Halaman

FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PERKEMBANGAN JANIN PADA MASYARAKAT PESISIR

0 komentar



FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PERKEMBANGAN JANIN PADA MASYARAKAT PESISIR
Oleh : Casrini

ABSTRAK
Artikel ini mendeskripsikan pentingnya ilmu sosiolinguistik dalam kehidupan sehari-hari di jaman sekarang ini, luasnya cakupan ilmu sosiolinguistik tidak dapat diterangkan dalam satu artikel. Maka artikel ini lebih menekankan pada salah satu isi dari sosiolinguistik yang membahas tentang bahasa dan usia serta pentingnya kesiapan seorang perempuan dalam mendidik anak dari sebelum lahir.  Kesalahan pemahaman atau ketidaksiapan seorang wanita dalam mendidik anaknya akan berakibat fatal terhadap perkembangan seorang anak dalam berbahasa bahkan dapat menyebabkan autisme atau bahkan kematian pada anak. Dalam pendidikan ini dibutuhkan peran dari keluarga dan masyarakat.

PENDAHULUAN
Anak adalah hal yang hampir sama dengan kertas putih yang belum terkena tinta, tinta pertama mulai digoreskan oleh pendidikan keluarga terutama seorang ibu. Perkembangan seorang anak dalam pendidikan ternyata dimulai dari sebelum lahir bahkan usia ataupun pendidikan dari seorang ibu ikut berperan penting dalam perkembangan atau pendidikan janin. Janin yang baru berusia beberapa bulan saja sudah membutuhkan berbagai rangsangan dari ibu dalam membangun perkembangan janin.
Banyak hal yang terjadi di lingkungan masyarakat saat ini yang mulai mengabaikan pendidikan atau pertumbuhan anak sebelum lahir, padahal semestinya nilai pendidikan ini diterapkan agar nantinya janin atau perkembangan seorang anak tidak terhambat ataupun tidak berjalan semestinya. Pada dasarnya kurang menyeluruhnya pengetahuan tentang ilmu sosiolinguistik terutama tentang bahasa dan usia yang membahas tentang beberapa hal yang mencangkup bahasa bahkan perkembangan komunikasi janin dengan ibunya adalah salah satu dari faktor penyebab kurangnya pengetahuan yang terjadi pada masyarakat sekarang ini.
Pendidikan sosiolinguistik bagi orang timur terutama masyarakat pesisir agaknya tidak terlalu penting karena masyarakat pesisir lebih memegang ajaran-ajaran nenek moyang mereka. Bisa dikatakan kalau masyarakat pesisir sedikit tertutup pada hal pendidikan terlebih ajaran-ajaran yang belum mereka pahami. Mungkin dalam hal rangsangan kepada janin sudah ada dalam ilmu jawa kuno tetapi mereka memiliki cara berbeda yaitu dengan berbagai cara yang agak tabu, seperti halnya ibu hamil dilarang membicarakan atau menghina orang lain, meskipun ada sedikit yang masih tabu yaitu seperti halnya ibu hamil dilarang menyisir rambut di malam hari.
Sedikitnya masyarakat pesisir memiliki cara pandang berbeda dari masyarakat yang lain, bahkan dalam hal usia menikah mereka tidak membatasi karena pada dasarnya lingkungan mendukung mereka dengan tindakan salah yang tetap mereka lakukan tanpa memedulikan berbagai dampak dari tindakan yang belum mereka pahami. Hal ini juga menjadi salah satu faktor terjadinya kesalahan atau keterlambatan seorang anak dalam berkembang.
Masyarakat yang sudah melakukan kesalahan dalam hal pendidikan berbahasa sebelum lahir pada masyarakat pesisir sudah mendarah daging karena pada dasarnya ajaran yang agak tabu masih mereka pegang dan tetap mereka turunkan kepada anak cucu mereka. Meskipun begitu pendidikan formal juga tidak bisa mengendalikan masalah masyarakat ini, meskipun ada pendidikan reproduksi tetapi sebagian besar siswa kurang memahami karena materi reproduksi ini hanya diberikan pada siswa yang mengambil jurusan tertentu di jenjang SMA sederajat.
Oleh karena itu bisa dikatakan pendidikan formal tidak bisa menjawab tantangan masa kini dalam hal pendidikan reproduksi, apa lagi menjawab segala pertanyaan yang ada dibenak para remaja masa kini yang semakin berkembang cara berfikir dan pandangannya. Artikel ini mengungkap kritik terhadap keluarga, sekolah, dan masyarakat terutama dalam pendidikan kepada calon ibu yang dapat mengakibatkan autisme kepada calon bayi.

PEMBAHASAN
Pendidikan kepada calon ibu sangat penting, karena pada dasarnya seorang ibu adalah pembentuk watak bangsa yang memberikan pendidikan pertama pada anak bahkan calon anak. Kurangnya pendidikan atau pengetahuan tentang hal ini dapat berdampak buruk kepada anak atau calon anak, karena calon ibu yang kurang paham tentang bagaimana cara mendidik anak sebelum lahir dapat berdampak fatal seperti autisme atau bahkan kematian bayi.
Bisa dikatakan  pendidikan calon ibu tidak terlalu penting di mata masyarakat pesisir, pendidikan yang seharusnya diperoleh oleh perempuan yang beranjak dewasa atau bahkan remaja ini masih sangat tabu di mata masyarakat bahkan pendidikan formal. Walaupun pendidikan ini bagi orang tua dan pendidikan formal merupakan pendidikan yang kurang layak tetapi orang tua dan pendidikan formal harus sadar dengan kondisi zaman yang tentunya sudah berbeda dengan kondisi zaman dulu. Orang tua, guru, maupun masyarakat harus sadar akan kondisi zaman dan mempunyai strategi yang cerdas dalam menangani dampak-dampak negatif terhadap anak mereka. Mereka juga harus cerdas dalam memberikan bimbingan kepada anak perempuan mereka mengenai cara bertindak atau memberi rangsangan kepada calon bayi yang mereka kandung suatu hari nanti.
Akan tetapi banyak orang tua, guru, dan masyarakat pada umunya tidak mengerti tentang pendidikan yang dibutuhkan ketika mendidik anak atau bagaimana cara memberi rangsangan kepada calon bayi yang dikandung oleh ibunya. Artikel ini sebagai suatu kritik terhadap realitas, menyajikan kesalahan-kesalahan orang tua, guru, dan masyarakat dalam memberi pendidikan mengenai calon bayi, berikut ini beberapa tindakan salah masyarakat pada zaman ini yang dapat menyebabkan autisme pada anak.
a.       Maraknya pernikahan di usia muda
Salah satu hal yang dapat mengakibatkan autisme pada bayi atau anak adalah kondisi rahim ibu yang kurang siap karena masih berusia muda. Hal semacam ini sangat wajar dimata masyarakat pesisir yang kurang memahami pendidikan yang diperlukan oleh bayi dalam kandungan. Pernikahan seperti ini tidak hanya diakibatkan oleh kurangnya peraturan dari orang tua tetapi juga cara para anak zaman sekarang yang tidak lagi terkendali, seperti halnya maraknya kasus hamil di luar nikah bahkan kasus ini terjadi pada anak yang belum remaja atau di bawah umur.
Ketika anak-anak yang belum beranjak dewasa atau bahkan remaja sudah mengalami kasus seperti ini tentunya mau tidak mau orang tua dan masyarakat menuntut mereka untuk menikah, pada akhirnya kasus seperti ini dapat berdampak sangat besar bagi calon bayi yang sudah dikandung oleh ibu yang belum beranjak dewasa sehingga ibu tidak mengerti apa saja yang dibutuhkan untuk menunjang perkembangan pada janin yang dikandungnya.
Selain kasus hamil diluar nikah, menikah di usia muda juga dapat terjadi ketika orang tua tidak terlalu memandang pentingnya pendidikan bagi anaknya, ketika anak perempuan di keluarga masyarakat pesisir sudah tidak lagi melanjutkan pendidikannya maka orang tua akan menyarankan atau bahkan menyuruh anak perempuan mereka untuk menikah dan menggantungkan diri kepada suaminya nanti. Tanpa disadari peran orang tua dalam kasus pernikahan di bawah umur ini sangat besar dan selain itu orang tua tidak menyadari resiko dari pernikahan di bawah umur yang dilakukan oleh anak perempuan mereka, salah satunya adalah resiko terjadinya autisme atau bahkan kematian pada janin yaang dikandung oleh ibu yang masih di bawah umur.
b.      Pendidikan formal yang masih kurang
Kasus seperti ini juga dapat didasari dari kurang maksimalnya pendidikan untuk calon ibu dalam menghadapi atau memberi rangsangan kepada calon bayi yang nantinya akan dikandung oleh calon ibu. Dapat dilihat di setiap jenjang pendidikan masing sangat kurang dalam memberi pendidikan mengenai pentingnya rangsangan untuk calon bayi atau resiko yang akan terjadi pada calon bayi ketika tidak adanya rangsangan yang diberikan oleh calon ibu. Pendidikan semacam ini diberikan ketika dalam jenjang perguruan tinggi sedangkan tidak semua masyarakat mengenyam pendidikan perguruan tinggi, tanpa disadari sebenarnya sebagian besar pernikahan terjadi setelah perempuan berusia 20 tahun atau setelah lulus pendidikan jenjang menengah atas. Sebenarnya pendidikan seperti ini diberikan ketika anak di jenjang Sekolah Menengah Atas agar nantinya mereka memiliki bekal dalam mendidik atau memberikan rangsangan kepada calon bayi yang mereka kandung ketika mereka memutuskan untuk berhenti mengenyam pendidikan dan lebih memilih menikah. Kurangnya penyuluhan tentang bahaya atau dampak dari kurangnya rangsangan pada calon bayi ini mengakibatkan tingkat autisme meningkat dan bahkan tingkat kematian bayi masih sangat tinggi di masyarakat. Seharusnya pendidikan bisa memberi pendidikan tentang bahasa dan usia serta cara memberi rangsangan kepada calon bayi untuk mengurangi resiko yang ditanggung oleh calon bayi nantinya. Semua hal ini menunjukkan bahwa pendidikan di negeri ini kurang menyesuaikan perkembangan zaman dan meningkatnya kebutuhan anak atau peserta didik untuk masa depan nantinya.
c.       Kurangnya arahan dari keluarga
Keluarga terutama seorang ibu adalah guru pertama bagi seorang anak terutama anak perempuan, mereka cenderung lebih dekat dengan ibu karena mereka merasa seorang ibu lebih mengerti yang mereka rasakan dan butuhkan. Sayangnya saat ini ajaran atau pendidikan yang diberikan seorang ibu kepada anaknya kurang maksimal karena terbatasnya pengetahuan ibu akan kebutuhan anak pada jaman sekarang. Tak dapat dipungkiri bahwasanya seorang ibu amat berpengaruh terhadap perkembangan mental seorang anak terutama pada saat anak perempuan mereka yang masih remaja hamil. Kurangnya arahan pada calon ibu dapat mengakibatkan kelemahan atau rendahkan perkembangan janin pada ibu hamil, anak remaja yang sudah hamil rata-rata tidak mengerti apa yang dibutuhkan janin di dalam kandungan. Pada dasarnya calon ibu juga harus lebih banyak membaca buku petunjuk pemaksimalan pada perkembangan janin.
Ibu yang kurang memberi arahan juga dapat dikatakan kurang memahami arti kekinian sehingga beliau juga kurang paham akan kebutuhan janin. Selain itu keluarga juga punya peran besar dalam memberi semangat pada anak remajanya yang sudah hamil agar dapat berpengaruh positif juga terhadap perkembangan janin. Pemahaman yang sangat kurang tanpa disadari dapat mengakibatkan kurangnya perkembangan dan pertumbuhan pada janin dan bayi nantinya. Terutama pada jaringan otak dan saraf pada janin yang mengalami keterlambatan pada setiap fase perkembangannya.
d.      Hukuman sosial yang didapat calon ibu
Yang dimaksud hukuman sosial disini adalah bagaimana calon ibu yang masih remaja mendapat pandangan sebelah mata dari masyarakat karena telah melakukan kesalahan yang dapat dikatakan besar. Selain itu hukuman sosial juga terkadang diberikan oleh keluarga kepada calon ibu ini bisa jadi dengan memeberi tekanan pada psikologinya. Dapat dilihat sebagian besar remaja pada masyarakat pesisir melakukan seks bebas diluar nikah dan bahkan sampai mereka hamil diluar nikah tapi tak sedikit juga keluarga dari remaja yang melakukan kesalahan ini memeberi hukuman sosial kepada anak mereka yang tanpa disadari dapat menekan kejiwaan calon ibu, hal semacam ini juga dapat menumbuhkan niatan calon ibu untuk menggugurkan janin yang ada pada rahimnya. Tindakan ini dapat menyebabkan adanya kerusakan pada sel pembentuk janin yang juga dapat dikatakan sebagai autisme pada anak nantinya setelah lahir. Sekalipun calon ibu masih bisa menahan niatan untuk membunuh janin di dalam kandungannya tindakan hukuman sosial juga dapat mengakibatkan ketegangan pada kejiwaan calon ibu yang sekaligus dapat mempengaruhi tingkat perkembangan pada anak.
Hukuman sosial semacam ini juga biasanya menumbuhkan rasa malu yang sangat besar pada calon ibu, akibatnya calon ibu menjadi pasif dan tidak memiliki minat atau semangat dalam memberi rangsangan pada janin yang ada dalam kandungannya. Begitu sepele rasa malu dari calon ibu tetapi menurunnya semangat dari calon ibu memberi rangsangan yang dibutuhkan juga memberi peran penting dalam terjadinya keterlambatan perkembangan janin dan bayi karena ketika seorang ibu mulai pasif maka janin yang dikandungnya juga akan pasif dan itu merupakan nilai minus pada perkembangan janin. Janin yang seharusnya mendapat rangsangan maksimal agar perkembangan dari janin juga maksimal malah diabaikan oleh calon ibu karena meningkatnya rasa malu pada calon ibu yang diakibatkan adanya hukuman sosial yang dirasakan oleh calon ibu.
e.       Tingkat ekonomi yang rendah
Selain faktor yang sudah dijelaskan di atas, tingkat ekonomi dari sebuah keluarga juga berperan dalam perkembangan janin. Karena selain rangsangan-rangsangan, makanan sehat juga dibutuhkan untuk menunjang perkembangan janin di dalam kandungan, tidak dapat dipungkiri tingkat ekonomi masyarakat pesisir masih dikatakan kurang karena masyarakat pesisir didominasi oleh nelayan yang sekarang sudah tidak bisa lagi diandalkan penghasilannya. Ibu hamil membutuhkan makanan yang mengandung gizi tinggi agar dapat meningkatkan kualitas janin yang dikandung tetapi pada kenyataannya masih ada ibu hamil yang memakan makanan cepat saji, makanan yang tidak memiliki nilai gizi atau vitamin, dan makanan yang cenderung menurunkan kualitas gizi atau bahkan makanan yang dianjurkan untuk dimakan oleh ibu hamil. Masalah tingkat sosial juga mengakibatkan ibu hamil harus tetap bekerja keras agar dapat mencukupi kebutuhan janin di kandungannya padahal seorang ibu hamil tidak dianjurkan melakukan aktifitas berat karena dapat menyebabkan keguguran atau bahkan kecacatan pada janin yang dikandung.
f.       Nilai nilai tabu masyarakat pesisir
Sebagian masyarakat pesisir percaya hal-hal yang disampaikan oleh nenek moyang mereka tentang syarat-syarat yang harus dilakukan seorang calon ibu, seperti hal-hal berikut: dilarang menyisir rambut ketika hamil, dilarang makan ceker ayam ketika hamil, dilarang makan ketika sudah menjelang malam. Hal semacam ini justru aneh karena ketika calon ibu makan ceker ayam calon ibu juga memberi gizi pada janin yaitu dapat meningkatkan atau mempercepat perkembangan tulang pada bayi atau janin, dilarang makan pada malam hari juga aneh karena ketika bayi dalam kandungan merasa butuh asupan tentu calon ibu atau ibu yang sedang hamil ini harus makan untuk memenuhi kebutuhan bayi yang ada dalam kandungannya. Nilai-nilai tabu semacam ini masih sangat erat di masyarakat pesisir karena mereka cenderung introfet pada hal kebudayaan meskipun masyarakat pesisir pada zaman sekarang sudah modern, anak-anak dengan gaya pikir yang modern cenderung takut pada nilai atau aturan yang diterapkan di keluarga mereka karena ketika mereka tidak melaksanakan atau melanggar aturan tersebut maka keluarga akan memberi hukuman sosial dalam lingkup keluarga. Jurang jarak antara nenek moyang dengan jaman sekarang inilah yang terkadang membuat masyarakat tetap dalam pengetahuan yang tidak berkembang terutama pengetahuan tentang kebutuhan janin atau kebutuhan ibu hamil atau bahkan tentang pembelajaran seks.
Dengan masih di pegangnya nilai-nilai tabu pada masyarakat pesisir ini dapat dilihat bahwa masyarakat pesisir tidak terlalu atau kurang dalam pemahaman agama karena dalam ajaran agama tidak ada anjuran-anjuran seperti itu, padahal selain hal-hal yang sudah disebutkan dan rangsangan-rangsangan yang dibutuhkan oleh janin juga bisa berbentuk bacaan doa atau biasanya menggunakan bacaan yasin. Menurut ahli membaca yasin 7 kali dalam sehari dapat memberi rangsangan yang efektif bagi perkembangan janin di dalam kandungan seorang ibu. Hal yang sangat luar biasa bahkan bacaan ini bisa mempercepat perkembangan otak bayi yang belum lahir, karena dengan adanya interaksi positif dari ibu kepada janin yang dikandung maka juga dapat memberi efek positif pada setiap tahap perkembangan janin dalam kandungan.
Dari berbagai faktor yang sudah disebutkan dalam artikel ini adalah sebagian kecil dari berbagai faktor yang dapat menyebabkan autisme atau keterlambatan perkembangan janin dalam kandungan serta pertumbuhan bayi dan berbagai masalah lain yang mempengaruhi kualitas kehidupan bayi dan anak nantinya. Kualitas kehidupan bayi pada zaman sekarang terutama pada perkembangan berbicara atau komunikasi bayi atau anak kepada orang lain yang sangat mempengaruhi gaya komunikasi, tidak dapat dipungkiri dalam kehidupan komunikasi adalah hal yang sangat penting atau vital dalam kehidupan karena komunikasi atau berbicara adalah awal dari perkembangan pola pikir anak.
SIMPULAN
Dari paparan diatas dapat dilihat bagaimana pendidikan keluarga, formal, sosial dan lingkungan sangat berperan besar terhadap perkembangan seorang bayi atau bahkan janin yang masih dalam kandungan, dapat dilihat bagaimana penyimpangan yang terjadi di masyarakat jaman sekarang terutama pada masyarakat pesisir. Ketidakpahaman serta kurangnya pendidikan dan pengetahuan tentang kebutuhan janin juga menjadi tolak ukur dari kualitas kehidupan jaman sekarang yang sudah dikatakan maju tetapi pendidikan saja belum mencangkup berbagai kebutuhan kekinian serta bagaimana lingkungan dan cara masyarakat memberi hukuman sosial yang dapat mempengaruhi kualitas bayi bahkan janin yang ada dalam kandungan seorang ibu.
Akan tetapi dari penjelasan diatas juga dapat dilihat bahwa masyarakat sangat erat dengan pesan nenek moyang mereka yang amat dipegang teguh pada zaman yang sudah modern seperti sekarang ini, nilai agama yang mulai pudar atau bahkan bisa dikatakan tidak lagi dipegang karena masih sangat banyak nilai tabu yang dianut oleh masyarakat pesisir.

DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, Chaedar. 1990. Sosiologi Bahasa. Bandung : Angkasa.
Dewi R (2010). Peran Orang Tua pada Terapi Biomedis pada Anak Autis. Tesis. Fakutas Psikologi Gunadarma.
Departemen Psikiatrik FK-UI. Deteksi Dini Gangguan Jiwa pada Anak. Jakarta.

- Published By Gooyaabi Templates | Powered By Blogger