PERKEMBANGAN
BAHASA IBU DI ERA GLOBALISASI
Ilmah
Makalah
ini dibuat untuk pengetahuan Seiring kemajuan jaman yang sudah semakin pesat
dan semakin terbukanya jalurjalur
komunikasi dapat memungkinkan kebudayaan Nasional dengan mudahnya memudar, oleh sebab itu kita harus menanamkan kecintaan
anak-anak akan warisan nenek moyang kita,
salah satunya yaitu terhadap bahasa leluhur atau bahasa ibu yang sudah
dipakai sejak lama
Di era globalisasi saat ini
perkembangan bahasa sangat di dukung oleh media yang memudahkan kita dalam
berbahasa, hingga muncul ragam-ragam bahasa baru yang tanpa kita sadari
penggunaan ragam-ragam bahasa baru ini telah mengeser eksistensi bahasa
Indonesia dan bahasa daerah. Namun pada dasarnya bahasa pertama yang dikuasai
adalah bahasa ibu. Dari bahasa ibu inilah seseorang mengembangkan kemampuannya
dalam berbagai hal termasuk mengembangkan bahasa itu sendiri.
Pada masa prasekolah, anak sudah
dapat menemukan bahasa-bahasanya dalam berkomunikasi. Seiring bertambahnya
umur, maka perkembangan bahasanya juga bertambah. Anak-anak harus sering
dilatih kemampuan berbahasanya bagi perkembangan bahasa Indonesia. Bahasa ibu
mempunyai peranan penting dalam perkembangan bahasa Indonesia, karena anak
terlebih dahulu mengenal dan menggunakan bahasa ibu dalam berkomunikasi.
A. Pendahuluan
Bahasa
daerah semakin terpinggirkan oleh globalisasi dan perkembangan teknologi informasi
yang ”English heavy”. Apalagi, pendidikan dan transformasi ilmu pengetahuan
nyaris tak ada yang diantarkan dalam bahasa daerah. Pendidikan bahasa lokal
kerap dimarjinalkan dan tidak begitu menentukan dalam mengindikasi keberhasilan
pendidikan.
Sekarang ini bahasa gaul atau yang
kita kenal sebagai bahasa prokem telah mendominasi bahasa pada anak-anak
khususnya bagi anak remaja yang puber. Mereka lebih sering menggunakan bahasa
gaul dalam berkomunikasi sehari-hari daripada menggunakan bahasa ibu, terlebih
bahasa Indonesia. Pada umumnya, mereka hanya mengetahui apa yang mereka ucapkan
ketika berkomunikasi, itulah bahasa Indonesia, bahkan mereka sering mengaitkan
antara bahasa ibu dengan bahasa Indonesia. Mereka mengganggap benar, ketika
mereka berkomunikasi dengan menggunakan bahasa ibu dan dengan menggunakan
bahasa Indonesia dengan ragam tidak formal.
Dalam
perkembangan selanjutnya, pergaulan, telekomunikasi, dan media seolah mendorong
penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa asing sebagai bagian dari gaya hidup.
Maka, bagi sebagian generasi muda, berbahasa daerah dianggap kampungan, tak
diperlukan, tak menarik, dan bahkan anakronis, tak sesuai perkembangan zaman.
Memang, bahasa Indonesia benar-benar sudah jadi bahasa persatuan. Namun, ini
seharusnya tak membuat bahasa daerah jadi punah.
B.
PEMBAHASAN
1)
Arti Bahasa
bagi Anak
Bahasa merupakan alat komunikasi
yang paling baik, paling sempurna, dibanding dengan alat-alat komunikasi lain,
atau yang dimiliki makhluk sosial lain.
Bahasa merupakan bunyi ujaran yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia yang berfungsi sebagai alat komunikasi dan
berinteraksi dengan sesamanya. Dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan
maksud dan fikirannya kepada orang lain.
Bahasa merupakan tanda atau simbol-simbol
dari benda-benda, serta merujuk pada maksud-maksud tertentu. Kata-kata,
kalimat, dan bahasa selalu menampilkan arti-arti tertentu (Kartini Kartono,
1990: 47). Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Elizabeth B.
Hourlock mengungkapkan, anak prasekolah dimulai pada umur 2 tahun sampai 6
tahun. Dalam hal ini, keterampilan berbahasa khususnya berbicara, menjadi
sarana yang paling tepat untuk perkembangan bahasa Indonesia pada anak
prasekolah.
Menurut Elizabeth B. Hourlock,
selama masa prasekolah, anak-anak memiliki keinginan yang kuat untuk belajar
berbicara. Hal ini disebabkan karena dua hal. Pertama, belajar berbicara merupakan sarana pokok dalam
sosialisasi. Kedua, belajar berbicara
merupakan sarana untuk melatih kemandirian. Dengan berbicara, anak dapat
mengungkapkan apa yang ada di dalam pikirannya. Komunikasi yang intensif antara
anak dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya, sangat berpengaruh terhadap
kemampuannya dalam belajar berbahasa. Anak-anak dapat menemukan kosa kata baru
dari apa yang telah didengarnya.
Tangis bayi dan anak, juga merupakan
bentuk bahasa, yaitu bahasa yang pertama dipakai untuk menyampaikan isi
kehidupan batiniahnya. Dengan bertambahnya umur anak, bahasanya semakin
berkembang pula (Kartini Kartono,1990: 126).
2) Perkembangan Bahasa pada Anak Prasekolah
Clara dan William Stern (Zulkifli L,
1938: 47) ilmuwan bangsa Jerman, membagi-bagi perkembangan bahasa menjadi empat
masa.
- Kalimat satu kata: satu tahun sampai dengan satu tahun enam bulan
Dalam masa ini, anak cenderung
mengucapkan pengulangan suara. Contoh: ma-ma,
mi-mi (artinya saya mau minum) , ha-pe ( artinya alat komunikasi ), aa-em (
artinya mau makan ) (Zulkifli L., 1938: 47). Dalam hal ini, anak cenderung
didorong keinginan kuat untuk belajar berbicara. Dia ingin mengungkapkan apa
yang ada dalam pikirannya dan apa yang menjadi keinginannya.
Pada masa ini sering disebut sebagai
“Masa kalimat satu kata”, karena anak-anak hanya mengungkapkan sepatah kata
untuk menyatakan keinginannya.
- Masa memberi nama: satu setengah sampai dengan dua tahun
Pada masa memberi nama ini, anak
bersifat kritis memiliki rasa ingin taunya tinggi tentang apa yang tidak
diketahuinya. Dia akan menanyakan hal apa saja tentang perihal atau benda yang
tidak diketahuinya. Terutama terhadap sesuatu yang Anak itu lihat, Anak
cenderung ngeyel, Anak juga akan memberikan nama terhadap benda-benda yang baru
diketahuinya.
- Masa kalimat tunggal: dua tahun sampai dengan dua setengah tahun
Pada masa ini, bentuk bahasa dan
kalimat anak yang dilontarkan, semakin baik dan sempurrna. Anak telah
menggunakan kalimat tunggal. Sekarang dia mulai menggunakan awalan dan akhiran
yang membedakan bentuk warna bahasanya (Zulkifli L, 1938: 47).
- Masa kalimat majemuk: dua tahun enam bulan dan seterusnya
Pada masa ini, anak dapat
mengungkapkan pendapatnya dengan menggunakan kalimat majemuk. Anak sering
menanyakan kenapa sesuatu itu bisa terjadi dan apa sebabnya, rasa ingin taunya
lebih tinggi. Dalam hal ini, dia tidak benar-benar ingin kejelasan dari suatu
hal atau peristiwa yang masih asing baginya.
Berdasarkan pemaparan perkembangan
bahasa di atas, kita dapat mengetahui apa dan bagaimana perkembangan bahasa pada
anak. Orang dewasa harus mau mengerti dan mendengarkan dari apa yang anak
utarakan. Anak masih memerlukan bimbingan untuk perkembangan bahasanya. Semakin
bertambah umur mereka, semakin bertambah pula perkembangan bahasa yang
dimilikinya. Namun semua itu, tidak terlepas dari pengaruh orang tua dan
orang-orang yang ada disekelilingnya.
Menurut Syamsu Yusuf (2006; 46),
dalam bukunya Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, beliau membagi dua tipe
perkembangan bahasa anak.
a)
Egnocentric
Speech, yaitu anak berbicara pada dirinya sendiri (monolog). Tipe ini berfungsi
untuk mengembangkan kemampuan berfikir anak yang pada umumnya dilakukan oleh
anak-anak berusia 2 sampai 3 tahun.
b)
Socialized
Speech, yang terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya atau
dengan lingkungannya. Perkembangan ini dibagi ke dalam lima bentuk: (a) adapted information, di sini terjadi saling tukar gagasan atau adanya
tujuan bersama yang dicari, (b) critism,
menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain, (c) command (perintah), request (permintaan) dan threat
(ancaman), (d) questions
(pertanyaan), dan (e) answers
(jawaban). Tipe kedua ini, mengarah kepada pengembangan kemampuan penyesuaian
sosial.
3)
Pengaruh
Orang Tua terhadap Bahasa pada Anak Prasekolah
Ada sebuah istilah yang mengatakan “Ibu adalah pendidik yang pertama dan
utama”. Dari istilah tersebut, dapat kita ambil gambaran bahwa bahasa anak
mencerminkan pendidikan orang tua terhadapnya. Anak tidak dapat belajar sendiri
dari bahasa yang dia peroleh. Anak memerlukan bimbingan dan pengawasan yang ketat dari orang tua. Ketika
anak baru lahir atau dalam usia 5 sampai 6 bulan, orang tua mengenalkannya
dengan dua bahasa, yaitu ayah dan ibu. Orang tua memberikan pengertian
kepada anaknya tentang sebutan untuk ayah
dan ibu. Sejak saat itu, anak terus
dikenalkan bahasa-bahasa dari kosa kata baru yang belum pernah mereka dengar
sebelumnya.
Ketika anak sudah mulai
bersosialisasi dengan teman sebaya ataupun dengan lingkungannya, maka secara
otomatis dia menemukan bahasa baru dari hasil sosialisasinya itu, kemudian
bahasa itu dia bawa ke dalam rumah. Jika tidak ada penyaringan bahasa dari
orang tuanya terhadap bahasa yang didapatnya, maka sangat memungkinkan bahasa
yang kurang pantas bagi anak akan terserap ke dalam memorinya. Dalam waktu
jangka panjang bisa saja anak menerapkan bahasa yang didapatnya dari hasil
sosialisasinya itu.
Oleh sebab itu, pengontrolan yang
dilakukan orang tua terhadap bahasa pada anak harus dilakukan secermat mungkin,
agar bahasa-bahasa negatif yang dia peroleh dari hasil sosialisasinya itu tidak
dapat terserap ke dalam memorinya. Orang tua juga harus memberikan contoh
kepada anak dalam menggunakan bahasa yang baik. Baik itu bahasa ibu maupun
bahasa Indonesia, agar bahasa yang dipakai anak akan terasa santun dalam
bertutur, tidak hanya untuk masa kini, melainkan untuk masa ketika dia telah
dewasa.
4)
Peran dan
Fungsi Bahasa Ibu bagi Perkembangan Bahasa Indonesia pada Anak Prasekolah
Bahasa ibu
(bahasa asli, bahasa pertama; secara harafiah mother tongue dalam bahasa
Inggris) adalah bahasa pertama
yang dipelajari oleh seseorang. Dan orangnya disebut penutur asli dari bahasa
tersebut. Biasanya seorang anak belajar dasar-dasar bahasa pertama mereka dari
keluarga mereka.
Ali (1995:77) mengatakan bahasa ibu
adalah bahasa pertama yang dikuasai manusia sejak awal hidupnya melalui
interaksi dengan sesama anggota masyarakat bahasanya, seperti keluarga dan
masyarakat lingkungan. Hal ini menunjukkan bahasa pertama (B1) merupakan suatu
proses awal yang diperoleh anak dalam mengenal bunyi dan lambang yang disebut
bahasa.
Bahasa ibu merupakan bahasa pertama
yang anak kuasai, bahasa yang dipakai dalam penuturan sehari-hari
dilingkungannya. Untuk bahasa ibu ini, anak tentu sudah menguasai berbagai
macam kosa kata dalam berbicara, namun untuk penggunaan bahasa Indonesia, masih
sangat sulit untuk digunakan dalam tindak tutur. Perkembangan dua bahasa ini
sering kita sebut dengan bilingual.
Bilingual juga harus dilihat sebagai
sesuatu yang berhubungan dengan budaya dan lingkungan sosial (Singgih D.
Gunarasa, 2004: 87). Bahasa kedua akan dikuasai secara fasih apabila bahasa
pertama (B1) yang diperoleh sebelumnya sangat erat hubungannya (khususnya
bahasa lisan) dengan bahasa kedua tersebut. Hal itu memerlukan proses, dan
kesempatan yang banyak. Kefasihan seorang anak untuk menggunakan dua bahasa
sangat tergantung adanya kesempatan untuk menggunakan kedua bahasa itu. Jika
kesempatan banyak, maka kefasihan berbahasanya semakin baik (Chaer, 1994: 66).
Dalam hal pemerolehan bahasa ibu (B1)
anak sudah dikenalkan dengan budayanya, karena anak lebih dahulu menggunakan B1dalam
berkomunikasi. B1 di sini, lebih diarahkan kepada bahasa daerah yang anak
gunakan dalam berkomunikasi.
Banyak cara yang dilakukan orang tua
bagi perkembangan B2 pada anak. Mulai dari pembiasaan menggunakan B2 dalam
berkomunikasi di lingkungan rumah, sampai pada pembiasaan menggunakan B2 di
lingkungan sekolah atau di Taman Kanak-kanak. B2 dalam hal ini adalah bahasa
Indonesia.
Peran dan fungsi B2 bagi
perkembangan B2 pada anak sangat penting, karena anak akan lebih sering
menggunakan B2 dalam berkomunikasi di lingkungan sekolah atau di tempat lain.
Peran dan fungsi tersebut antara lain:
a)
B1 dapat memberikan pemahaman tentang kosa kata yang
baku dalam B2
b)
B1 dapat memberikan pemahaman tentang kalimat yang
tidak efektif dalam penggunaan B2
5)
Pengaruh
Bahasa Ibu bagi Perkemnangan Bahasa Indonesia pada Anak Prasekolah
Dalam dunia
bilingualisme, ada dua hal yang bisa dikenal, yaitu balanced bilingual dan imbalanced
bilingual. Balanced bilingual terjadi bila seseorang mempunyai kemampuan
berbahasa yang setara untuk kedua bahasa yang dikuasainya, sementara imbalanced bilingual terjadi bila
seseorang mengerti dan berbicara dalam kedua bahasa yang dikuasainya dengan
lancar, namun dia lebih fasih atau lebih nyamam berbicara dengan salah satu
bahasa (Singgih D. Gunarasa, 2004: 94).
C. SIMPULAN
Kemampuan
dalam berbahasa ibu dengan baik akan mempengaruhi kemampuan belajar pada usia
selanjutnya. Bila disuatu keluarga tidak terbiasa menggunakan bahasa sehari-hari dengan
benar, maka akan cenderung mempersulit proses belajar ke depannya. Kesulitan
yang dihadapi anak dalam berbahasa akan mempengaruhi cara berfikir anak
tersebut. Padahal, bahasa ibu memiliki peran penting dalam proses pendidikan.
Bila bahasa yang digunakan baik, maka akan memperlancar proses
pendidikan.
Dapat
diketahui bahwa anak dapat menguasai dua bahasa sekaligus, namun ada salah satu
unsur bahasa yang labih dominan dalam berbicara. B1 memberikan pengaruh yang
kuat bagi perkembangan B2. Anak harus terlebih dahulu mempelajari B2 dalam
berbahasa. B1 dapat memberikan pelatihan-pelatihan yang intensif terhadap
perkembangan B2, karena anak lebih dahulu menggunakan B1 dalam berbahasa. Pada
anak prasekolah, ingatannya masih sangat kuat untuk mengingat dan memahami
terhadap apa yang dia dapat dari pelatihan-pelatihan B2 dalam berbahasa.
DAFTAR
PUSTAKA
Akmaji, Andrian, dkk, 1979. Linguistics: An Introduction
to Language and Comunikasion. Massachusetts: The MIT Press.
Alfin (Ed). 1985. Persepsi
Masyarakat tentang Kebudayaan. Jakarta: Gramedia
Gunarasa, Singgih D. 2004. dari Anak sampai Usia Lanjut, Bunga Rampai
Psikologi Perkembangan Jakarta: Gunung Mulia.
Kartono, Kartini. 1990. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: Mandar Maju
Yusuf, Syamsu. 2006. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung; Remadja Rosdakarya
Zulkifli L. 1938. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remadja
Karya