LINGUISTIK MIKRO DAN LINGUISTIK
MAKRO SERTA PENJABARANNYA
A. Linguistik
Mikro (Mikrolinguistik)
Bidang linguistik yang mempelajari bahasa dari dalam dengan kata lain
mempelajari struktur bahasa itu sendiri. Linguistik mikro mengarahkan kajiannya
pada struktur internal suatu bahasa tertentu atau struktur internal suatu
bahasa tertentu atau struktur internal bahasa pada umumnya.
Pada Mikrolinguistik terdapat beberapa pembidangan fonologi, morfologi,
sintaksis, semantik, dan leksikologi.
1. Fonologi :
menyelidiki ciri-ciri bunyi bahasa, cara terjadinya, dan fungsinya dalam setiap
kebahsaan secara keseluruhan. Bidang linguistic fonologi adalah ilmu yang
mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa, yang
secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi dan logi yaitu
ilmu.
Pada
Fonologi mempunyai dua cabang kajian, yakni:
a.
Fonetik yaitu cabang kajian yang mengkaji
bagaimana bunyi-bunyi fonem sebuah bahasa direalisasikan atau dilafalkan. Fonetik
juga mempelajari cara kerja organ tubuh manusia terutama yang berhubungan
dengan penggunaan
bahasa.
b.
Fonemik yaitu kesatuan bunyi terkecil
suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna. Chaer (2007) mengatakan bahwa
fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata.
2. Morfologi :
Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie
berasal dari bahasa Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe
berarti bentuk dan dan logos berarti ilmu. Bunyi [o] yang terdapat
diantara morphed an logos ialah bunyi yang biasa muncul diantara dua kata yang
digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi
berarti ilmu tentang bentuk, menyelidiki struktur kata, bagian-bagiannya, serta
cara pembetukannya.
3. Sintaksis :
Kata sintaksis berasaldari kata Yunani (sun = ‘dengan’ + tattein
‘menempatkan’). Jadi kata sintaksis secara etimologis berarti menempatkan
bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat..Sintaksis adalah
cabang ilmu linguistik yang membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata
lain, atau unsur-unsur lain sebagai suatu satuan ujaran, dalam sintaksis yang
biasa dibicarakan adalah struktur sintaksis, mencakup masalah fungsi, kategori,
peran sintaksis, satuan sintaksis berupa frase, kalimat, kalimat, dan wacana
(Chaer, 2007: 206).
4. Semantik :
semantik adalah cabang linguistik yang meneliti arti atau makna. Jadi semantik
adalah subdisiplin ilmu linguistik yang membicarakan makna. Verhaar
(dalam Pateda, 2001: 7) mengatakan bahwa semantik adalah teori makna atas
teori arti (kata semantik sebagai nomina dan semantik sebagai ajektiva).
5. Leksikologi
: leksikologi dalam bahasa inggris dinamakan lexicology yang berarti ilmu/studi
mengenai bentuk, sejarah dan arti kata-kata. menurut istilah, leksikologi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari seluk beluk makna/arti kosakata yang
telah termuat atau akan dimuat di dalam kamus.
B. Linguistik
Makro (Makrolinguistik)
Linguistik makro bersifat luas, sifat telaahnya ekternal. Linguistik
mengkaji kegiatan bahasa pada bidang-bidang lain, misalnya ekonomi dan sejarah.
Bahasa digunakan sebagai alat untuk melihat bahasa dari sudut pandangan dari
luar bahasa.
Pembidangan linguistik makro mencakup antara lain sosiolinguistik,
psikolinguistik, antropolinguistik, etnolinguistik, stilistika, filologi,
dialektologi, filsafat bahasa, dan neurolinguistik.
1.
Sosiolinguistik : Sosiolinguistik merupakan gabungan
dari dua disiplin keilmuan; sosiologi dan lingustik. Tujuan dari
sosiolinguistik sendiri untuk memecahkan dan mengatasi masalah-masalah dalam
masyarakat, khususnya dalam kebahasaan. Baik secara mikrolinguistik maupun
makrolinguistik. Dalam sosiolinguistik, antara lain, dibicarakan pengguna dan
penggunaan bahasa, tempat penggunaan bahasa, tata tinggat bahasa, berbagai
akibat karena adanya kontak dua dua buah bahasa atau lebih, dan ragam serta
waktu pemakaian ragam bahasa itu.
2.
Psikolinguistik : Menurut Field (2003: 2) mengemukakan
psycholinguistics explores the relationship between the human mind and
language ‘psikolinguistik membahas hubungan antara otak manusia dengan
bahasa’. Menurut Harley (dalam Dardjowidjojo,2003: 7) berpendapat bahwa
psikolinguistik adalah studi tentang proses mental-mental dalam pemakaian
bahasa. Sebelum menggunakan bahasa, seorang pemakai bahasa terlebih dahulu
memperoleh bahasa.
3.
Antropolinguistik : adalah ilmu yang mempelajari
manusia dan kebudayaan secara menyeluruh. Di satu pihak manusia adalah pencipta
kebudayaan, di pihak lain kebudayaan yang “menciptakan” manusia Linguistik
Kebudayaan memperlakukan bahasa sebagai fenomena yang kebermaknaannya hanya
bisa dipahami secara menyeluruh bila dikaitkan dengan budaya penuturnya.
4.
Stilistika : adalah subdisiplin linguistic yang
memepelajari bahasa yang digunakan dalam bentuk-bentuk karya sastra. Jadi,
stilistika adalah ilmu interdisipliner antara linguistik dan ilmu kesusastraan.
5.
Filologi : Secara etimologis, filologi berasal dari dua
kata dalam bahasa Yunani, yaitu philos yang berarti ‘cinta’ dan logos
yang berarti ‘kata’. Dengan demikian, kata filologi membentuk arti ‘cinta kata’
atau ‘senang bertutur’ (Shipley dalam Baroroh-Baried, 1985: 1). Arti tersebut
kemudian berkembang menjadi ‘senang belajar’, dan ‘senang kasustraan atau
senang kebudayaan’ (Baroroh-Baried, 1985: 1).
6.
Filsafat Bahasa : Filsafat bahasa sebagai studi
analisis filsafati, pemaknaan bersifat objektif dan subjektif. Bersifat
objektif, apabila makna yang diungkap merupakan makna yang dikandung secara
leksikal/denotasi dalam sebuah wacana lisan atau tulisan. Bersifat subjektif,
apabila makna yang diungkap ada dalam mata si pembaca dan merupakan makna
kontekstual, yaitu apa yang ada di balik makna kata tersebut/konteks
7.
Dialektologi : Dialektologi merupakan ilmu tentang
dialek. Cabang linguistik yang mengkaji perbedaan-perbedaan isolek (alat
komunikasi suatu masyarakat tutur namun belum ditetapkan statusnya) dengan
memperlakukan perbedaan-perbedaan tersebut secara utuh.
8.
Neurolinguistik : neurolinguistik merupakan kajian
yang berupaya memahami kerja otak untuk memproses kegiatan berbahasa
sebagaimana psikolinguistik hanya saja fokusnya berbeda. Neurolinguistik lebih
berkecimpung dalam memahami kesulitan berbahasa atau gangguan berbahasa,
yang mencakup kegiatam bicara, mendengar, membaca menulis, dan berbahasa
isyarat yang menganggu kemampuan berkomunikasi (Lauder, 2005:238).
Neurolinguistik dapat ditelusuri latar belakang subjek mengalami autis, yaitu
terdapat kerusakan pada sistem syaraf yang membuat kemampuan mengingat
mengalami keterbatasan.