Album Pengambilan Nomor Divisi Gunung Hutan Angkatan SS MPL_JW
0 komentar
- Home
- No labels
- Album Pengambilan Nomor Divisi Gunung Hutan Angkatan SS MPL_JW
- No labels
- Pengobral ciu
- No labels
- Doa
- No labels
- Bapak
Pengobral ciu
0 komentar
- Home
- No labels
- Album Pengambilan Nomor Divisi Gunung Hutan Angkatan SS MPL_JW
- No labels
- Pengobral ciu
- No labels
- Doa
- No labels
- Bapak
Ketika seorang peminum disubuh tadi bercerita aku tau betapa pahitnya hidup yg dia rasakan
Bercerita tentang keluarga selalu berujung dg kesedihan
Dugaanku benar
Ia ambil botol minumannya dan menuangkannya kedalam segelas botol kecil yang terisi tak begitu penuh
Lantas bercerita tentang hidupnya
Kepahitan tan manisnya hidup adaalh buah dari usaha kita sendiri
Mbiaen aku juga pernah ngalami urep koyo koe.
Itu ujar sang pemabuk.
Alhamdulillah wasyukirilah.
Allah memang maha agung dengan segala kuasanya. Allahu akbar, kau jadikan tubuh yang tak memiliki arti dimatamu ini bisa merasakan nikmat memandang keelokan ciptaanmu. Kau balikkan apapun yang kau kehendaki. Kau beri keberkahan sakit karna aku sangat yakin lusnya ampunanmu. Allahula illahaillallah. engkau yang menciptakan hamba, engkau tundukkan setiap yang ada di bumi dan dilangit. Keesaanmu tiada satupun yang melebihi. Dengan segala nikmt dan segala kebaikan hamba yang telah lalu, hamba bersujud mohon ampunan. Jadikan hamba manusia yg kau cintai dan kau kumpulkan kami kedalam golongan orang mukmin. aku pasrahkan urusan duniaku pun akheratku padamu.
Sore tadi akalku dituntun untuk tak berdiri diam. Aku yang dengan kebingungan tak tau harus kemana. Ikuti saja kata hatimu. ucapku dalam hati. Tubuh yang tak berdaya ini menuntun diri yang angkuh ini ke salah satu desa yang dulu menjdi persinggaha yang sekarang telah menjadi kenangan. Bukan hilang atau diholangkan, tp pikiranku sendiri yg menghilangkan.
Saat pikiran yang goyah ini menuntun untuk pergi ke SMK Diponeogoro Karanganyar(berharap sekadar memandang wajah yang dulu aku kenal), seoraang bapak renta baya memberhentikanku dari perjalanan dan lamunanku. Nderek ndung, kata bapak itu sambil melambaikan tangannya. Akupun berhenti dan bapak itu pun membonceng motor. Beberapa meter berjalan sang bapak bertanya pada saya, "bade ten pundi?" pertanyaan sederhana yang harusnya sangat gampang untuk dijawab. Tapi bibirku begetar tak bisa mengucap sekatapun. Akupun balik bertannya, bapak saking pundi?
Dengan nada bergetar lantaran usia, ia menjawab;
"saking anak ten wonopringgo."
"la wangsule pundi pak?"
"sentul le."
Stelah itu aku lama terdiam memikirkan seseorang. Bapakku, otakku lnagsung merekam sosok tua yang sebenarnya tak begitu akrab tp aku merindukannya. Segera aku berpikir tentang kasih seorang bapak kepada anak.
"Apakah bapakku juga merindukaku dan ingin sekadar melihat anaknya seperti bapak ini?"
Otaku dipaksa berpikir untuk itu hingga air mata tak mampu terbendung lantaran akupunmerindukanmu ayah.