Halaman

KUDENGAR CERITA BUMI

0 komentar



Alis sedang berjalan-jalan ditanah lapang sebrang depan rumahnya. Sudah menjadi kebiasaanya jika malam terang ia akan pergi kesana sambil terbaring di tengah tanah lapang itu menikmati sentuhan semilir angin malam merasakan pandangan bintang-bintang bak mata bidadari kayangan. Alis menikmati kegiatannya itu, bintang-bintang menemani sang bulan yang tak lelah bersinar sepanjang malam. Di desa dimana Alis berada, listrik belum masuk desa. Sehingga jika malam hari langit Desa Lukito tampak membara beribu juta galaksi terlihat jelas di malam itu.
“ Hah,tetaplah setia bintang-bintang, jangan jemulah bulan,angin dinginkanlah pikiranku ini, aku masih ingin lama-lama disini “ Gumam Alis dalam tiduran diatas tanah lapang. Tiba-tiba saja Alis mendengar suara tangisan, suara itu mirip seorang laki-laki yang kesakitan, Alis menoleh kekanan, kekiri, kebelakang dan tak ada orang , Alis mencoba mencari sumber suara namun tidak menemuinya.
“ Hancurlah aku, tamatlah aku” Suara itu mulai berbicara dan melanjutkan tangisannya. Alis mulai mengajak suara itu berbicara.
“ Hei kau dimana kau berada?, dan kenapa kau menangis juga?” Tanya Alis yang masih tetap berdiri ditanah lapang yang sedikit membuatnya takut sekarang. Ia sudah tak sendiri lagi namun bersama suara yang entah milik siapa yamg menemaninya dalam kesunyian itu.
“ Kau pasti manusia, satu-satunya makhluk hidup yangkerjanya hanya bisa membuat kerusakan tanpa perbaikan kan?” Jawab suara itu.
“ Kau salah,  warga disini masih baik-baik saja dantidak membuat kerusakan , sebenarnya kau ini siapa,berhentilah menangis, ceritakan saja apa keluhanmu kepadaku. Aku siap menjadi temanmu malam ini “
“ Tatap aku sekarang !”
“ Menatapmu ?kau dimana dulu,aku belum melihatmu? “
“Aku di bawa, aku kau injak, dan kau tiduri “
Alis menoleh ke bawah tapi tidak ada apa-apa hanya rumput hijau yang masih mengisi ruang tanah lapang itu. Lalu Alis mencari-cari lagi, sekali ia duduk, merangkak agar bisa melihat dengan jelas.
“ Aku tidakmelihatmu. Kau di bawah mana ?” Nafas Alis terengah-engah karena pencariannya  yang sia-sia dan tiada hasil juga.
“ Iya aku tepat dibawahmu, tempelkan kupingmu dan kau bisa merasakan kehadiranku “ Pinta suara itu. Alis mengikuti yang di sarankan oleh suara itu, Alis terkejut suara itu datangnya dari dalam tanah. “ Kau disana”.
“ Iya aku disini “
“ Apa kau terkubur?, siapa namamu ? “
“ Akulah bumi. Hanya kau manusia yang dapat mendengar suaraku. Bisakah kau menyuruh manusia-manusia itu untuk lebih mencintaiku, bisakah kau mencegah mereka untuk tidak membuang kotoran yang membuatku rapuh, kotor, dan bau. Usiaku sangat tua, aku butuh peremajaan, aku butuh akar-akar pohon yang bisa menahanku dari air hujan dan hantaman ombak pantai, aku butuh banyak hutan untuk menutupi lapisan ozonku yang berlubang, aku ingin tubuhku yang dulu, hijau dan permai, tidak banyak polusi,kotoran limbah apapun. Aku ingin langitku secerah dulu dan tampak dari angkasa sana hijau seperti zamrud. Dan aku ingin penghuniku seperti flora dan fauna aman kembali seperti dulu. Itulah permintaanku tapi apa, manusia tinggal di atasku mereka bersenang-senang, membuang sampah sembarangan, berfoya-foya, makan daging sapi terlalu banyak dan apa mereka tidak menjagaku dan peduli padaku “
            Mendengar itu semua Alis sadar bahwa diluar sana manusia masih egois, bersikap kapitalis, hanya mencari keuntungan semata. Pabrik-pabrik yang mereka bangun, memang membuat kemajuan perekonomian dan mempermudah kehidupan manusia dengan produk-produk yang dibuat mereka pada pabriknya, namun orang-orang kapitalis enggan peduli, terhadap lingkungan, bahkan mereka membuat pipa pembuangan limbah yamg sangat berbahaya didalam tanah agar tidak diketahui oleh instansi yang mengurusi hal itu. Lalu langsung membuangnya saja., tanpa diolah terlebih dahulu. Lalu dari halyang kecil seperti membuang sampah pada tempatnya saja masih berat hati dilakukan oleh manusia modern. Negeri ini masih buta dan perlu dibukakan matanya. Alis termenung lama sekali, sehinggaia teringat dengan kehiupannya sewaktu sd dikota, oramg-orang yang tak sayang kepada alam pemberian Tuhan yang maha Esa.
“ Jadi aku bisa meminta bantuan? “
Alis langsung bangun dari lamunannya dan segera bertanya kembali kepada bumi.
“ Apa yang saat ini kau rasakan, dan apa yang harus aku lakukan ? “ Tanya Alis dengan mata yang memandang ke atas langit dan mencoba tenang.
“ Buat mereka sadar dan peduli padaku, buat mereka mencintaiku dan mau mengembalikan aku seperti dulu “ Jawab bumi dengan nada yang tegar dan berharap bisa diwujudkan keinginannya itu oleh Alis.
 Baiklah akan ku coba, aku akan lebih mendekati orang-orang yang tak mau tahu tentangmu. Aku akan berusaha “
“ Terima kasih teman, hanya Tuhanlah yang akan membalasmu”
“ Amien, terima kasih atas kepercayaanmu padaku “
            Mereka berdua terdiam kembali. Pikiran Alis merencanakan aksi-aksi yang nantinya akan ia lakukan.Malam semakin larut danAlis berpamitan kepada Bumi dan bumi juga mengucapkan salam perpisahan untuk nantinya dapat berbincang-bincang kembali .Alit berjalan menuju depan rumahnya dan mulai menyusun  suatu rencana.

            Kalender matahari terus berganti lembaran baru.Tahun-tahun bertanbah angkanya, menjadikan usia bumi semakin tua renta.Alis sudahmenjadi pemuda yang dewasa, tampan dan mumpuni. Ia melakukan banyak lokakarya dan menggalakkan peduli lingkungan bersama lembaga daya dukung alam. Perdebatan sengit antara pemerintah, kaum kapitalis, penduduk lokal yang agresif sering terjadi di lokakaryanya. Akhirnya dari semua perdebatan-perdebatan itu Alis menjadi pemenangnya. Pidatonya yangdidukung fakta dan keadaan yang nyata berhasil membuat pemerintah tak berkutik, undang-undang lingkungan yang baru, sanksi yang berat bagi pelanggar akan di berlakukan, dan reboisasi, penghijauan, taman kota, peremajaan hutan, pelarangan ilegal loging, sudah menjadi rencana program pemerintah pusat dan harus di patuhi oleh semua penduduk dan wilayah-wilayah di bawahny. Ya sekali lagi Alis adalah pemenang dari semua ini dan Bumi tersenyum kembali, semua bahagia dan merasakan manfaat greenway, indonesia hijau.
“ Kau hebat, aku bisa bernafas segar dan bahagia sekali “
“ Itu karena kepercayaanmu, kau apa kabar? “
“ Tentu aku baik-baik saja “
            Dari atas awan terdengar tawa bahagia, yang menggema jagad raya, pertemuan teman lama dan pembicaraan tentang greenway juga lainnya menambah lengkap kebahagiaan dua teman. 

- Published By Gooyaabi Templates | Powered By Blogger