PENGARUH BAHASA IBU
TERHADAP PENINGKATAN KOMPETENSI SISWA
Ulfa
Universitas Pekalongan
ABSTRAK
Artikel
ini mendeskripsikan pengaruh bahasa ibu atau bahasa daerah terhadap peningkatan
kompetensi siswa yang pada era globalisasi ini bahasa ibu sering di abaikan
oleh masyarakat sekarang. Berbagai pendapat yang mengatakan bahwa menggunakan
bahasa ibu itu ndeso atau kampunagan. Maka sang anak lebih
ditekankan ke bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama atau bahasa ibu.
Kata
kunci : bahasa, adat, usia.
Pendahuluan
Sebagian
orang tua khawatir dengan perkembangan anak-anaknya ketika sang buah hati
mereka tumbuh di lingkungan dengan beragam bahasa. Ketika anak- anak khususnya
di usia prasekola, harus dikenalkan pada bahasa asing selain bahasa ibu. Banyak
orang tua cemas karena belajar banyak bahasa akan menyebabkan anak mengalami
kebingungan.
Akan
tetapi menurut pakar pendidikan anak usia dini juga psikolog pendidikan, Novita
Tandry M. Psi., memperkenalkan beragam bahasa kepada anak di usia dini pada
dasarnya tidak menimbulkan masalah. Selama anak tersebut tidak mengalami
kendala dalam kemampuan berbicara.
Memperkenalkan
suatu jenis bahasa kepada anak di usia dini adalah salah satu bentuk stimulasi
linguistik. Anak-anak yang tidak bermasalah dengan kemampuan berbicaranya,
stimulasi menggunakan beberapa bahasa tidak akan menimbulkan masalah, bahkan
dianjurkan. Di Indonesia terdapat tiga jenis bahasa, yaitu bahasa nasional,
bahasa daerah, dan bahasa asing. Masing – masing dari ke tiganya memiliki
fungsi dan kedudukan yang telah diatur. Bahasa Indonesia merupakan bahasa
persatuan atau bahasa nasional yang berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa. Bahasa daerah
digunakan sebagai sarana penghubung dan pendukung kebudayaan di daerah,serta
identitas daerah. Sementara bahasa asing berfungsi sebagai alat perhubungan
antar bangsa dan sarana pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknilogi untuk
kemajuan pembangunan nasional.
Permasalahan
saat ini timbul ke tiga jenis bahasa itu tidak digunakan sesuai dengan
fungsinya. Terutama soal bahasa daerah yang notabene merupakan bahasa ibu yang
mulai berdarah – darah mempertahankan eksistensinya di tengah gerusan zaman.
Mengapa hal ini terjadi ? Banyak faktor penyebab terjadinya hal itu. Dianataranya
dikarenakan perkawinan berbeda suku, sehingga lebih baik menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa ibu dalam keluarga. Yang lebih mengkhawatirkan untuk
pelestarian bahasa daerah atau bahasa ibu adalah bahwa ada keluarga yang merasa
tidak nyaman dan tidak bergengsi, atau merasa tidak modern. Ada juga yang
berpendapat bahwa apabila menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu
berarti melatih pemahaman anak menggunakan bahasa Indonesia sewaktu bergaul di
sekolah atau di masyarakat.
Anak
mempunyai kemampuan bahasa lebih dari satuu, kemudian dapat diarahkan untuk
menggunakannya sesuai dengan konteks situasi, waktu dan tujuan pemakaian.
Dengan dilatihnya berbahasa yang baik, anak mampu berkomunikasi, terbiasa
berbicara, mampu memahami bahasa yang diguanakan dan bertambah kecerdasannya
untuk memparafrasekan bahasa menjadi komunikatif. Pengaruh keluarga untuk
menciptakan situasi dan kondisi yang demokratis, ketrbukaan dalam berbicara,
melatih anak terampil dan fasih dalm berkomunikasi dengan baik sangat
dibutuhkan oleh anak.
Pembahasan
Penguasaan
sebuah bahasa oleh seorang anak dimulai dengan perolehan bahasa pertama yang
sering disebut dengan bahasa ibu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa
ibu adalah bahsa pertama yang dikuasai manusia sejak lahir melalui
interaksidengan sesama anggota masyarakat bahasanya, seperti keluarga dan
masyarakat lingkungannya.
Bahasa
ibu adalah bahasa yang potensial dikuasai oleh seseorang sejak lahir secara
terwaris. Pemerolehan bahasa merupakan sebuah proses yang sangat panjang sejak
anak belum mengenal sebuah bahasa sampai fasih berbahasa. Hal ini menunjukkan
bahasa pertama merupakan suatu proses awal diperoleh anak dalam mengenal bunyi
dan lambing yang disebut bahasa.
Di
dalam berbagai penelitian telah dibuktikan bahwa manusia normal mengalami
tahap-tahap yang hampir sama dalam pemerolehan bahasa pertama. Beberapa ahli
mengatakan bahwa proses pemerolehan bahasa dimulai sejak lahir. Hal ini dibuktikan dengan kenyataan bahwa pada
umumnya bayi yang baru lahir menunjukkan reaksi tertentu ketika mendengar suara
ibunya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bayi mengenal suara ibunya
sejak dalam kandunagan. Chomsky ( dalam Chaer, 2009 ) menyebutkan bahwa ada dua
proses yang terjadi ketika seorang anak-anak memperoleh bahasa pertamanya.
Proses yang dimaksud ialah proses kompetensi dan proses performansi. Kedua
proses ini merupakan dua proses yang berlainan. Kompetensi adalah proses
penguasaan tata bahasa 9 fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik ) secara
tidak disadari. Kompetensi ini dibawa anak sejak lahir. Meskipun dibawa sejak
lahir, kompetensi memerlukan pembinaan sehingga anak-anak memiliki performansi
dalam berbahasa. Performansi adalah kemampuan anak menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi.
Performasi
terdiri atas dua proses, yaitu proses pemahaman dan proses penerbitan
kalimat-kalimat. proses pemahaman melibatkan kemampuan mengamati atau
mempersepsi kalimat-kalimat yang didengar, sedangkan proses penerbitan
melibatkan kemampuan menghasilkan kalimat-kalimat.Secara umum anak-anak melalui
tahapan pemerolehan bahasa yang sama, walaupun pencapaian tahapan tersebut
mungkin akan dialami pada usia yang berbeda bagi setiap anak. Hal ini
berhubungan erat dengan kematangan fisiologis dan dipengaruhi oleh perkembangan
sistem saraf dalam otak.
Dalam
prosesnya bahasa ibu memiliki peranan yang sangat penting yang menjadikan alasan
bahwa bahasa ibu perlu dipertahankan dan diperhatikan untuk mengembangkan aspek
kemampuan berbahasa pada anak usia dini. Bahasa ibu merupakan medium terbaik
untuk mengekspresikan gagasan atau perasaan seseorang. Dengan begitu, bahasa
ibu merupakan alat paling ampuh dan efektif untuk melakukan komunikasi dan
pertukaran gagasan.
Melalui
berbahasalah terutama bahasa ibu para individu membentuk identitas social dan
budaya penuturnya, sehingga penggunaan bahasa yang sama akan mudah
mengidentifikasikan diri mereka sebagai satu komunitas sosial dan melekat
dengan identitas komunal tersebut. Selain itu, bahasa menentukan cara berpikir
individu serta komunitas. Dari semua bahasa yang ada di dunia, bahasa ibu
merupakan bahasa yang paling mudah dipelajari.
Berpikir
merupakan instrumen sentral dalam perolehan pengetahuan dan proses berpikir
mustahil dilakukan tanpa bahasa. Pengajaran dalam bahasa ibu, bahasa yang
digunakan oleh anak untuk berpikir dan berangan-angan, menjadi langkah esensial
pertama dan instrumen terbaik budaya. Dengan demikian, mendapatkan fondasi
kokoh dalam bahasa ibu merupakan hal terpenting dalam keseluruhan proses
pendidikan anak.
Pengembangan
intelektual anak mustahil dilakuakan tanpa bahasa. Membaca, mengekspresikan
diri, memperoleh pengetahuan, dan mengajukan pendapat adalah
instrumen-instrumen penting pengembangan intelektualiatas. Semua itu hanya bisa
dilakuakan melalui bahasa ibu sang anak. Kita mungkin bisa berkomunikasi
menggunakan bahasa apapun, tapi ekspresi diri kreatif hanya bisa dilakukan
menggunakan bahasa ibu. Pernyataan ini diperkuat dan dipertegas oleh fakta
bahwa semua penulis hebat menghasilkan karya-karya sastra hebat dalam bahasa
ibu mereka.
Bahasa
ibu merupakan instrumen terpenting untuk melakuakan pengembangan emosi anak.
Efek emosional dari karya sastra merupakan satu hal terpenting dalam
pengembangan dan penyempurnaan emosi. Pengajaran bahasa ibu menjadi sangat
penting karena amat menentukan kualitas perkembangan anak sebagai murid.
Perkembangan kehidupan intelektual mereka, pengetahuan, kemampuan
mengekspresikan diri, kreativitas, serta semua kemampuan produktif berakar pada
bahasa ibu.
Ide-ide
orisional merupakan produk bahasa ibu. Mempertimbangkan aspek fasilitas pikiran
dan ekspresi, ide-ide baru dan orisinil hanya bisa dimunculkan dan dibentuk
saat anak menggunakan bahasa ibu.
Sebagai
orangtua dan juga calon pendidik sudah tentu kita ingin memberikan yang terbaik
bagi putra putri kita. Kita ingin memberikan bekal yang bisa digunakan anak
kelak dalam mengarungi samudera kehidupan. Orangtua memahami pentingnya
pendidikan sebagai fondasi sukses. Namun sayangnya kebanyakan orangtua kurang
kritis dan hanya mengikuti tren yang sedang “in”. Salah satunya adalah mengenai
bahasa.
Salah
satu kendala yang dialami siswa sekolah dasar di Indonesia dalam memahami
pelajaran di sekolah, yakni tidak digunakannya nbahasa ibu mereka sebagai
pengantar dalam proses pembelajaran. Akibatnya, mereka pun tidak mampu meraih
prestasi akademik secara maksimal. Penggunaan bahasa ibu atau bahasa daerah
sebagai bahasa pengantar dalam dalam pembelajaran untuk tingkat dasar
sebenarnya sudah mulai diterapkan di beberapa negara Asia Tenggara. Basaha
daerah digunakan sebagai bahasa pengantar untuk siswa kelas 1 sampai dengan
kelas III. Bahasa nasional sendiri baru digunakan sebagai bahasa pengantar saat
mereka menginjak kelas IV.
Di
Indonesia sendiri program semacam ini sebenarnya diterapkan di Maluku dan
Papua. Sayangnya, program tersebut belum bisa dijalankan secara maksimal karena
adanya system yang mengharuskan siswa siswi di Papuauntuk berbahasa Indonesia.
Selain itu, banyaknya banyaknya bahasa daerah yang dimiliki, menyulitkan siswa
dalam berkomunikasi satu sama lainnya. Akibatnya, penggunaan bahasa daerah
sebagai bahasa pengantar pun belum mampu dilaksanakn sepenuhnya.
Di
sisi lain sikap orang tua yang lebih mementingkan penguasaan bahasa asing bagi
anaknya daripada bahasa ibunya menjadikan bahasa daerah semakin ditinggalkan.
Mereka beranggapan, memberikan pelajaran bahasa asing sejak dini akan berdampak
baik bagi perkembangan anaknya pada masa mendatang. Padahal, bahasa daerah
tidak hanya sebats sarana untuk berkomunikasi. Lebih dari itu, di dalam bahasa
daerah terkandung budaya serta nilai yang harus dipahami oleh anak agar
memiliki kecerdasan social saat mereka berinteraksi dengan masyarakat.
Adapun
untuk menjadikan bahasa ibu sebagai bahasa pengantar dalam proses pembelajaran,
dibutuhnkan tiga syarat yang harus dipenuhi. Pertama, tersedianya guru yang
berkualitas serta menguasai bahasa daerah dan bahasa Indonesia dengan baik dsan
benar. Kedua, tersedia ya kurikulum multibahasa yang sesuai. Ketiga, adanya
dukungan dari orang tua untuk mengkondisikan anaknya agar selalu berkomunikasi
dalam bahasa daerahnya saat mereka berada di rumah. Tanpa terpenuhinya ke tiga
syarat tersebut, sangat sulit untuk menjadikan bahasa daerah sebagai bahasa
pengantar. Di samping itu, dukungan pemerintah daerah maupun masyarakat
terhadap upaya pelestarian bahasa ibu tersebut sangan dibutuhkan.
Anak
yang sejak kecil diajarkan bahasa ibu akan lebih memahami hal-hal konseptual,
dibandinhkan anak yang sejak kecil dilatih berbicara asing. Di dalam bahasa ibu,
khususnya bahasa daerah, juga terkandung pemnbelajaran tentang norma-norma,
nilai-nilai dan budi pekerti.
Anak
yang diajarkan beberapa bahasa, kecenderungan untuk dapat berbicara lebih
lambat. Sebab, di dalam berbicara, dia harus tahu hubungan suatu konsep dengan
kata itu. Kalau kita bicara kursi maka konsepnya tempat duduk. Jadi penanaman
konsep akan lambat karena anak bingung dengan banyak bahasa. Pembelajran bahasa
harus didukung oleh lingkungan. Oleh karena itu, belajar dengan bahasa ibu
adalah yang terbaik karena bahasa ibu dipakai di dalam limgkungan anak.
Kemampuan
berbahasa ibu harus mapan, naiknay selama tiga tahun belajar, sebelum menguasai
bahasa ke dua. Penggunaan bahasa ibu dalam pendidikan memperkuatbahasa dan
budaya dari kelompok yang seringkali terabaikan. Pendidikan multibahasa
berbasis bahasa ibu merupakan pendidikan yang memungkinkan pelajar mencapai
kelancaran dan kepercayaan diri dalam bertutur, membaca, dan menulis dalam
bahasa ibu, bahasa nasional, lalu bahasa internasional.
Sepenggal
paragraf dari buku Bahasa Prevoir Budaya benar adanya menggambarkan kondisi
kebahasaan masyarakat kita sekarang ini. Terlebih perlakuan terhadap bahasa ibu
yang semakin hari semakin tidak dianggap penting, terkesan ndeso serta menjadi urutan kesekian penguasaan bahasa di tengah
tuntutan penguasaan bahasa asing karena sebuah arus yang disebut globalisasi.
Anekdot- anekdot yang tercipta di masyarakat bahwa bahasa ibu tidak lagi
penting adalah faktor besar yang menghambat pelestariannya. Anak – anak cenderung
dibiasakan berbahasa Indonesia sejak dini. Sementara orang tua memberikan porsi
yang sangat kecil dalam menggunakan bahasa daerah ketika bercakap – cakap
dengan sang anak. terlebih kekhawatiran orangtua apabila sang anak tidak dapat
berbahasa secara santun dengan bahasa Indonesia di sekolah.
Penyebab
pokok dari fakta kejenuhan siswa belajar bahasa Indonesia adalah lantaran
bahjasa daerah tidak pernah diguanakan untuk mengawali proses pembelajaran .
idealnya, untuk belajar berbahasa, dan juga mata pelajaran di tingkat awal,
harus digunakan bahasa lisan yang juga bahasa ibu, yang lazimnya pula bahasa
daerah.
Simpulan
Betapa
pentingnya pengajaran bahasa ibu di sekolah. Fakta lain pun menunjukkan bahwa
berdasarkan penelitian para ahli lingustik seorang anak yang sudah dijejali
kemampuan berbahasa terlalu banyak terutama bahasa asing akan kesulitan dalam
menggunakan sebuah bahasa secara baik dan
benar dalam tataran tulisan maupun lisan. Hal yang seharusnya dilakukan
adalah mengubah system dalam pendidikan seorang anak. Utamanya di pendidikan
formal dan lingkungan sosial. Untuk melestarikan bahasa ibu secara efektif
perlu adanya kerjasama dengan pihak istansi pendidikan untuk menambah jam mata
pelajaran tersebut. Selain itu untuk mata pelajaran bahasa asing dapat
dikurangi di taraf pendidikan dasar. bahasa daerah, yang menjadi bahasa
pertamaseorang anak justru dianggap muatan lokal sebagai pemenuhan kewajiban
pendidikan berbasis kearifan lokal. Sudah semakin jarang orang menganggapnya
dengan serius. Banyak nilai-nilai kearifan lokal yang semakin menghilang.
Sementara itu, bahasa asing semakin digadang – gadang sebagai pemecah masalah
segala urusan yang berkaiotan dengan globalisasi. Akibatnya banyak system
pendidikan kita yang justru mengesampingkan bahasa sendiri demi kebutuhan
bahasa asing ini.
Lingkungan
yang kondusif juga sangat mempengaruhi pola berbahasa sang anak. Orang tua
memegang peran sental dalam pengawasan terhadap anak tersebut, terutama dalam
control tindakan dan kata – kata. Ada kebutuhan yang sangat perlu
dipertimbangkan pemerintah Indonesia, yaitu pengembangan program pendidikan
multibahasa berbasis bahasa ibu bagi siswa SD terutama di pelosok Indonesia.
Daftar Pustaka
Rahadi, R.
Kunjana. 2009. Bahasa Prevoir Budaya, yogyakarta : Pinus Book.
Hasan alwi dan
Dendy Sugono. 2003. Politik Bahasa :
Rumusan Seminar Politik Basaha, Jakarta : Pusat Bahasa.
Vina Dinuka
12 Desember 2016 pukul 08.33
Aroh taofiq
15 Juni 2017 pukul 06.17