Halaman

Pidato

0 komentar

TAHAP PERSIAPAN PIDATO
          Sebelum berpidato, berdakwah, atau ceramah, kita harus mengetahui lebih dulu apa yang akan kita sampaikan dan tingkah laku apa yang diharapkan dari khalayak kita; bagaimana kita akan mengembangkan topik bahasan. Dengan demikian, dalam tahap persiapan pidato, ada dua hal yang harus kita lakukan, yaitu: (1) Memilih Topik dan Tujuan Pidato dan (2) Mengembangkan Topik Bahasan.
1.    Jenis-Jenis Pidato

a.       Pidato Impromtu
          Adalah pidato yang dilakukan secara tiba-tiba, spontan, tanpa persiapan sebelumya. Impromtu memiliki keuntungan: (1) Impromtu dapat mengungkapkan perasaan pembicara yang sebenarnya, karena pembicara tidak memikirkan lebih dulu pendapat yang disampaikannya, (2) Gagasan dan pendapatnya datang secara spontan, sehingga tampak segar dan hidup, dan (3) Impromtu memungkinkan Anda terus berpikir.
          Tetapi bagi juru pidato yang belum berpengalaman, keuntungan-keuntungan di atas tidak akan tampak, bahkan dapat mendatangkan kerugian sebagai berikut: (1) impromtu dapat menimbulkan kesimpulan yang mentah, karena dasar pengetahuan yang tidak memadai, (2) impromtu mengakibatkan penyampaian yang tersendat-sendat dan tidak lancar, (3) gagasan yang disampaikan bisa “acak-acak” dan ngawur, dan (4) karena tiadanya persiapan, kemungkinan “demam panggung” besar sekali. Jadi, bagi yang belum berpengalaman, impromtu sebaliknya dihindari daripada Anda tampak “bodoh” di hadapan orang lain.
b.      Pidato Manuskrip
          Adalah pidato dengan naskah. Membacakan naskah pidato dari awal sampai akhir. Dalam hal ini, akan lebih tepat jika kita menyebutnya” membacakan pidato” dan bukan “menyampaikan pidato”. Pidato manuskrip perlu dilakukan jika isi yang disampaikan tidak boleh ada kesalahan. Keuntungan pidato manuskrip adalah sebagai berikut: (1) Kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya sehingga dapat menyampaikan arti yang tepat dan pernyataan yang gamblang, (2) pernyataan dapat dihemat, karena manuskrip dapat disusun kembali, (3) Kefasihan bicara dapat dicapai karena kata-kata sudah disiapkan, (4) Hal-hal yang ngawur atau menyimpang dapat dihindari, dan (5) Manuskrip dapat diterbitkan atau diperbanyak.
          Kerugian pidato manuskri diantaranya sebagai berikut: (1) Komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara tidak berbicara langsung kepada mereka, (2) Pembicara tidak dapat melihat pendengar dengan baik karena ia lebih berkonsentrasi pada teks pidato, sehingga akan kehilangan gerak dan bersifat kaku, (3) Umpan balik dari pendengar tidak dapat mengubah, memperpendek atau memperpanjang pesan, dan (4) Pembuatannya lebih lama.
c.       Pidato Memoriter
          Adalah pidato yang ditulis dalam bentuk naskah kemudian dihapalkan kata demi kata, seperti seorang siswa madrasah menyampaikan nasihat pada acara imtihan. Pada pidato jenis ini, yang penting Anda memiliki kemampuan meng hapalkan teks pidato dan mengingat kata-kata yang ada di dalamnya dengan baik. Keuntungannya (jika hapal), pidato Anda akan lancar, tetapi kerugiaannya Anda akan berpidato secara datar dan monoton, sehingga tidak akan mampu menarik perhatian hadirin.
d.      Pidato Ekstempore
          Adalah pidato yang  paling baik dan paling sering digunakan oleh juru pidato yang berpengalaman dan mahir. Dalam menyampaikan pidato jenis ini, hanya menyiapkan garis-garis besar (out-line) dan pokok-pokok bahasan penunjang (supporrting points) saja. Tetapi, pembicara tidak berusaha mengingat atau menghapalkannya kata demi kata. Keuntungan pidato ekstempore ialah komunikasi pendengar atau khalayaknya, pesan dapat fleksibel untuk diubah sesuai dengan kebutuhan dan penyajiaanya lebih spontan. Pidato jenis ini memerlukan latihan yang intensif bagi pelunya.
2.    Memilih Topik dan Tujuan Pidato
          Seringkali kita menjadi bingung ketika harus mencari topik yang baik, seakan-akan dunia ini kekeringan bahan pembicaraan, seakan-akan kita tidak memiliki keahlian apa-apa. Karena sebenarnya setiap orang memiliki keahlian masing-masing, hanya kita seringkali tidak menyadarinya. Hal yang akan menjadi masalah bagi seseorang ketika harus berpidato adalah jika orang itu memaksakan diri berbicara tentang persoalan yang tidak dikuasainya, hal yang tidak dipahaminya itu menyatukan kesulitan bagi seorang juru pidato.
          Untuk membantu Anda menemukan topik bahasan dalam pidato, Profesor Wayne N. Thompson menyusun sistematika sunber topik sebagai berikut: Pengalaman Pribadi seperti, Perjalanan, tempat yang pernah dikunjungi, wawancara dengan tokoh, kejadian luar biasa, peristiwa Lucu, kelakuan atau adat yang aneh. dari Hobby dan Keterampilan: cara melakukan sesuatu, cara bekerja sesuatu, peraturan dan tata cara.
Kriteria Topik yang Baik
          Untuk menentukan topik yang baik, kita dapat menggunakan ukuran-ukuran sebagai berikut:
a.      Topik harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan Anda
          Topik yang paling baik adalah topik yang memberikan kemungkinan Anda lebih tahu daripada khalayak, Anda lebih ahli dibandingkan dengan kebanyakan pendengar.
b.      Topik harus menarik minat Anda
          Topik yang enak dibicarakan tentu saja adalah topik yang paling Anda senagi atau topik yang paling menyentuh emosi Anda.
c.       Topik harus menarik minat pendengar
          Dalam berdakwah atau berpidato, kita berbicara untuk orang lain, bukan untuk diri kita sendiri. Jika tidak ingin ditinggalkan pendengar atau diacuhkan oleh hadirin, Anda harus berbicara tentang sesuatu yang diminati mereka.
d.      Topik harus sesuai dengan pengetahuan pendengar
          Sebelum Anda menentukan topik dakwah, ketahuilah terlebih dahulu bagaimana rata-rata tingkat pengetahuan pendengar yang menjadi khalayak sasaran pidato Anda. Gunakanlah bahasa, gaya bahasa, dan istilah-istilah yang dimengerti oleh hadirin, bukan istilah-istilah yang hanya dipahami oleh Anda ( meskipun istilah Keren sekali).
e.       Topik harus jelas ruang lingkup dan pembatasannya
          Topik yang baik tidak boleh terlalu , sehingga setiap bagian hanya memperoleh ulasan sekilas saja, atau “ngawur”.
f.       Topik harus sesuai dengan waktu dan situasi
          Memilih topik pidato atau dakwah yang sesuai dengan waktu yang tersedia dan situasi yang terjadi. Jika anda diberikan waktu untuk berbicara 10 menit, janganlah Anda memilih topik yang terlalu luas yang tidak mungkin dijelaskan dalam waktu 10 menit.
g.      Topik harus dapat ditunjang dengan bahan yang lain
          Jika Anda memilih topik tentang  problematika pengajaran bahasa di sekolah, lengkapi bahan pembacaan Anda dengan sumber, sumber rujukan bisa berupa buku atau melakukan penelitian tindakan kelas yang sesuai.
3.    Merumuskan Judul Pidato
          Bila topik pokok bahasan yang akan diulas, maka judul adalah nama yang diberikan untuk pokok bahasan itu. Judul yang baik harus memenuhi tiga syarat, yaitu: relevan, propokatif, dan singkat. Relevan artinya ada hubungannya dengan pokok-pokok bahasan; Propokatif artinya dapat menimbulkan hasrat ingin tahu dan antusiasme pendengar; Singkat berarti mudah ditangkap maksudnya, pendek kalimatnya, dan mudah diingat.
4.    Menentukan Tujuan Pidato
          Tujuan umum pidato dirumuskan dalam tiga hal: memberitahukan (informating), mempengaruhi (persuasif), menghibur (rekreatif).
5.    Mengembangkan Bahasan
          Bila topik yang baik sudah ditemukan, kita memerlukan keterangan untuk menunjangkan topik tersebut. Keterangan penunjang (supporting points) dipergunakan untuk memperjelas uraian, memperkuat kesan, menambah daya tarik, mempermudah pengertian.
Ada enam macam teknik pengembangan bahasan dalam berpidato:
a.       Penjelasan: memberikan keterangan terhadap istilah atau kata-kata yang disampaikan.
b.      Contoh      : upaya untuk mengkongkretkan gagasan, sehingga lebih mudah untuk dipahami.
c.       Analogi     : perbandingan antara dua hal atau lebih untuk menunjukkan persamaan atau perbedaannya.
d.      Testimoni  : Pernyataan ahli yang kita kutip untuk menunjang pembicaraan kita. Pendapat ahli itu dapat kita ambil dari pidato seorang ahli, tulisan di surat kabar, acara televisi, dan lain-lain, termasuk kutipan dari kitab suci, hadits, dan sejenisnya.
e.       Statistik      : Angka-angka yang dipergunakan untuk menunjukkan perbandingan kasus dalam jenis tertentu.
f.       Perulangan  : menyebutkan kembali gagasan yang sama dengan  kata-kata yang berbeda.




DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, Djago, dkk. 1998. Pengemban Keterampilan Berbicara. Jakarta:             Depdikbud.
Tarigan. 1979. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

















- Published By Gooyaabi Templates | Powered By Blogger