Halaman

Ibu

0 komentar

 Ibu


D. Zawawi Imron

kalau aku merantau lalu datang musim kemarau
sumur-sumur kering, daunpun gugur bersama reranting
hanya mata air airmatamu, ibu, yang tetap lancar mengalir

bila aku merantau
sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku
di hati ada mayang siwalan memutikkan sarisari kerinduan
lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar

ibu adalah gua pertapaanku
dan ibulah yang meletakkan aku di sini
saat bunga kembang meyemerbak bau sayang
ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
aku mengangguk meskipun kurang mengerti

bila kasihmu ibarat samudera
sempit lautan teduh
tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu
lantaran aku tahu
engkau ibu dan aku anakmu




Hidup pd akhirnya memng pilhan. Sama sprti kematian.semua akn mati, itulah hukumtp mansia ttp bsa memlh cara utk mati. Dg cara wjar ataupun bnuh diri.dg usia tua atau cinta. Dg kalah atau menang.Dan aku selalu berpikir dan ingat akan kematian.







- Published By Gooyaabi Templates | Powered By Blogger