatif, tindak
tutur komisif, tindak tutur direktif, dan tindak tutur deklaratif.
Budiyati (2001) dalam tesisnya yang
berjudul “Kevariasian Tindak Tutur Percakapan Tokoh Utama Wanita dalam
Novel-novel Karya Pengarang wanita”. Dalam penelitiannya ditemukan jenis tindak
tutur yang terdapat di dalam keempat novel yang dikajinya antara lain tindak
tutur representatif, tindak tutur direktif, tindak tutur ekspresif, tindak
tutur komisif, dan tindak tutur deklarasi.
E.2
Landasan Teoritis
Teori
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, (1) Pragmatik(2) Tindak Tutur, (3)
Tindak Tutur Isbati, (4) Wacana.
E.2.1 Pragmatik
Pragmatik adalah kajian
tentang dieksis (paling tidak sebagian), implikatur, praanggapan, tindak tutur,
dan aspek-aspek struktur wacana (Levinson 1983:9). Menurut pendapat Leech
(dalam Rustono 1999:1) bahwa pragmatik adalah studi mengenai makna ujaran di
dalam situasi-situasi tertentu. Sejalan dengan pendapat Leech, Gunarwan (dalam
Rustono 1999:4) mengemukakan pendapatnya yaitu bahwa pragmatik merupakan bidang
linguistik yang mengkaji hubungan (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk
(struktur) kalimat yang mengungkapkan ujaran. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pragmatik merupakan bidang linguistik yang mengkaji hubungan timbal balik
antara fungsi dan bentuk tuturan.
E.2.2 Tindak Tutur
Tindak tutur (speech act) adalah gejala
individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh
kemampuan bahasa oleh penutur dalm menghadapi situasi tertentu. Tindak tutur
atau tundak ujar dapat menyatakan bahwa mengucapkan suatu ekspresi, pembicara
tak semata-mata mengatakan sesuatu dengan mengucapkan ekspresi itu. Dalam
mengucapkan ekspresi itu orang bersangkutan juga’menindakan’ sesuatu (Chaer
dalam Rohmadi 2010:32).
Suwito dalam bukunya Sosiolinguistik: Teori dan
Problem mengemukakan jika peristiwa tutur (speech event) merupakan
gejala sosial dan terdapat interaksi antara penutur dalam situasi dan tempat
tertentu, maka tindak tutur lebih cenderung sebagai gejala individual, bersifat
psikologis dan ditentukanm oleh kemampuan bahasa penutur dalam menghadapi
situasi tertentu. Jika dalam peristiwa tutur orang menitikberatkan pada tujuan
peritiwa, maka dalam tindek tuutr irang lebih memperhatikan makna atau arti
tindak dalam tuturan itu
Tindak
tutur sebagai wujud peristiwa komunikasi bukanlah peristiwa yangterjadi dengan
sendirinya, melainkan memunyai fungsi, mengandung maksud,dan tujuan tertentu
serta dapat menimbulkan pengaruh atau akibat pada mitratutur. Tarigan
(1990:145) mengemukakan bahwa komunikasi memunyai fungsiyang bersifat purposif,
mengandung maksud dan tujuan tertentu, dan dirancanguntuk menghasilkan efek,
pengaruh, akibat pada lingkungan para penyimak danpara pembicara. Demikian
halnya dengan komik yang dibuat oleh penulis kepadapembacanya.
Tindak tutur
juga dibedakan menjadi dua yaitu tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak
langsung. Penggunaan tuturan secara konvensional menandai kelangsungan suatu
tindak tutur langsung. Tuturan deklaratif, tuturan interogatif, dan tuturan
imperatif secara konvensional dituturkan untuk menyatakan suatu informasi,
menanyakan sesuatu, dan memerintahkan mitra tutur melakukan sesuatu. Kesesuaian
antara modus dan fungsinya secara konvensional inilah yang yang merupakan
tindak tutur langsung. Sebaliknya, jika tututan deklaratif digunakan untuk
bertanya atau memerintah –atau tuturan yang bermodus lain yang digunakan secara
tidak konvensional-, tuturan itu merupakan tindak tutur tidak langsung.
Sehubungan dengan kelangsungan dan ketaklangsungan tuturan, tindak tutur juga
dibedakan menjadi tindak tutur harfiah (maksud sama dengan makna kata-kata yang
menyusunnya) dan tidak harfiah (maksud tidak sama dengan makna kata-kata yang
menyusunnya). Jika dua jenis tindak tutur, langsung dan taklangsung, digabung
dengan dua jenis tindak tutur lain, harfiah dan takharfiah, diperoleh empat
macam tindak tutur interseksi, yaitu (1) tindak tutur langsung harfiah, (2)
tindak tutur langsung takharfiah, (3) tindak tutur taklangsung harfiah, (4)
tindak tutur taklangsung takharfiah.
Menurur Austin (1962), tuturan
dibedakan menjadi tuturan konstatif dan tuturan performatif. Tuturan konstatif
adalah tuturan yang menyatakan sesuatu yang kebenarannya dapat diuji benar atau
salah dengan menggunakan pengetahuan tentang dunia.
E.2.3 Tindak Tutur Isbati
Tundak tutur deklarasi/establisif/isbati, yaitu tindak
tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal (status, keadaan, dsb)
yang baru. Tindak tutur ini disebut juga dengan istilah isbati. Yang
termasuk ke dalam jenis tuutran ini adalah tuturan dengan maksud mengesankan,
memutuskan, membatalkan, melarang, mengabulkan, mengizinkan, menggolongkan,
mengangkat, mengampuni, memaafkan. Tindak tutur deklarasi dapat dilihat dari
contoh berikut ini.
1. “jangan
pegang-pegang rambut ayang saya pak.” (melarang).
2. “eh muka lo
merah tu, kepedesan kali. silahkan diminum tu.” (mengizinkan).
3. “makasih ya
peh, tapi delia ga mau pindahkuliah ah.” (memutuskan).
E.2.4 Wacana
Wacana berasal dari bahasa latin
yaitu
“discursus”. Discursus terbentuk dari
dua kata dis yang berarti dari arah
yang berbeda dan currere berarti
lari. Pengertian tersebut dalam perkembangannya, berarti penggunaan bahasa dari
suatu topik lain secara teratur. Menurut Hoed (1994:134) bahwa wacana dapat terdiri hanya satu kata.
Meskipun hanya terdiri dari satu kata, makna yang terkandung tidak hanya
makna itu saja, akan tetapi makna luarnya yaitu makna yang diacu oleh kata
tersebut. Lebih lanjut Hoed (1994:134) menjelaskan bahwa wacana mengacu pada
unsur di dalam dan di luarnya, sedangkan kalimat atau kata hanya mengacu di
dalam dirinya. Sementara itu, Tarigan (1987:27) berpendapat bahwa wacana yaitu
suatu bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa
dengan korelasi dan koherensi yang tertinggi dan berkesinambungan yang memunyai
awalan dan akhiran yang nyata disampaikan secara lisan maupun tulis.
Chaer (2003:267)
berpendapat yang sama dengan Kridalaksana bahwa wacana adalah satuan bahasa
yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal
tertinggi atau terbesar. Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana
itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa
dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan),
tanpa keraguan apa pun. Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau terbesar,
berarti wacana itu dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi
persyaratan gramatikal, atau persyaratan kewacanaan lainnya Dengan kata lain wacana dapat diartikan
sebagai satuan yang menyatakan topik tertentu yang tertuang dalam kalimat atau
sekumpulan kalimat yang mengikuti konteks tertentu
Tarigan (1987:27)
berpendapat bahwa wacana yaitu suatu bahasa terlengkap dan tertinggi atau
terbesar di atas kalimat atau klausa dengan korelasi dan koherensi yang
tertinggi dan berkesinambungan yang mempunyai awalan dan akhiran yang nyata
disampaikan secara lisan maupun tulis. Dalam bahasa tulis awalan dan akhiran
sangatlah penting, karena dalam bahasa tulis tanda baca dan konteks kalimat
yang mempermudah pemahaman pembaca. Berbeda dengan bahasa tulis, dalam bahasa
lisan konteks kalimat dan ekspresi penutur yang mendukung.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
F.
Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif karana data yang diteliti adalah tuturan dari tokoh yang
berperan dalam film 3 hati 2 cinta 1 dunia. Sedangkan pendekatan deskriptif
sigunakan untuk mendeskripsikan tindak tutur isbati yang terdapat pada film
film 3 hati 2 cinta 1 dunia. Tuturan yang menjadi data dalm penulisan
penelitian ininterealisasi dalam percakapan yang terjadi dalam setiap dialog
pada setiap adegan.
G.
Data dan Sumber Data
Data penelitian ini
berupa penggalan wacana percakapan yang mengandung tindak tutur isbati yang terdapat
pada film 3 hati 2 cinta 1 dunia. Ddata veriabel lisan tersebut ialah berupa
percakapan atau tuturan antar pemeran yang ada pada film 3 hati 2 cinta 1 dunia
ketika sedang melakukan perbincangan dalam setiap adegannya.
Sumber data penelitian ini adalah
sebagian dari tuturan dalam film 3 hati 2 dunia 1 cinta yang mengandung tuturan
isbati. Film yang mengkisahkan tentang cerita cinta dan perbedaan keyakinan.
Tindak tutur yang dikaji dalam penelitian ini yang datanya terdapat pada film
ini adalah tindak tutur isbati.
H.
Prosedur Penelitian
Langkah-langkah dalam menganalisis
data, yaitu yang pertama data yang diperoleh dari film yang kita lakukan dengan
teknik simak dan kita catat dalam kartu data, setelah itu dipilah sesuai tindak
tutur, kemudian dianalisis berdasarkan tindak tuturnya, setelah mengetahui
hasil analisisnya kemudian dikelompokkan berdasarkan tindak tutur isbati.
Langkah-langkah dalam proses menganalisis data adalah
sebagai berikut.
1.
Data yang telah diperoleh dicatat dalam kartu data.
2.
Setelah dicatat dalam kartu data, kemudian data dianalisis dan
dikelolpokkan berdasarkan bentuk tindak
tutur.
3.
Setelah mengetahui hasil analisis data kemudian diklasifikasikan berdasarkan
bentuk tundak tutur isbati.
I.
Teknik Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode normatif. Metode normatif adalah metode yang penggunaannya
didasarkan pada fakta atau fenomena yang ada, yang secara empiris ada pada
penuturnya sehingga yang dicatat berupa uraian bahasa yang dututurkan yaitu
berupa tindak tutur isbati (Subroto dalam Muhammad 2011:222).
Data yang telah diperoleh dikelompokkan
dalam kartu data dan dianalisa. Langkah yang dilakukan dalam menganalisis data,
yaitu data yang diperoleh dengan cara menyimak sumber data dan dicatat dalam
kartu data, selanjutnya data tersebut dipilah ada tidaknya tindak tutur isbati
dan kemudian dianalisis apakah data tersebut ada faktor yang memengaruhi,
selanjutnya menentukan faktor-faktor penyebab register berdasarkan data
tersebut.
J.
Kartu Data
Kartu
data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Kartu data
digunakan untuk memepermudah kerja peneliti dalam mengklasifikasikan data
berdasarkan kajian penelitian.
Tabel 1
Kartu Data Penelitian
KARTU DATA
|
Nomor
Data :
|
Konteks
:
|
Tuturan
Pengungkapan Topik :
|
Analisis
Data :
|
K.
Penyajian Hasil Analisis
Penyajian
hasil analisis ini merupakanlangkah selanjutnya setelah analisis data. Menurut
Sudaryanto (1993 : 145), pemaparan pemaparan hasil penelitian dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan metode formal dan informal. Metode
fiormal adalah perumusan dengan tanda dan lambag-lambag. Metode informal adalah
perumudan dengan kata-kata biasa, walaupun dengan terminologi yang bersifat
teknis.
Penyajian hasil analisis dalam penelitian ini
menggunakan metode informal. Metode informal adalah perumusan dengan kata-kata
biasa meskipun dengan terminologi yang bersifat teknis. Metode informal
digunakan dalam penelitian ini karena hanya berdasarkan fakta atau fenomena
yang ada dan secara empiris hidup pada penuturnya sehingga yang didapat berupa
uraian bahasa yang dituturkan oleh penutur. Hasil analisis data peda analisis
ini mencakup beberapa bentuk yaitu, register karyawan di lingkungan konveksi
Banjerejo Kecamatan Karanganyar.
DAFTAR PUSTAKA
Stiawan, Yasin. 2006. “Perkembangan Bahasa” “(Online),
http://www.siaksoft.com, Diakses tanggal 27 Oktober 2013.
Syamsuddin, A.R. 1986. Sanggar Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka Jakarta.
Pangabean, Maruli. 1981. Bahasa Pengaruh dan Peranannya. Jakarta: Gramedia.
Nababan, P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik:
Teori dan Penerapannya, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Rohmadi, Muhammad. 2004. Pragmatik: Teori dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar Media.