PENGARUH MEMBACAKAN CERITA SEBELUM TIDUR PADA ANAK-ANAK TERHADAP
PENGUASAAN BAHASA B2
Ainur Rofita
Sari
Artikel ini menjelaskan adanya
pengaruh membacakan cerita sebelum tidur pada anak-anak terhadap penguasaan
bahasa.Anak-anak yang masih bertutur dengan bahasa Ibu dapat secara tidak
langsung belajar bahasa B2. Membacakan cerita sebelum tidur menjadi stimulus
untuk anak-anak dalam pembelajaran B2 yang nantinya akan diperoleh dalam
pendidikan, sehingga penguasaan bahasa B2dapat terbentuk sedari kecil. Peran
orang tua sangat penting dalam memilih cerita yang mengandung bahasa yang tidak
terlalu sulit untuk dicerna oleh
anak-anak.
Kata kunci : media cerita,
penguasaan bahasa B2, usia
Pendahuluan
Belajar adalah kebutuhan manusia
sepanjang hayatnya. Manusia tidak akan lepas dari belajar, sehingga belajar dan
manusia tidak bisa dipisahkan. Manusia sejak dalam rahim sudah melakukan
kegiatan belajar yaitu belajar mencerna stimulus-stimulus yang diberikan oleh
sang Ibu maupun lingkungan sekitarnya. Stimulus-stimulus tersebut dapat berupa
usapan tangan, percakapan-percakapan kecil, berbagai kegiatan kecil yang
dijalani Ibu, dll.
Salah satu dari stimulus-stimulus
tersebut yaitu percakapan-percakapan kecil yang mana dapat didengar oleh si
bayi sejak trimester ke 2 di dalam rahim.Diakui bahwa percakapan-percakapan
kecil mampu membentuk rangsangan yang baik dalam aspek berbahasa si bayi.
Sembilan bulan dalam masa kehamilan,
Ibu dianjurkan untuk memberikan stimulus.Hal itu dianjurkan untuk merangsang
aspek berbahasa si bayi. Pemberian stimulus akan dilanjutkan terus sampai bayi
lahir, sampai bisa menuturkan suara atau kata.
Usia anak-anak adalah usia yang baik
untuk memberikan stimulus bahasa. Stimulus tersebut dapat berupa membacakan cerita
sebelum tidur.Ada pembelajaran terhadap bahasa B2 secara tidak
sengaja.Anak-anak masih mengalami perkembangan dan pertumbuhan otak, maka perlu
adanya suatu rangsangan agar perkembangan dan petumbuhan otaknya berjalan baik
dan sempurna.
Anak-anak sudah berbahasa atau
bertutur hal-hal yang masih terbilang mudah dalam usianya, misalnya “ papa “, “
mama “, “ mimik “, dsb. Membacakan cerita sebelum tidur tentunya merangsang
penguasaan berbahasa khususnya kosa kata anak-anak.
Pada masa awal perkembangan bahasa
anak-anak itu mempunyai karakteristik antara lain adanya penyusutan ( reduksi
). Penyusutan atau penghilangkan adalah kata-kata yang termasuk golongan fungtor
atau kata tugas, seperti kata depan, kata sambung partikel, dsb. Fungtor adalah
kata-kata ( atau butir gramatika seperti penanda jamak –es atau –s dalam bahasa
Inggris ) yang tidak mempunyai arti tersendiri, serta biasanya mempunyai arti
tersendiri dan biasanya hanya mempunyai fungsi gramatikal dalam sintaksis.
Kata-kata yang tetap bertahan dalam tutur
anak-anak adalah kata yang tergolong kontentif atau kata penuh, yaitu kata yang
mempunyai makna sendiri jika berdiri sendiri. Karena itu hilangnya fungtor
tidak akan mengurangi isi makna suatu kalimat, dan karena itu kalimat anak-anak
masih bisa dimengerti oleh orang dewasa.
Orang tua harus lebih selektif dalam
memilih cerita sebelum tidur untuk anaknya, misal dongeng atau cerpen
anak.Cerita yang dibacakan oleh Ibu disamping memberikan kosa kata yang baru
pada anak-anak juga memberikan nilai-nilai yang baik bagi kehidupan.
Cerita sebelum tidur akan mengasah
penguasan bahasa anak, karena anak sering mendengar kata-kata yang dibacakan
oleh Ibu. Kata-kata yang ada kadang menimbulkan pertanyaan bagi si anak, lalu Ibu
menjawab makna kata-kata yang sulit itu. Maka akan terbentuk komunikasi yang
baik antara Ibu dan anak serta kosa kata anak menjadi bertambah.
Pembahasan
Pemerolehan
bahasa adalah proses yang digunakan oleh anak-anak dalam memiliki kemampuan
berbahasa, baik berupa pemahaman atau pun pengungkapan, yang berlangsung secara
alami, dalam situasi non formal, spontan, dan terjadi dalam konteks berbahasa
yang bermakna bagi anak. Pemerolehan bahasa juga dapat terjadi secara serempak
dua bahasa dan secara berurutan.Pemerolehan secara serempak dua bahasa terjadi
pada anak yang dibesarkan dalam masyarakat bilingual (menggunakan dua bahasa
dalam berkomunikasi) atau dalam masyarakat multilingual (menggunakan lebih dari
dua bahasa).Sedangkan pemerolehan berturut dua bahasa terjadi bila anak
menguasai dua bahasa dalam rentang waktu yang relatif berjauhan.
Strategi
anak memperoleh bahasa melalui peniruan, pengalaman lansung,mengingat, bermain,
dan penyederhanaan.Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa
anak yaitu faktor biologis, faktor lingkungan sosial, faktor intelegensi, dan faktor
motivasi.
Kemajuan
berbahasa mereka berjalan seiring dengan
perkembangan fisik, mental, intelektual, dan sosialnya.Perkembangan bahasa anak
ditandai oleh keseimbangan dinamis atau suatu rangkaian kesatuan yang
bergerak dari bunyi-bunyi atau ucapan yang sederhana menuju tuturan yang lebih
kompleks.
Kemampuan
berbahasa anak tidak diperoleh secara tiba-tiba atau sekaligus, tetapi
bertahap.Tahapan perkembangan bahasa anak menurut Tarigan dapat dibagi atas
tahap pralinguistik, tahap satu-kata,
tahap dua kata, tahap banyak kata. Sedangkan fase/tahap perkembangan bahasa
menurut Ross dan Roe adalah fase fonologis, fase sintaktik, dan fasesemantik.Seiring dengan perkembangan
bahasa, berkembang pula penguasaan anak-anak atas sistem bahasa yang
dipelajarinya. Sistem bahasa itu terdiri atas subsistem, yaitu: fonologi,
morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik.
Kosa kata
anak-anak kecil akan berkisar pada saat sekarang dan yang ada disini. Perkembangan
kosa kata tentu sejalan dengan “ lingkaran “ situasi yang melingkupi anak. Jika
anak itu berusia 2-3 tahun, aktivitas kehidupannya akan mencakup makan, minum,
tidur. Maka dari itu peranan orang tua atau Ibu sangat penting dalam membentuk
kosa kata anak.
Ada pula ciri
universal dalam tutur anak-anak ditinjau dari segi fonologi.Misalnya
bunyi-bunyi yang dihasilkan dari gerak membuka dan menutupnya bibir yang biasa
disebut dengan bunyi bilabial, merupakan bunyi-bunyi yang sangat umum
dihasilkan oleh anak-anak pada awal ujaranya.Orang terutama dan pertama paling
dekat dengan anak pada masa awal perkembangan bahasanya adalah ibunya. Dan jika
diperhatikan kata panggilan untuk ibu dalam berbagai bahasa, akan membenarkan
pandangan bahwabunyi bilabial itu dominan pada awal perkembangan bahasa anak.
Misalnya : mak, mbok (Jawa), mpok (Jakarta), me atau mek (Bali), mi, mam
(Belanda), ma (Cina), mom (Inggris), bu (Melayu). Produksi awal bunyi-bunyi
bilabial ini bisa kita mengerti karena bunyi-bunyi inilah yang paling mudah
dihasilkan, yaitu dengan hanya menggerakkan kedua bibir.
Membacakan
cerita sebelum tidur kepada anak, maka anak akan mengenal subsistem bahasa.
Cerita sebelum tidur terdapat banyak kosa kata yang baru didengar oleh
anak.Selama Ibu membacakan cerita kadang ditengah, diakhir atau di saat memulai
membacakan cerita anak sudah mulai menanyakan arti sebuah kata yang dikiranya
masih asing.
Anak-anak
tentu hanya akan menanyakan arti sebuah kata, dan tidak menanyakan maksud suatu
kalimat yang terdapat dalam cerita. Karena usia anak-anak masih dalam fase
mempelajari kata-kata dan maksudnya atau artinya sehingga dapat dipahami. Anak-anak
akan menjadi bilingualis setelah menyimak cerita yang dibacakan oleh Ibu karena
selain mereka berkomunikasi dengan bahasa Ibu mereka juga bertutur dengan
bahasa B2, seperti bahasa Indonesia contohnya.
Membacakan
cerita sebelum tidur jika sudah menjadi kebiasaan akan menghasilkan manfaat
yang baik antara si Ibu dan anaknya. Diantara manfaat itu adalah terjalinnya
ikatan batin yang kuat antara si Ibu dan anak, membuat anak bisa lancar dalam
berkomikasi, memperkaya kosa kata anak, dan mempermudah anak jika sudah
memasuki dunia sekolah dalam pemerolehan bahasa pengantar pendidikan ( B2 ).
Sehingga dalam pergaulannya nanti anak tidak mengalami kesulitan dalam
berbahasa dan penyerapan ilmu pengetahuan dapat berjalan dengan lancar.Bagi si
anak menyimak cerita sebelum tidur dapat secara tidak langsung membuat anak
tidak mengalami interferensi bahasa, karena yang dia simak adalah cerita yang berbahasa
baik dan benar.
Dengan
cerita yang mengandung banyak kosa kata baru bagi anak, anak dapat juga
berlatih melafalkan bunyi-bunyi secara jelas
misal bunyi r dan s. Pelafalan lambat laun akan menjadi jelas dengan bimbingan
Ibu ketika meminta anaknya untuk menuturkan kata yang terdapat dalam cerita
tersebut.
Kemampuan
berbahasa yang lain dapat dikuasai anak jika semasa kecilnya rutin dibacakan
cerita sebelum tidur yaitu kemampuan membaca, berbicara dan menyimak. Seringnya
menyimak cerita anak dapat berlatih konsentrasinya sehingga ia bisa paham isi
cerita yang dibacakan oleh ibunya, dari sini kemampuan menyimak anak sudah
terpupuk. Dengan membacakan cerita anak mendapatkan kosa kata yang banyak dan
baru, sehingga ini menjadi bekal disaat ia sudah remaja dan
dewasa. Kemudian kemampuan membaca anak
akan terlatih karena pemberian rangsangan dari ibu membacakan cerita, anak
mulai sedikit berlatih membaca walaupun dengan hafalan sampai akhirnya dituntun
untuk mulai mengeja kata-kata yang terdapat dalam cerita baru dan membaca
menjadi fase akhir.
Orang
tua khusunnya harus pintar pula dalam memilih bahan cerita, misalnya dalam
dongeng atau cerpen anak. Selain bahan cerita pemilihan tema cerita juga perlu
mendapatkan perhatian, untuk usia anak-anak pemilhan tema harus mendidik dan
mampu membentuk karakter anak. Seperti dongeng-dongeng legenda Indonesia
seperti timun mas, legenda danau toba, Malin Kundang, dll.Cerita juga harus
memberikan pengajaran nilai-nilai keluhuran meliputi nilai sosial, keagamaan,
kebudayaan, keindahan dll.
Membacakan
cerita selain dapat menstimuli anak dalam penguasaan bahasa B2 juga memberikan
pembelajaran kepada anak tentang nilai kehidupan. Dalam cerita digambarkan
perilaku-perilaku terpuji dari tokoh-tokoh cerita yang nantinya dapat dijadikan
suri tauladan bagi anak, juga hal-hal sebab akibat yang memberi pasokan pengetahuan anak, misalnya
jika berani dengan orang tua adalah anak durhaka maka akan dihukum oleh Tuhan
Yang Maha Esa. Sehingga anak akan ingat dengan pesan yang disampaikan dalam
cerita, dan perilaku anak menjadi dapat dikendalikan, karakter juga dapat
dibentuk.
Bandingkan
dengan seorang anak yang dari kecil orang tua tidak pernah memberikan stimulus
dalam bahasa. Kemampuan penguasaan bahasa B2 anak rendah sehingga dalam proses
pemerolehan bahasa berjalan lambat juga di saat memasuki dunia sekolah
penyerapan pengetahuan akan kurang karena anak tersebut tidak terlalu menguasai
bahasa B2 yang digunakan pengantar pembelajaran. Anak yang kurang mendapat
stimulus dalam bahasa mengalami interferensi berbahasa karena pengaruh dari
bahasa Ibu.Begitu juga dengan kemampuan berbahasa seperti membaca, menyimak dan
berbicara belum bisa terlihat dengan jelas.Hal tersebut karena minimnya kosa
kata terhadap bahasa B2 menyebabkan ketidakpahaman dalam kegiatan bertutur.
Anak
yang sejak kecil sudah mendapatkan stimulus bahasa dengan anak yang dari kecil
terlambat atau tidak mendapat stimulus bahasa dari orang tuannya akan berbeda
dalam berbahasa. Anak yang sejak kecil sudah mendapatkan stimulus misal anak
Apenguasaan bahasa B2nya akan baik, tapi anak yang terlambat mendapatkan
stimulus bahasa atau tidak mendapatkan stimulus bahasa misal anak B penguasaan
bahasa B2nya akan kurang.
Hal
tersebut dapat dicermati jika anak A bertutur bahasa B2 maka tuturannya akan
jelas dipahami oleh orang dewasa, namun anak B dalam bertutur bahasa B2
tuturannya menjadi kurang jelas karena penguasaan bahasanya kurang dan orang
dewasa menjadi sulit memahami bahasanya jika orang dewasa tersebut tidak
mengetahui bahasa Ibu anak B.
Anak
B bisa menjadi penutur yang baik seperti anak A, dengan diberikan stimulus
bahasa oleh gurunya. Hal tersebut akan memerlukan waktu yang lama namun dapat
memperbaiki tuturan bahasa B2 anak B. Guru sekarang mempunyai dua posisi satu
sebagai pengajar dan pendidik sisi yang lain menjadi orang tua yang mendampingi
pembelajaran bahasa B2. Media pembelajaran untuk anak B yang paling efektif
adalah cerita.Karena cerita mengandung banyak kosa kata yang baru dipelajari oleh anak B sehingga
kosa katanya bisa bertambah.
Meskipun
tuturan anak bersifat sementara, artinya akan ditinggalkan kalau usia semakin
bertambah remaja, namun penguasaan bahasa B2 tidak bersifat sementara karena
akan digunakan selama hidupnya. Bahasa B2 digunakan dalam berbagai bidang
kehidupan seperti bidang pendidikan, sosial, ekonomi dan bahasa resmi kenegaraan,
maka dari itu penguasaan bahasa B2 sejak anak-anak akan sangat membantu.
Kesimpulan
Orang tua memiliki peran penting terhadap kebahasaan
anaknya. Karena orang tua merupakan titik pembelajaran pertama yang dialami
oleh anak, maka orang tua mempunyai tanggung jawab penuh untuk membentuk
kebahasaan anak terutama dalam penguasaan bahasa B2 yang sangat berguna bagi
kehidupan anak selanjutnya selain bahasa ibu yang juga penting sebagai sarana
anak dalam berkomunikasi. Bahasa B2 digunakan seumur hidup oleh anak karena
bahasa ibu yang lambat laun akan terkikis karena anak tumbuh semakin remaja
hingga dewasa.
Dengan memberikan stimulus bahasa
yang berupa membacakan cerita sebelum tidur anak akan terstimuli penguasaan
bahasa B2nya secara bertahap dan berkelanjutan, pemilihan bahan cerita juga
membutuhkan perhatian lebih bagi orang tua. Pemilihan cerita yang berbobot akan
memupuk terbentuknya karakter dan bahasa anak. Cerita sebelum tidur memberikan
pasokan kosa kata yang banyak bagi anak sehingga anak bisa lebih cepat memahami
bahasa B2 dibanding dengan anak yang tidak atau terlambat mendapatkan stimulus
dari Ibu.
Daftar pustaka
http://mastugino.blogspot.com/2013/12/perkembangan-bahasa.html
Sumarsono. 2011.sosiolinguistik. yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sumarsono. 2011.sosiolinguistik. yogyakarta : Pustaka Pelajar.